Peneliti Kembangkan Kecerdasan Buatan untuk Memprediksi Gempa
Kelompok peneliti yang dipimpin Daniel Wu dari Stanford University berhasil mengembangkan AI menjadi teknologi yang dapat memprediksi gempa.
Wu bersama tim kemudian menggunakan urutannya untuk dipelajari DeepShake dalam memprediksi getaran tanah di daerah itu.
Mereka mencatat setidaknya ada 36.000 gempa yang terjadi di Ridgecrest dari Juli hingga September di tahun itu.
Urutan pemasukan datanya, para peneliti mengenalkan bobot pada gempa bumi terlebih dahulu agar dapat bekerja lebih baik sebagai sistem peringatan dini.
Wu berujar dalam LiveScience, meski tidak memberi informasi tentang lokasi detail dan jenis gempanya, alat ini justru mampu memperingatkan gempa ke stasiun seismik lainnya dalam tiga dan 13 detik sebelum kejadian.
Pengembangan alat ini masih berlanjut.
Tetapi para peneliti yakin lewat sistem baru ini, DeepShake dapat memproses data lebih cepat dan generalisasi yang lebih mudah di berbagai wilayah rawan gempa.
Mereka membandingkan dengan alat prediksi sebelumnya yang menggunakan komputasi tradisional di California bernama ShakeAlert.
Pada cara kerja ShakeAlert, alat itu menggunakan metode deteksi gelombang pertama dari gerakan gempa (gelombang P).
Lalu gelombang ini dikalkulasi untuk memprediksi tibanya gelombang besar yang menyebabkan guncangan (gelombang S) yang relatif lebih lambat.
"Saat kami memulai proyek ini, tujuan kami adalah untuk mengalahkan persamaan prediksi pergerakan tanah yang saat ini digunakan (metode yang dipakai ShakeAlert)," terang Avoy Datta, anggota penelitian.
Mengutip LiveScience, Datta menyebut bahwa proses lewat komputasi tradisional itu membutuhkan pemecahan numerik yang dijalankan lewat sebuah komputer super.
Dalam proses hingga menemukan hasilnya baru diketahui beberapa menit dan jam setelah terdeteksi.
"Jika kami menjalankan 25 model DeepShake, dibutuhkan sekitar 6,1 milidetik pada satu GPU penelitian [unit pemrosesan grafis]," tambahnya. "Prosesnya akan jadi sangat cepat."
Para peneliti menyebut dalam presentasinya, bahwa alat ini bukan berarti menjadi pesaing ShakeAlert, tetapi bisa digunakan untuk melengkapinya dalam memprediksi gempa.
Meski demikian para peneliti mengakui kekurangan DeepShake terhadap ShakeAlert.