Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tribun Travel

Watu Panimbe Minawanua: Jejak Peradaban Masyarakat Adat Toudano

Watu Panimbe sebuah batu yang berdiri tegak menjadi saksi sejarah asal-usul peradaban orang Tondano

Penulis: Lefrando Andre Gosal | Editor: David_Kusuma
Lefrando Gosal
Watu Panimbe Minawanua 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID – Watu Panimbe sebuah batu yang berdiri tegak menjadi saksi sejarah asal-usul peradaban orang Tondano.

Batu yang terletak di Minawanua (Kampung Tua) di Tondano, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, tepat berada di bagian timur destinasi wisata monumen bersejarah Benteng Moraya Tondano.

Batu itu merupakan penanda sejarah berdirinya suatu komunitas adat, yakni komunitas adat Toudano atau Toulour.

Tonaas Rinto Ch Taroreh seorang pelestari budaya Minahasa banyak berkisah tentang batu itu.

Ia dan komunitasnya Waraney Wuaya bersama Mawale Cultural Center telah lama mengelilingi tanah Minahasa. Mereka mengungjungi situs-situs budaya masyarakat adat di tanah Minahasa.

Baca juga: ASN yang Nekat Mudik Bisa Berujung Didepak dari Pemkot Kotamobagu 

Baca juga: Gempa Bumi Tadi Selasa (27/04/2021), BMKG: Tak Berpotensi Tsunami, Ini Magnitudo dan Lokasi Gempa

Baca juga: Mantan Sekum FPI Munarman Diringkus Polisi, Diduga Menggerakan Orang Ikut jadi Teroris

Membersihkan dan merawat situs sebagai penghormatan terhadap leluhur adalah semangat yang terpatri dalam hidup mereka.

“Watu Panimbe yang ada di Minawanua itu jadi penanda berdirinya suatu etnis, suatu komunitas, komunitas orang-orang Toulour. Kita pikir dari situ komunitas itu bermula,” ungkap Rinto Taroreh penerima Anugrah Kebudayaan Indonesia Tahun 2020 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Pelestari Kawasaran.

Batu itu memang penanda sejarah. Di setiap daerah di Minahasa terdapat batu sejenis yang menjadi batu tanda berdirinya suatu kampung.

Baca juga: HEBOH, Banjir Diskon Harga HP iPhone di Akhir Bulan April 2021, Potongan hingga Rp 2 Juta, Buruan!

Baca juga: Peringatan Dini Besok Rabu 28 April 2021, BMKG: Ini 14 Wilayah yang Patut Waspada Cuaca Ekstrem

Baca juga: Vonnie Anneke Panambunan Dikabarkan Ditangkap, Ini Penjelasan Kejati Sulut

“Kalau di Tountemboan, ada watu Tumotowa atau di Tombulu dinamakan watu Tumani. Di Tondano sini disebut watu Panimbe,” kata Taroreh.

Bagi orang Tondano, Watu Panimbe memiliki nilai kultural. Nilai sejarah lahirnya kampung pertama di pesisir danau Tondano.

Dalam mendirikan kampung, orang Minahasa memiliki tatacara, melalui ritual adat dan meminta petunjuk dari Sang Pencipta.

Pemugaran situs Watu Panimbe oleh komunitas budaya dilakukan untuk menjaga agar penanda sejarah itu tidak rusak atau hilang.

Baca juga: Kartika Putri Menangis Lihat Suami Diisolasi di Kamar Belakang, Syok Dinyatakan Postif Covid 19

Baca juga: Setelah Kepala BIN Papua, Bharada Komang Gugur saat Baku Tembak dengan KKB Papua Jam 12.30 WIT

Baca juga: Setelah Kepala BIN Papua, Bharada Komang Gugur saat Baku Tembak dengan KKB Papua Jam 12.30 WIT

“Penanda budaya ini adalah miliki bersama yang harus dijaga bersama-sama,” ungkap Taroreh.

Lanjutnya, sebutan Panimbe bermakna sesuatu yang di berikan Sang Khalik sebagai ruang hidup.

Panimbe yang terletak di Minawanua TouLiang dan TouLimambot berdasarkan perhitungan silsilah telah berumur lebih dari seribu tahun. Hunian ini ditinggalkan setelah perang melawan Belanda setelah tahun 1908.

Sementara itu, Rikson Ch Karundeng, Budayawan Minahasa menyampaikan proses hingga adanya Watu Panimbe. Menurutnya tradisi itu juga masih berlangsung hingga hari ini.

Semisal peletakan batu pertama saat memabangun rumah.

Baca juga: Gempa Bumi Saat Ini 5,6 Magnitudo, Komputer Bergoyang-goyang & Karyawan Berhamburan, Ini Lokasinya

Baca juga: Firasat Ibu Kopda Eta Mimpi Putranya Pulang Basah Kuyup Disangkal Suami: Biasa Tak Pamit, Kini Pamit

Baca juga: Pemerintahan Olly Dondokambey Bukukan Investasi Rp 1,7 Triliun, Tumbuh 478 Persen saat Pandemi

“Watu Panimbe itu, adalah situs atau penanda yang didirikan oleh para leluhur ketika mereka pertama kali membuka kampung.

Leluhur Minahasa dahulu dalam mendirikan kampung memiliki tatacara khusus. Mendirikan perkampungan baru harus menunggu petunjuk, Kalau leluhur memberi petunjuk maka komunitas akan mencari tempat untuk ditinggali.

Dari pengetahuan yang dimiliki, komunitas akan tahu mana tempat yang tepat. Burung manguni banyak kali jadi perantara membawa pesan Sang Khalik,” tandas Karundeng.

Baca juga: Daftar 34 Jenderal TNI Angkatan Darat, TNI AU dan TNI AL Naik Pangkat

Baca juga: Pekan Ini, BPD di Beberapa Desa di Kotamobagu Akan Segera Dilantik

Baca juga: Firasat Ibu Kopda Eta Mimpi Putranya Pulang Basah Kuyup Disangkal Suami: Biasa Tak Pamit, Kini Pamit

YOUTUBE TRIBUN MANADO:

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved