Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Bitung

Mengintip 'School Of Joy', Sekolah bagi Anak-anak di Sekitaran TPA Aertembaga

Di bawah pohon Trembesi, atau sering disebut pohon hujan belasan anak-anak dari seputaran TPA diajar dan dididik

Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: David_Kusuma
Tribun manado / Christian Wayongkere
Mengintip 'School Of Joy', Sekolah bagi Anak-anak di Sekitaran TPA Aertembaga 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Suasana Adem, sangat terasa sore itu. Tepat di bawah pepohonan Trambesi, nampak ada terpal bewarna biru di lapis karpet warna biru dan ungu terpasang di antara rindangnya pepohonan yang tumbuh di tempat pemrosesan akhir (TPA).

TPA itu merupakan tempat akhir dari sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat, di 69 Kelurahan dan delapan Kecamatan.

Terletak di Kelurahan Winenet 2 Kecamatan Aertembaga Kota Bitung, Provinsi Sulut.

Di atas karpet yang terpasang, nampak di tempati belasan anak-anak laki-laki dan perempuan, berasal dari sekitar lokasi TPA.

Baca juga: Sukses Group Perkenalkan The City, Hunian Baru Strategis di Manado, Harga Mulai Rp 600 Jutaan 

Baca juga: Sosok Cantik Fasih Berbahasa Inggris, Spicah Virginia Tatiwakeng, Isi Program Sepakat Class

Baca juga: Deretan Fakta Anggota DPRD Manado Tewas Lakalantas, Cristy: Selamat Jalan Kak Maikel Maringka

Sementara itu nampak menghadap belasan anak-anak, sejumlah pria dan wanita sibuk berkomunikasi dengan anak-anak itu.

Di bawah pohon Trembesi, atau sering disebut pohon hujan dengan nama ilmiahnya Samanea saman atau Albizia saman belasan anak-anak dari seputaran TPA diajar dan dididik.

Pria dan wanita itu, layaknya para guru yang mengajar di depan kelas. Mereka ada pemuda dan pemudi yang datang dari berbagai latar belakang berbeda-beda.

Baca juga: Kontes Ikan Cupang Sukses, Jilat Betta Team Raih Poin Tertinggi, Tome-Tome Squad Best of Show

Baca juga: Saat Tahu Kondisi Kapal Selam KRI Nanggala 402, Suara Panglima TNI Terhenti Lalu Menunduk

Baca juga: DPD Projo Sulut Turut Berduka Atas Tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala 402

Ada yang pekerja, masih study (kuliah) dan lainnya memberikan waktu, tenaga dan materi untuk diajarkan kepada anak-anak di TPA.

Para laki-laki dan perempuan ini, menyebut kegiatan mengajar mereka dengan nama School of Joy.

Melaksakan tindakan yang mulai, mengajar para adik-adik di TPA tanpa menggunakan tenaga pengajar atau bahan ajar pada umumnya.

Menurut Cynthia Clara Jessica Pangalila satu di antara penggagas School of Joy, aktivitas mengajar ke adik-adik di kompleks TPA Aertembaga berlangsung setiap hari Sabtu sore melinatkan tak sampai belasan orang laki-laki dan perempuan asal Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

aktivitas mengajar ke adik-adik di kompleks TPA Aertembaga
aktivitas mengajar ke adik-adik di kompleks TPA Aertembaga (Tribun manado / Christian Wayongkere)

Cynthia Pangalila menjelaskan, secara resmi School of Joy ini berdiri pada tahun lalu di bulan Maret tanggal 28.

Dan tahun ini akan menginjak tepat satu tahun berdirinya School of Joy.

"Tapi awal mula yaitu pada tanggal 14 Februari 2020 bertepatan dengan Valentine Day yang mana adalah hari kasih sayang.

Momen itu jadi pertama kali kami kemari, hanya untuk berbagi tapi setelah itu kami akhirnya melakukan sharing atau beremuk dan berkomitmen untuk lebih focus pada pendidikan anak-anak yang ada disini," certia Cynthia Pangalila.

Anak-anak yang aktif ada sekitar 15 orang. Mereka ada yang masih sekolah, ada yang belum sekolah dan ada juga yang sudah putus sekolah.

Baca juga: Sosok Brigjen I Gusti Putu Dani yang Gugur Ditembak KKB, Saat Meninjau Lokasi Pembakaran

Baca juga: Arya Saloka dan Putri Anne Didoakan Bercerai, Reaksi Pemain Aldebaran Ikatan Cinta Jadi Sorotan

Baca juga: Tim Polres Bolmong Berjalan 2 Jam Telusuri Pegunungan Batubetel Dumoga

Bericara mengajar kepada 15san adik-adik, tentnya para pria dan perempuan yang tergabung dalam sebuah komunitas School of Joy tentunya ada suka dan dukanya.

Sukda dukanya kerap muncul, ketika apa yang disampaikan kepada anak-anak itu harus dilakukan berulang-ulang, harus sabar dan harus tau membaca pola pikir dari anak-anak itu.

Selain kesulitan seperti, anak-anak yang keras kepala hingga ada yang suka 'maraja', kerap di jumpai dan menejadikan itu sebagai suka duka selama ini.

Hal-hal seperti diatas kerap muncul, sehingga mereka harus memeras pikiran untuk menggatasi dan membuat anak-anak mengerti apa yang diajarkan.

Baca juga: Hadiri Peletakan Batu Pertama Gedung Serbaguna GMIM Nimahesaan Pinaras, Ini Pesan Caroll Senduk

Baca juga: Chord Gitar Lagu Sampai Kapan - Reza Chandika, Rhenda Rais, Laleilmanino: Namun Bila Takdirku

Baca juga: Sosok Ustaz Abdul Somad, Pendakwah yang Dikabarkan akan Menikahi Gadis 19 Tahun, Pernah Jadi PNS

Dengan pola dan cara simpel dan mudah di mengerti.

Maklum para pengjar School of Joy bukan dari latar belakang sebagai pengajar, bukan guru atau seseorang yang berpengalaman/professional sebagai pengajar seperti diberbagai daerah atau bahkan di pelosok daerah.

"Tentunya ada berbagai kendala bagaimana nantinya kami akan mengajar mereka dengan baik, Sedangkan kebanyakan mereka atau adik-adik ini lebih suka menghabiskan waktu untuk bermain dibandingkan belajar.

Jadi kami akhirnya membuat solusi untuk memanage mereka dengan cara membalancekan antara kapan waktu mereka bermain dan kapan waktu mereka akan belajar atau bisa juga bermain sambil belajar," terangnya.

Baca juga: Kabupaten Minsel Sukses Putus Penyebaran Covid-19, Sebulan Tak Ada Lagi Penambahan Kasus

Baca juga: PLN ULP Siau Terbitkan Jadwal Pemadaman Listrik, Warga: Ini Hanya Pemanis

Joy pengajar di School of Joy menambahkan  selama hampir setahun ini para pengajar enjoy-enjoy saja.

Namun ada yang kerap diperhadapkan dengan pilihan, antara mau mengajar atau kulih. Situasi ini kerap muncul ketika ada personel di school of joy yang ingin mengajar atau menjadi mentor kepada anak-anak didik, tapi waktu mereka bertabrakan dengan waktu kerja atau bahkan jadwal kuliah.

"Kami berharapan apa yang dilakukan ini, bisa menjadi bekal untuk mereka menggapai dan meraih cita-cita mereka," kata Joy sembari menambahkan ada di antara mereka yang ingin jadi pilot, dokter dan tentara.(christianwayongkere)

Baca juga: BREAKING NEWS, Kepala BIN Papua Brigjen TNI Gusti Putu Gugur Ditembak KKB, Jenazah Belum Dievakuasi

YOUTUBE TRIBUN MANADO:

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved