Torang Kanal
Hidup di Jepang, Inka Rindu Banyak Hal Tentang Bolaang Mongondow Raya, Yondog hingga Pisang Goroho
Inka merupakan wanita kelahiran Bongkudai, 23 Maret 1996, mengenyam pendidikan di tanah Totabuan, dan harus pindah ke Jepang mengikuti suaminya.
Penulis: Theza Gobel | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Hidup di negeri yang jaraknya begitu jauh dari kampung halaman tentu menjadi tantangan tersendiri, terlebih bila kita belum pernah tinggal di luar negeri sebelumnya.
Hal ini dirasakan oleh wanita asal Bolaang Mongondow Raya, Provinsi Sulawesi Utara, Pingkan Trisnawaty Mamonto atau yang lebih akrab disapa Inka oleh teman-teman dan keluarganya.
Inka merupakan wanita kelahiran Bongkudai, 23 Maret 1996, mengenyam pendidikan di tanah Totabuan, dan harus pindah ke Jepang mengikuti suaminya yang bekerja di salah satu perusahaan di Jepang.
Semasa ia menjalani pendidikan formal, Inka aktif di beberapa kegiatan. Seperti kegiatan Pramuka Saka Bhayangkara Polres Bolaang Mongondow.

Inka bahkan pernah mengikuti kegiatan Pramuka Raimuna Nasional X di Jayapura, Papua mewakili Bolaang Mongondow Timur.
Lulus dari SMA, Inkabergabung dengan komunitas Tondok Project yang terkenal di Bolaang Mongondow Raya akan karya-karya perfilman mereka, salah satunya parodi dari film Dilan, yang diberi judul Dilan Katege.
Inka berkuliah di Universitas Terbuka Manado, jurusan Perencana Wilayah & Kota tahun 2013 dan pindah di Universitas Terbuka Luar Negeri tahun 2018.
Inka menyelesaikan kuliah di Universitas Terbuka Luar Negeri tahun 2020.
Kepada tribunmanado,co.id, Inka membagikan kisahnya selama tinggal di Jepang.
“Pengalaman selama di Jepang itu, pertama soal biaya hidup. Biaya hidup di Jepang itu terbilang mahal, daun pisang yang bisa didapatkan dengan mudah dan murah di Indonesia, kalau di Jepang rasanya seperti membeli sepetak tanah,” ungkap Inka sambil bercanda.
Inka juga berkata, ia cukup terkejut dengan gaya hidup di Jepang yang menurutnya sangat bebas. Tapi dia tak mempermasalahkan hal tersebut.
“Culture-shock ada sih, tapi kan harus beradaptasi. Kemudian yang saya salut dari Jepang, pertama ada budaya antri mereka yang sangat dibanggakan dan terkenal di seluruh dunia.
"Kemudian budaya kebersihan negara Jepang ini. Di Jepang semua sudut itu, tuh, sangat bersih, cukup berbeda dengan Indonesia memang,” jelas ibu dari satu anak ini.
Inka pun sangat mengapresiasi warga Jepang yang menurutnya sangat taat dengan pemerintah. Pembayaran pajak saja semuanya disiplin, menurut Inka.
Inka kagum dengan kesibukan dan mobilitas orang Jepang yang begitu tinggi namun di sisi lain, negara tersebut begitu rapi.