Aksi Soeharto Menyamar untuk Cek Langsung Pembangunan, Tidur di Rumah Warga Hingga Makan Seadanya
Ada satu cerita yang menjadi ramai disoroti saat itu ketika Soeharto sering berkeliling daerah terpencil guna melihat hasil pembangunan
Keduanya terlibat pembicaraan akrab selama satu jam. Selanjutnya, bersama Menteri Luar Negeri saat itu, Ali Alatas, Soeharto melakukan sesi jumpa pers.
Sedangkan, Sjafrie bersama petinggi militer lainnya, Mayor Unggul, hanya mendampingi di ruang tunggu.
Namun, tiba-tiba Sjafrie melaporkan sesuatu ke Soeharto. Laporan itu terkait ditemukannya proyektil meriam.
"Pak, saat Bapak mengadakan pertemuan dengan Presiden Bosnia tadi, ada proyektil meriam jatuh tiga kilometer dari sini," kata Sjafrie melaporkan.
Mendapati laporan itu, sejenak Soeharto tampak tenang. Sjafrie kemudian melanjutkan laporannya. "Pak, waktu kita hanya tiga jam," ucap Sjafrie.
Soeharto kemudian menjawab laporan Sjafrie tersebut. "Ya, beritahu Ali Alatas supaya selesai tepat waktu. Kita mesti berangkat tepat waktu," ujar Soeharto.
Menurut Sjafrie, saat itu suasana perang begitu mencekam. Suasana tembakan terdengar di kejauhan.
Di sejumlah tempat terlihat para prajurit yang bersiaga penuh. "Pak, ini persis dengan enam jam di Jogja."
"Waktunya enam jam, yaitu tiga jam perjalanan pergi-pulang, tiga jam kita di darat, jadi itu mirip enam jam di Jogja," kata Sjafrie.
Sjafrie kemudian menanyakan alasan Soeharto yang tetap mendatangi Bosnia walaupun kondisi sedang kritis.
Sjafrie pun mendapatkan jawaban yang menurut dia sama sekali tak diduganya.
"Ya, kita kan tidak punya uang. Kita ini pemimpin Negara Non-Blok tetapi tidak punya uang. Ada negara anggota kita susah, kita tidak bisa membantu dengan uang, ya kita datang saja. Kita tengok," jawab Soeharto tenang.
"Tapi, ini kan risikonya besar," tanya Sjafrie lagi. "Ya, itu kita bisa kendalikan. Yang penting orang yang kita datangi merasa senang, morilnya naik, mereka menjadi tambah semangat," ucap Soeharto.
Artikel ini tayang di Grid.id