Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sains

Kepler-442b, Sebuah Planet yang Mempunyai Atmosfer Seperti yang Dimiliki Bumi, Layak Dihuni Manusia?

Ternyata kondisi seperti Bumi di planet yang berpotensi layak huni jauh lebih langka dari yang diperkirakan sebelumnya.

Editor: Rizali Posumah
CC BY-SA 4.0/Wikimedia
Komparasi Kepler-221b (kiri) dengan Bumi (kanan). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, ManadoAda beberapa planet yang disebut berada di zona layak huni

Meski begitu tak semuanya bisa menampung kehidupan seperti di Bumi, dan hanya sedikit yang memiliki oksigen. 

Sekalipun memiliki oksigen, belum tentu planet itu memiliki kehidupan di dalamnya. 

Mars misalnya tetangga kita yang sama-sama berada di zona layak huni dan memiliki oksigen walau tipis. Tetapi planet merah itu masih sukar ditemukan tanda adanya kehidupan.

Berdasarkan studi Monthly Notices of the Royal Astronomical Society (Vol 505, 2021), ternyata kondisi seperti Bumi di planet yang berpotensi layak huni jauh lebih langka dari yang diperkirakan sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan Giovanni Covone dan tim dari berbagai lembaga itu, berfokus pada kondisi yang diperlukan untuk fotosintesis berbasis oksigen untuk berkembang di suatu planet.

Dengan pandangan itu--yang dianggap sebagai standar kondisi Bumi--dapat memungkinkan biosfer kompleks tercipta, seperti menanam tanaman yang membutuhkan radiasi matahari yang cukup.

Diyakini, untuk membuat fotosintesis yang membuat kehidupan subur ada banyak elemen lainnya. Seperti penataan ulang karbon dioksida dan air yang menjadi glukosa, dan molekul oksigen yang sangat berperan.

Tetapi tetap saja semua elemen itu membutuhkan kualitas cahaya yang cukup energik untuk menghasilkan reaksi, tanpa menghancurkan protein.

Mereka mempelajari cahaya yang diterima oleh 10 planet ekstrasurya yang layak huni di berbagai jenis bintang.

Para peneliti mengambil ukuran cahaya yang jatuh di permukaan planet yang berbeda, dan panjang gelombang yang membentuk radiasi.

Lalu menghitung tingkat, yang disebut sebagai, eksergi, atau jumlah proses yang dapat diekstrak dari sinar bintangnya.

Hasilnya, mereka gagal menemukan kecocokan tunggal seperi kondisi atmosfer Bumi. Alasannya, mayoritas kebetulan bintang yang diedari planet-planet ini adalah katai merah.

Bintang ini mampu meresap ke bagian dalam planet dengan angin kencang yang dapat dengan cepat melepas atmosfer.

Mereka menulis, bintang dengan suhu sekitar setengah dari Matahari , tidak dapat menopang biosfer yang mirip dengan Bumi.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved