Kabar Israel
Ramalan Albert Einstein soal Israel Bakal Hancur Berantakan Akan Jadi Nyata?
Namun Naftali Bennett hanya menang tipis dengan satu suara. Netanyahu yang kini menjadi oposisi, jelas tak mau menerima kekalahannya begitu saja.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Israel kini sedang menghadapi persoalan dalam negeri yang pelik.
Tak hanya persoalan dometik pascaperang dengan Hamas di Gaza.
Situasi politik dalam negeri Israel pun memanas setelah lengsernya Benjamin Netanyahu.
Netanyahu dilenserkan koalisi aneh partai politik oposisi Israel.
Israel sekarang telah menggelar empat pemilu hanya dalam waktu dua tahun, yang tidak mampu menghasilkan pemerintahan stabil.
Naftali Bennett memang sudah terpilih sebagai PM baru Israel.
Namun Naftali Bennett hanya menang tipis dengan satu suara. Netanyahu yang kini menjadi oposisi, jelas tak mau menerima kekalahannya begitu saja.
Kondisi ini pasti akan memperparah kondisi dalam negeri negara Zionis ini.
Dulu ternyata Ilmuwan Albert Einstein pernah memprediksi Israel bakal jatuh, dan proyek Zionis yang mereka kerjakan bakal hancur berantakan.
Middle East Monitor pada Jumat (4/6/2021) mewartakan, 10 tahun sebelum Israel mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1948, Einstein sudah memprediksi kekacauan bakal terjadi.
Lalu pada 1946 saat berbicara kepada Komite Penyelidikan Anglo-Amerika tentang masalah Palestina, Einstein berkata tidak punya alasan mengapa Israel dibutuhkan.
"Saya percaya itu buruk," katanya.
Dua tahun kemudian pada 1948, Einstein dan sejumlah akademisi Yahudi mengirim surat ke New York Times untuk memprotes kunjungan Menachem Begin, yang kelak menjadi PM ke-6 Israel, ke Amerika Serikat (AS).
Dalam surat itu mereka mengecam partai Begin, Herut atau yang berarti Kebebasan, dan menyebutnya "Partai politik yang sangat mirip dalam organisasi, metode, filosofi politik, dan daya tarik sosialnya seperti partai Nazi dan Fasis."
Herut adalah partai nasionalis sayap kanan yang kemudian menjadi Likud dan dipimpin Benjamin Netanyahu, eks perdana menteri Israel yang baru saja lengser.

Sementara itu Begin dulu buron karena kegiatan teroris melawan otoritas Mandat Inggris.
Bahkan ketika Begin menjadi perdana menteri Israel (1997-1983) dia tidak berani mengunjungi Inggris karena masih berada dalam daftar buronan.
Secara khusus, maraknya kekerasan jelang kelahiran negara Israel membuat Einstein muak.
Konon itu juga yang membuatnya menolak tawaran menjadi presiden Israel. Tawaran tersebut diajukan kepadanya pada 1952 oleh perdana menteri yang juga pendiri Israel, David Ben-Gurion.
Einstein kemudian menulis surat yang tidak terlalu populer, tetapi berisi peringatan tentang "malapetaka terakhir" yang dihadapi Palestina di tangan kelompok Zionis.
Surat berisi 50 kata ini ditulis kurang dari 24 jam setelah munculnya berita tentang pembantaian Deir Yassin di Yerusalem Barat pada April 1948.
Sekitar 120 milisi dari kelompok Irgun pimpinan Begin dan Stern Gang yang diketuai Yitzhak Shamir dan kemudian menjadi PM Israel, memasuki desa-desa Palestina dan membantai 100-250 pria, wanita, serta anak-anak.
Beberapa korban tewas karena tembakan dan granat tangan yang dilemparkan ke rumah mereka. Ada juga laporan pemerkosaan, penyiksaan dan mutilasi.
Sebulan kemudian Inggris mengakhiri Mandat Palestina dan Israel lahir.
Surat yang diketik Einstein ditujukan kepada Shepard Rifkin, Direktur Eksekutif American Friends of the Fighters for the Freedom of Israel, yang berbasis di New York.
Kelompok itu awalnya didirikan untuk mempromosikan ide-ide anti-Inggris dari Stern Gang, dan mengumpulkan uang di "Negeri Paman Sam" untuk membeli senjata guna mengusir Inggris dari Palestina.
Rifkin pernah diberitahu oleh Benjamin Gepner, komandan yang mengunjungi AS, untuk mendekati Einstein dan meminta bantuannya.
Rifkin mau, tetapi setelah pembantaian Deir Yassin dia mendapat respons dalam 50 kata yang berisi prediksi kejatuhan Israel. Begini isinya:
Yang terhormat,
Ketika bencana nyata dan terakhir menimpa kita di Palestina, yang pertama bertanggung jawab untuk itu adalah Inggris dan yang kedua bertanggung jawab untuk itu adalah organisasi teroris yang dibangun dari barisan kita sendiri. Saya tidak ingin melihat siapa pun terkait dengan orang-orang yang disesatkan dan kriminal itu.
Hormat saya,
Albert Einstein.

Apakah Israel sudah mulai jatuh?
Ada banyak insiden sejenis Deir Yassin lainnya sejak Einstein mengecam langsung apa yang dilihatnya sebagai terorisme itu.
Middle East Monitor menulis, keruntuhan masyarakat tidak dapat dihindari dengan jatuhnya pemerintah secara terus-menerus, dan meningkatnya kekerasan yang sering disebabkan oleh perang dan bencana.
Israel sekarang telah menggelar empat pemilu hanya dalam waktu dua tahun, yang tidak mampu menghasilkan pemerintahan stabil.
Meski Naftali Bennett terpilih sebagai PM baru Israel, dia hanya menang tipis satu suara.
Di sisi lain Netanyahu yang kini menjadi oposisi, jelas tak mau menerima kekalahannya begitu saja.
Sejarah Berdirinya Negara Israel
Sejarah berdirinya Israel terjadi pada 14 Mei 1948 atau sehari sebelum mandat Inggris di Palestina berakhir.
Sebelumnya pada 2 November 1917 Pemerintah Inggris menetapkan Deklarasi Balfour yang menjanjikan orang Yahudi mendapat tanah di Palestina.
Namun kekuasaan Inggris yang juga dikenal sebagai Mandat Palestina itu diwarnai kekerasan, yang berujung dibentuknya Komite Investigasi Anglo-Amerika pada 1946.
Hingga akhir Maret 1948, setidaknya 2.000 orang tewas dan 4.000 lainnya terluka akibat berbagai kerusuhan.
Komite ini kemudian menyetujui rekomendasi Amerika Serikat (AS), terkait pemindahan segera 100.000 pengungsi Yahudi di Eropa ke Palestina, dan merekomendasikan tak ada negara Arab atau Yahudi di Palestina.
Akan tetapi, implementasi rekomendasi ini ternyata tak mudah. Partai Buruh Inggris berang karena Presiden AS Harry S Truman mendukung imigrasi 100.000 pengungsi Yahudi, tetapi menolak temuan komite lainnya.
Mengutip Kompas.com pada 14 Mei 2021, kondisi inilah yang membuat Inggris mengumumkan niatnya menyerahkan Mandat Palestina ke tangan PBB.
PBB lalu membentuk Komite Khusus untuk Palestina (UNSCOP) pada 15 Mei 1947. Terdiri dari 11 negara, komite ini melakukan sidang dan kunjungan ke Palestina untuk melakukan investigasi.
Pada 31 Agustus 1947, laporan UNSCOP merekomendasikan kepada Sidang Umum PBB sebuah skema pembagian wilayah Palestina dalam masa transisi, selama dua tahun dimulai pada 1 September 1947.
Pembagian itu terdiri atas negara Arab merdeka (11.000 km persegi), negara Yahudi (15.000 km persegi), sedangkan kota Yerusalem dan Betlehem akan berada di bawah kendali PBB.
Usulan ini tidak memuaskan kelompok Yahudi maupun Arab. Bangsa Yahudi kecewa karena kehilangan Yerusalem.
Namun, kelompok Yahudi moderat menerima tawaran ini dan hanya kelompok-kelompok Yahudi radikal yang menolak.
Sementara itu, kelompok Arab khawatir pembagian ini akan mengganggu hak-hak warga mayoritas Arab di Palestina.
Dalam pertemuan di Kairo, Mesir, pada November dan Desember 1947, Liga Arab mengeluarkan resolusi yang menyetujui solusi militer untuk mengakhiri masalah ini.
Dalam kenyataannya, sejumlah negara Arab memiliki agenda tersendiri.
Jordania ingin menguasai Tepi Barat, sementara Suriah menginginkan bagian utara Palestina, termasuk wilayah yang diperuntukkan bagi Yahudi dan Arab.
Inggris sendiri menerima usulan pembagian ini, tetapi enggan menerapkan di lapangan karena jelas-jelas solusi tidak diterima kedua pihak.
Inggris juga tidak mau memerintah Palestina bersama PBB di masa transisi.
TAUTAN AWAL: Einstein Prediksi Israel Bakal Jatuh, Begini Ramalannya...