Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Vaksin Nusantara

Apa Itu Vaksin Nusantara? Disebut Abaikan Rekomendasi BPOM, Begini Proses Pembuatannya

Vaksin besutan mantan Menkes RI Terawan Agus Putranto ini tetap melaju meski mengabaikan rekomendasi dari Badan POM.

Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
istimewa
Kehebatan Vaksin Nusantara Dipelopori Dokter Terawan, Orang Berpenyakitan Berat Bisa Divaksin 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sorotan terkait vaksin Nusantara terus berdatangan.

Vaksin besutan mantan Menkes RI Terawan Agus Putranto ini tetap melaju meski mengabaikan rekomendasi dari Badan POM.

Sejumlah anggota Komisi IX DPR RI pun ngotot mengajukan diri sebagai relawan uji klinik.

Seperti diketahui Vaksin yang disebut juga AV-Covid-19 ini dikembangkan dari kerja sama antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), RSUP dr. Kariadi Semarang, dan Universitas Diponegoro.

dr Terawan Agus Putranto
dr Terawan Agus Putranto (Tribunnews)

Disebutkan vaksin Covid-19 ini sudah menyelesaikan uji klinis tahap 1 dan mulai melakukan uji klinis tahap kedua

Seperti apa proses pembuatan, cara kerja, hingga kelebihan yang ditawarkan dari vaksin AV-Covid-19 ini?

Proses pembuatan

Berbeda dengan kebanyakan vaksin lainnya, Vaksin Nusantara disebutkan menggunakan pendekatan sel dendritik, dan tidak memasukkan virus corona nonaktif ke tubuh penerima.  nantinya.

Dari paparan anggota Tim Peneliti Vaksin Nusantara FK Undip/RSUP dr Kariadi, Yetty Movieta Nency mengatakan, vaksin ini dibuat melalui sejumlah tahap.

Pertama-tama adalah dengan mengambil darah dari tubuh seorang subyek atau pasien.

Selanjutnya darah itu akan dibawa ke laboratorium untuk dipisahkan antara sel darah putih dan sel dendritik (sel pertahanan, bagian dari sel darah putih).

Sel dendritik ini akan dipertemukan dengan rekombinan antigen di laboratorium sehingga memiliki kemampuan untuk mengenali virus penyebab Covid-19 SARS-CoV-2.

"Dia kami kenalkan dengan rekombinan antigen dari Sars-CoV-2, bukan antigen murni, semacam turunan dari SARS-CoV-2. Kami harapkan sel dendritik ini menjadi pintar, dia punya memori untuk mengenali dan melawan SARS-CoV-2," jelas dr. Yetty saat dihubungi via telepon, Rabu (17/2/2021).

Kemudian setelah sel berhasil dikenalkan dengan virus corona, maka sel dendritik akan kembali diambil untuk disuntikkan ke dalam tubuh subyek atau pasien (yang sama) dalam bentuk vaksin.

Presiden Jokowi dan Menkes Terawan.
Presiden Jokowi dan Menkes Terawan. ((Kompas.com/Ihsanuddin))

Dengan ini, pasien diharapkan memiliki kekebalan atau antibodi yang baik dalam melawan virus corona.

Dari proses pengambilan darah, laboratorium, hingga akhirnya menjadi vaksin yang siap disuntikkan, Yetty menyebutkan diperlukan waktu satu minggu.

Dia mengklaim Vaksin Nusantara merupakan vaksin pertama di dunia yang menggunakan pendekatan dendritik ini.

Pendekatan ini membuat vaksin tidak meiliki kandungan virus corona (yang sudah dilemahkan) yang ikut disuntikkan dalam tubuh pasien seperti vaksin yang lain.

"Penelitian vaksin Covid-19 di dunia ini kan ada sampai 200-an kelompok penelitian ya. Tapi setahu saya vaksin dengan pendekatan dendritik, ini adalah yang pertama di dunia," ujar Yetty.

Cara kerja

Setelah vaksin selesai diproduksi dan diinjeksikan ke dalam tubuh pasien, sel dendritik yang sebelumnya sudah menjalani masa inkubasi dan diperkenalkan dengan rekombinan antigen Sars-CoV-2, akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap virus corona penyebab Covid-19.

Dengan begitu, diharapkan vaksin ini dapat melindungi penerima dari infeksi Covid-19 di masa yang akan datang.

Salah satu yang diklaim menjadi kelebihan Vaksin Nusantara ini adalah tidak adanya komponen virus yang turut disuntikkan ke dalam tubuh.

Sebab proses pengenalan sel dendritik dengan rekombinan antigen virus dilakukan di luar tubuh, yakni di laboratorium.

Selain itu, disebutkan pula tentang komposisi autolog, yaitu pasien hanya menerima suntikan vaksin yang berasal dari sel darahnya sendiri, bukan orang lain.

Berikut ini klaim kelebihan lain Vaksin Nusantara, di antaranya:

  • Vaksin ini dibuat di dalam negeri, kit dirakit dan didistribusikan oleh perusahaan lokal;
  • Lebih dari 90 persen komponen kit dibuat perusahaan lokal;
  • Produksinya tidak membutuhkan biaya peningkatan skala, karena bisa dibuat tanpa memerlukan pabrik, cukup di buat di tempat pelayanan, misalnya rumah sakit, klinik, atau lab;
  • Harga murah dan bersaing, diperkirakan sekitar 10 dollar AS atau sekitar Rp 140.000;
  • Tidak ada vaksin cadangan yang terbuang, karena dibuat dari sel darah seseorang yang akan kembali diterima oleh orang yang sama ketika sudah menjadi vaksin;
  • Biaya pengiriman rendah, karena tidak membutuhkan alat penyimpanan dengan suhu -80 C dan sebagainya;
  • Cocok untuk kondisi medis yang vaksin lain tidak bisa mencakupnya;
  • Mudah diadaptasikan untuk patogen yang baru, misalnya virus mengalami mutasi.

Bagaimana dengan Vaksin Merah-Putih?

Jika vaksin Nusantara adalah nama sebuah vaksin, Vaksin Merah-Putih sebenarnya tidak merujuk pada satu jenis vaksin saja, melainkan sekelompok kandidat vaksin yang dikembangkan oleh konsorsium riset di bawah naungan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN).

"Definisi vaksin Merah Putih adalah vaksin (Corona) yang bibitnya diteliti dan dikembangkan di Indonesia," kata Menristek Prof Bambang Brodjonegoro.

Di dalam konsorsium ini, ada 7 lembaga yang turut mengembangkan vaksin Merah-Putih, masing-masing dengan platform yang berbeda.

Dari 7 lembaga tersebut, 5 di antaranya berada di bawah perguruan tinggi. (kompas/tribunnews/detik)

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL:

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved