Berita Sulut
Wacana Digitalisasi Terus Menguat, Berikut Kontribusi Perbankan dan Startup Sulut
Pada akhirnya pandemi virus corona (Covid-19) memaksa semua orang melakukan aktivitasnya di dalam ruangan, lebih spesifik lagi rumah.
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Wacana digitalisasi sudah bergaung cukup lama, namun masyarakat cukup lambat mengikutinya.
Pada akhirnya pandemi virus corona (Covid-19) memaksa semua orang melakukan aktivitasnya di dalam ruangan, lebih spesifik lagi rumah.
Selama satu tahun terakhir, masyarakat mendadak dan dipaksa berkegiatan secara daring baik dari sekolah, bekerja, hingga bertransaksi.
Hal ini tentu akan mempercepat proses digitalisasi hingga ke titik terkecil.
Untuk terus mendukung digitalisasi di Sulawesi Utara (Sulut), beberapa perbankan mengeluarkan produk digital.
Misalnya saja Bank Indonesia (BI) yang memiliki produk QRIS yaitu produk pembayaran non-tunai.
Menurut keterangan Kepala Perwakilan BI Sulut Arbonas Hutabarat, QRIS ini ditujukan salah satunya untuk mendukung integrasi ekonomi dan keuangan digital nasional.
"Sebanyak 50.767 pedagang di Sulut sudah mengadopsi QRIS," ujar Arbonas dalam acara "Forum Ekonomi Ditgital: Gaya Hidup Digital Menuju Sulut Maju" yang diadakan Tribun Manado, Kamis (27/5/2021).
Hal yang sama juga dilakukan oleh BRI dan Bank Sulut Go (BSG).
BRI sendiri telah mewujudkan dukungannya terhadap digitalisasi di area Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Likupang.
"BRI sudah memiliki EDC di Cassabaio dan QRIS di beberapa homestay. Nantinya secara bertahap BRI akan menyatukan ekosistem perekonomian di KEK Likuopang seperti membeli tiket, sewa hotel, hingga pembelanjaan yang akan dilakukan secara digital," jelas Regional CEO BRI Kanwil Manado Jhon Sarjono.
BSG juga sudah memiliki produk digital yang stabil seperti mobile banking, sms banking, dan ATM yang stabil.
Menurut Direktur Utama BSG Revino M Pepah, selama empat tahun terakhir pihaknya fokus membangun human capital sebagai bagian penting dalam aspek digitalisasi.
"Kita mempersiapkan human capital kita untuk memperbaiki mindset terlebih dahulu. Jika mindset-nya sudah diperbaiki maka kita bisa masuk ke aspek teknologinya," kata Revino.
Tak hanya perbankan, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pun diminta untuk menyesuaikan dengan keadaan digitalisasi ini.
Salah satunya karena ada persaingan bisnis yang tinggi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Vice President Satu Tampa, Lady Grace Jane Giroth.
"Jika kita memiliki teknologi untuk menjalankan bisnis maka kita akan memiliki nilai kompetisi yang lebih tinggi dari bisnis yang belum memiliki unsur teknologi di dalamnya," pungkas Grace.
Salah satu startup yang berhasil beradaptasi dengan kondisi serba digital ini adalah Antarjo dengan produk bisnis transportasi online.
Co Founder Antarjo Eduard De Nief Mona mengungkapkan banyak yang pesimis bisnisnya kalah oleh pesaing besar dari produk transportasi online asal Jakarta.
"Tapi kami tetap memilih bisnis ini karena menurut analisis kami, banyak yang bisa kami perbuat dengan jenis startup ini untuk dikembangkan dan lebih maju," tutur Eduard.
Ia berharap, bisnisnya bisa menjadi super app lokal terbesar di Indonesia.
Eduard meminta kepada masyarakat dan stakeholder terkait mendukung produk Sulut tersebut agar sukses dan berhasil. (*)
• Sulut Tuan Rumah Rakor FK -PKB PGI, 91 Sinode Hadir Sekaligus Rayakan Hari Pentakosta
• Renungan Harian Kristen Jumat 28 Mei 2021, Kisah Para Rasul 2:9-11 : Injil Dalam Segala Bahasa
• KISAH Petrus Murid Yesus yang Mati dengan Salib Terbalik, Dia Bersukacita Saat Hari Terakhirnya