Kabar Israel
Serangan Israel dan Peran Netanyahu Bebaskan Sandera dan Teroris di Entebbe
27 Juni 1976. Ketidakpastian memenuhi hati 248 penumpang pesawat Air France, ketika pesawat itu dibajak oleh teroris.
Para sandera ditahan di bandara terbengkalai di tepi Danau Victoria dan Israel.
Pertimbangan mereka, bila bisa menjatuhkan unit komando elit Sayeret Matkal ke danau, mereka akan naik perahu dan menemukan jalan ke bandara.
Namun, karena ada laporan keberadaan buaya di danau tersebut membuat rencana tersebut diubah.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bertindak atas informasi yang disampaikan kepada mereka oleh intelijen Israel, Mossad, yang terbukti akurat.
Jumlah pembajak, lokasi persis para sandera di dalam gedung, dan tingkat perlawanan yang diharapkan dari tentara Uganda yang mendukung para pembajak disediakan, sehingga unit 100 orang tidak akan terbang ke wilayah musuh tanpa tahu apapun.
Tim tersebut terdiri dari tiga kelompok yang terdiri dari Sarayet Matkal, pasukan terjun payung Israel, dan orang-orang dari brigade infanteri Golani.
Komando Sarayat Matkal ditugaskan dengan dua elemen operasi: menyerang terminal dan menyelamatkan sandera, melenyapkan pesawat tempur MiG di lapangan terbang dan menahan setiap pertempuran sampai para sandera berada dan pulang ke rumah.
Pasukan terjun payung tersebut bertugas mengamankan bandara dan landasan pacu serta mengamankan dan mengisi bahan bakar pesawat Israel di Entebbe.
Pasukan Golani, yang dipimpin oleh Kolonel Uri Sagi, ditugaskan mengamankan sebuah pesawat Lockheed C-130 Hercules yang akan digunakan untuk melakukan evakuasi para sandera, membuatnya sedekat mungkin dengan terminal sambil bertindak sebagai cadangan jika membutuhkan dukungan.
Dengan rencana terperinci di tempat dan di bawah jadwal yang sangat ketat, satuan tugas operasi penyelamatan dari 4 Hercules C-130 Israel lepas landas dari kota Sharm El Sheikh di Mesir dan terbang di atas Laut Merah menuju Djibouti.
Kemudian melintasi Somalia dan menuju Nairobi di Kenya, tempat sebuah jet Boeing 707 yang membawa persediaan medis mendarat.
Pesawat lainnya melanjutkan ke Danau Victoria sebelum mendarat.
Pasukan komando menginjakkan kaki di tanah Entebbe sekitar pukul 23.00 Waktu Israel.
Mereka kemudian melanjutkan dengan konvoi kendaraan yang dimaksudkan agar terlihat seperti Presiden Idi Amin dari Uganda untuk menghindari deteksi.
Namun, mereka dihentikan oleh tentara Uganda yang ditempatkan di pos pemeriksaan yang tidak begitu mudah tertipu.