Berita Talaud
Kisah Yesen Malembori, Pemuda Sangihe yang Mengadu Nasib di Perbatasan NKRI Kabupaten Talaud
Di sektor ekonomi, pandemi tidak hanya berimbas pada perusahaan-perusahaan tetapi masyarakat kecil pun juga ikut terkena imbasnya.
Penulis: Ivent Mamentiwalo | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Hingga saat ini, pandemi akibat menyebarnya virus covid-19 masih belum juga berakhir.
Adanya pandemi ini berimbas pada sektor pendidikan, sosial, bahkan ekonomi.
Di sektor ekonomi, pandemi tidak hanya berimbas pada perusahaan-perusahaan tetapi masyarakat kecil pun juga ikut terkena imbasnya.
Meski begitu, beberapa pengusaha kecil ini berusaha untuk tetap bertahan. Satu di antara mereka adalah Yesen Malembori (28).
Pemuda asal Kabupaten Kepulauan Sangihe ini membagi cerita kehidupannya selama mengadu nasib di Talaud, sebuah kepulauan di Perbatasan NKRI.
Kepada Tribun Manado Selasa (22/6/2021), Yesen menuturkan, dirinya hanya bermodalkan nekat saat datang mengadu nasib kerja di Talaud pada tahun 2014 silam.

Yesen ketika itu tak sendiri. Dengan kemauan kerja yang tinggi, ia ditemani empat temannya dari Sangihe.
Yesen berasal dari Desa Manganitu Kabupaten Sangihe.
Selama berada di kabupaten kepulauan Talaud Yesen dan ke tiga teman nya bekerja di salah satu toko bangunan yang terletak pusat kota Melonguane.
Dengan gaji dibawah standar UMP dan hanya bisa bertahan beberapa bulan saja.
Mencoba memutar otak untuk bisa bertahan hidup lebih baik lagi, Yensen mencoba membuka usaha Kecil-Kecilan dengan sisa modal gaji nya waktu berkerja di toko bangunan.

Yensen mencoba membuka tempat usaha tambal ban untuk melayani kendaraan roda dua dan roda empat dan stelah setahun berjalan ternyata Keuntungan dari usah tersebut sangat mengiurkan.
Yensen mengaku dalam sehari dirinya bisa meraih omset Hinga 500 ribu dan bahkan lebih jika sedang ramai .
Setelah menjalani usaha nya Dengan Ulet , Kini Yansen sudah memiliki 1 orang anak dari dara asal Talaud yang dinikahinya serta sudah memiliki beberapa aset dari hasil usaha dan kerja kerasnya.
Yensen berencana untuk pulang ke kampung halamannya sambil membawa istri dan anak lelakinya dan kembali membuka usaha bersama keluarga tercintanya di sangihe.