Joyce Meyer
Kisah Joyce Meyer, Pilih Mengampuni Meski Dirudapaksa Ayahnya 200 Kali, Kini jadi Pendeta
Dia menyebut bahwa rasa malu itu sangat sulit diatasi, terutama karena ayahnya juga melakukan pelecehan seksual
Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
"Ayah saya memperkosa saya, berkali-kali, setidaknya 200 kali." jelas Meyer dilansir dari artikel kristiannews
Dia menyebut bahwa rasa malu itu sangat sulit diatasi, terutama karena ayahnya juga melakukan pelecehan seksual.
"Pelecehan seksual begitu mempermalukan sehingga tidak ada yang membicarakannya. Tidak ada yang tahu bagaimana membicarakannya," katanya.
Meyer mengatakan bahwa dia berbagi kisahnya dengan dunia untuk mengilhami mereka yang berjuang untuk menemukan harapan, memberi tahu mereka bahwa pemulihan selalu dimungkinkan.
Joyce Meyer, mengungkapkan tentang hari ketika ayahnya mengakui bahwa dia telah melakukan pelecehan seksual selama bertahun-tahun ketika Meyer masih muda, dan meminta pengampunan serta menerima Kristus.
Dia bergumul dengan Tuhan, bertanya kepada-Nya apa yang telah dilakukan orang tuanya untuknya, mengingat sejarah pelecehan seksual.
Akhirnya dia menyadari bahwa Tuhan ingin dia menjadi baik kepada orang-orang yang tidak melakukan apa pun untuk kita.
"Karena itulah cara terbaik di dunia bahwa Anda dapat melakukan peperangan rohani dan menempatkan iblis di bawah kaki Anda,"jelasnya.
Dia memperingatkan bahwa memfokuskan hidup seseorang pada pembalasan hanya akan menghasilkan "racun."
Meyer menjelaskan bahwa butuh tiga tahun membawa orangtuanya ke dokter, membayar tagihan mereka, merawat mereka dengan berbagai cara, dan membelikan rumah yang bagus,
sebelum suatu hari ibunya memberi tahu bahwa ayahnya telah menangis dan memintanya untuk datang.
Dia menjelaskan bahwa selama bertahun-tahun, ayahnya tidak hanya tidak pernah meminta maaf, tetapi "tidak pernah mengakui apa yang dia lakukan.
"Tetapi dalam pertemuan itu, di mana dengan air mata berlinang, dia berkata, "Aku sangat menyesal atas apa yang telah kulakukan padamu ketika kamu masih kecil, "jelasnya.
"Ketika seseorang telah menyakiti kita, salah satu hal tersulit di dunia adalah menunggu dan membiarkan Tuhan membawa pembenaran kita," dia menunjukkan," ujarnya
Mendirikan Life in the Word