Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sosok Tokoh

Sosok Merliaty Simanjuntak, Istri Bupati Sumba Timur, Terjang Lumpur dan Pikul Bantuan Korban Banjir

Merliaty menuturkan, ia dan sejumlah relawan muda menerobos lumpur setinggi paha orang dewasa sejauh kurang lebih satu kilometer.

(KOMPAS.com/DOKUMEN GRACE EKA PUTRI RAMBU HOY ANGGUNG PRAING)
Merliaty Praing Simanjuntak (mengenakan baju kemeja) bersama sejumlah relawan muda berjibaku di jalan berlumpur saat membawakan bantuan untuk para korban banjir bandang di Desa Kiritana, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Sebab, Merliaty merupakan lulusan sekolah pamong praja.

Merliaty Praing Simanjuntak (mengenakan baju kemeja) bersama sejumlah relawan muda berjibaku di jalan berlumpur saat membawakan bantuan untuk para korban <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/banjir-bandang' title='banjir bandang'>banjir bandang</a> di Desa Kiritana, Kecamatan Kambera, Kabupaten <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/sumba-timur' title='Sumba Timur'>Sumba Timur</a>, <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/nusa-tenggara-timur' title='Nusa Tenggara Timur'>Nusa Tenggara Timur</a> (NTT).

Pilihan melewati lumpur

Merliaty mengungkapkan, awalnya ia dan sejumlah relawan berangkat dengan menggunakan mobil dari Waingapu, ibu kota Sumba Timur.

"Waktu itu kan kita pikir bisa pakai mobil. Kan kita sudah bawa mobil yang punya derek to. Saya pikir 'eh, kalau hanya air saja masih tembus ini mobil begini.' Ternyata bukan air, lumpur. Lumpur dalam saat itu," tutur Merliaty.

Saat itu, mobil yang ditumpangi Merliaty diparkirkan di ujung jalan yang berlumpur. Kemudian, Merliaty dan para relawan berjalan kaki.

"Kalau yang di awal itu, masih setinggi lutut. Setelah itu sampai di tempat yang longsor, (lumpurnya) dalam sampai paha. Nah, itu yang paling berbahaya di situ. Karena jalannya sisa sedikit saja yang nempel di bukit itu," ujar Merliaty.

Ia mengisahkan, dirinya dan relawan harus berjalan cepat agar bantuan bisa segera tiba di lokasi bencana. Mereka harus berjibaku di tengah lumpur dan hujan yang turun tak pernah berhenti.

"Saya sih konsen ke yang lemah dulu ya. Karena (saya) pikir, ini pasti yang terdampak paling terasa itu kan biasanya ibu-ibu sama bayinya. Saya membayangkan itu anak-anak, perempuan, ibu hamil, lansia itu kayak apa nasibnya kan," kata Merliaty.

Begini Hasil Identifikasi Jenazah Denny Sakul, Kasat Reskrim AKP Sugeng: Tidak Ada Tanda Kekerasan

Relawan dan barang bantuan

Sejumlah relawan muda yang bergabung bersama Merliaty adalah warga di sekitar rumah pribadinya di Jalan Sultan Agung, Kelurahan Kamalaputi, Kota Waingapu, Sumba Timur.

Merliaty menyebutkan, ajakan terhadap anak muda bertujuan untuk menanamkan rasa peduli dalam diri mereka.

Selama dalam perjalanan, Merliaty selalu menyemangati para relawan meskipun beratnya barang yang dipikul terasa menguras tenaga.

"Kami bawa banyak pakaian, makanan. Memang berat sih. Apalagi lumpur sedalam itu to," ungkap Merliaty.

Ada pun barang-barang yang dipikul Merliaty dan relawan merupakan bantuan dari para donatur di Kota Waingapu.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved