Pandemi Covid 19
Pandemi Covid Belum Berakhir, Kasus Kematian di Dunia Meningkat, Di Brazil Hampir 3.500 per Hari
WHO memperingatkan bahwa kasus dan kematian akibat Covid-19 sedang meningkat di seluruh dunia.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Di Brazil, bulan April ini menjadi bulan tersuram karena tingkat kematian per hari rata-rata 3.500 orang.
Mengutip warta VOA Indonesia, rumah sakit-rumah sakit di Brazil masih berjuang menampung banyak pasien.
Korban meninggal tercatat dalam rekor tertinggi dan tidak ada tanda-tanda akan terselesaikannya program vaksinasi bermasalah di negara Amerika Latin yang terbesar itu.
Kementerian Kesehatan sudah tiga kali mengurangi perkiraan pasokan vaksin pada bulan April menjadi setengah dari perkiraan awal.
Dua laboratorium terbesar negara itu menghadapi kendala pasokan.
Penundaan vaksinasi itu juga berarti puluhan ribu kematian lebih banyak akibat virus corona jenis baru yang sangat menular melanda Brazil.
Negara itu mencatat sekitar 350.000 dari 2,9 juta kematian akibat virus di seluruh dunia, di belakang Amerika yang jumlah korbannya lebih dari 560.000.
Korban meninggal diperkirakan terus meningkat dalam dua minggu ke depan menjadi rata-rata hampir 3.500 per hari, sebelum menurun, menurut Institut Metrik Kesehatan dan Evaluasi Universitas Washington.
Pakar kesehatan masyarakat Brazil menyalahkan Presiden Jair Bolsonaro karena menolak pemberlakuan langkah ketat untuk mencegah penularan dan terlibat bentrok dengan para gubernur serta wali kota yang memberlakukan pembatasan.
Kegagalan untuk mengendalikan penyebaran virus diperparah oleh Departemen Kesehatan yang mengandalkan satu vaksin saja, AstraZeneca, kemudian hanya membeli satu vaksin cadangan, CoronaVac buatan China setelah masalah persediaan vaksin muncul.
Pihak berwenang mengabaikan produsen lain dan menyia-nyiakan peluang sehingga terlambat memperoleh vaksin dalam jumlah besar untuk paruh pertama 2021.
Ruang ICU Nyaris Penuh
Angka kasus dan kematian akibat Covid-19 tetap tinggi di Brazil, sementara kampanye vaksinasi di negara itu terhambat.
Menurut Pusat Riset Virus Corona Johns Hopkins, Brazil mencatat lebih dari 70 ribu kasus baru dalam sehari.
Kematian rata-rata dalam seminggu telah bertambah menjadi 2.820 kematian, atau sekitar seperempat dari kematian rata-rata di seluruh dunia untuk periode yang sama, menurut Johns Hopkins.
Brazil mencatat lebih dari 353 ribu total kematian, kedua terbanyak setelah AS, yang memiliki lebih dari 562 ribu kematian.
Kurang dari tiga persen dari populasi negara di Amerika Selatan itu yang telah divaksin.
Lebih dari 20 persen populasi AS telah menerima vaksinasi lengkap, menurut Johns Hopkins.
Ruang-ruang unit gawat darudat atau ICU di wilayah metropolitan Rio de Janeiro dilaporkan hampir penuh.
Banyak pasien berbagi ruang dan tabung oksigen.
“Apakah kami memiliki obat, oksigen, dan kondisi untuk merawat pasien dengan baik? Hari ini iya,” kata Direktur Rumah Sakit Altair Soares Neto kepada Associated Press.
“Tapi, apabila kasus-kasus terus bertambah, suatu hari nanti kami akan menghadapi kekacauan," lanjut dia.
Semakin Meningkat di India
Sementara itu India, Senin (12/4/2021), mengambil alih posisi Brazil sebagai negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua, sewaktu melaporkan rekor harian baru lebih dari 168 ribu kasus.
Negara berpenduduk 1,3 miliar orang itu telah melaporkan peningkatan kasus baru yang pesat dalam beberapa pekan ini, dengan lonjakan yang menyebabkan total kasus mencapai 13,5 juta, melebihi Brazil yang mencatat 13,48 juta.
Para pakar memperingatkan bahwa kerumunan orang dalam jumlah besar, yang kebanyakan tidak mengenakan masker dan berdesak-desakan pada berbagai rapat umum politik di negara bagian-negara bagian yang menyelenggarakan pemilu, festival keagamaan besar-besaran dan di berbagai tempat umum lainnya telah memicu gelombang baru infeksi.
“Negara seluruhnya telah berpuas diri – kita membiarkan pertemuan sosial, keagamaan dan politik,” kata Rajib Dasgupta, profesor kesehatan di Jawaharlal Nehru University kepada AFP.
“Tak seorang pun yang antre untuk menjaga jarak sosial lagi.”
India telah mencatat lebih dari 873 ribu kasus dalam tujuh hari terakhir suatu peningkatan 70 persen dibandingkan dengan pekan sebelumnya, berdasarkan data yang dikumpulkan AFP.
Sebagai perbandingan, Brazil mencatat sedikit di atas 497 ribu kasus dengan tren kenaikan 10 persen dari pekan sebelumnya.
AS, yang paling parah terpukul karena pandemi ini, melaporkan sedikit di bawah 490 ribu kasus dengan tren peningkatan sembilan persen.
Lonjakan di India, setelah mencatat penambahan kasus harian turun di bawah 9.000 pada awal Februari, telah menyebabkan banyak negara bagian dan teritori yang terimbas parah memberlakukan pembatasan pada pergerakan dan aktivitas.
Negara bagian terkaya, Maharashtra, yang menjadi penggerak utama lonjakan kasus, pekan lalu memberlakukan lockdown akhir pekan dan jam malam.
Tetapi Maharashtra telah memperingatkan bahwa lockdown total, suatu langkah drastis yang diupayakan dihindari oleh pemerintah nasional dan negara bagian untuk melindungi ekonomi yang telah hancur, dapat diberlakukan dalam beberapa hari mendatang karena jumlah kasus terus meningkat.
“Solusinya adalah semua orang tinggal di rumah selama dua bulan dan mengakhiri pandemi ini selamanya. Tetapi masyarakat tidak menyimak,” kata Rohit, pelayan di sebuah restoran populer di Mumbai.
“Tidak seorang pun mengikuti peraturan di restoran. Kalau kami memberitahu pelanggan untuk mengenakan masker, mereka bersikap kasar dan tidak sopan kepada kami.”
Menteri utama ibu kota India, New Delhi, di mana jam malam diberlakukan, hari Minggu mengatakan bahwa 65 persen pasien baru Covid-19 berusia kurang dari 45 tahun.
Pemerintah setempat tidak mendukung lockdown, tetapi akan mempertimbangkan pemberlakuannya apabila rumah sakit mulai kekurangan tempat tidur.
Salah Paham soal Vaksin
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, memperingatkan bahwa kasus dan kematian akibat Covid-19 sedang meningkat di seluruh dunia.
Sebagian ini disebabkan oleh kelengahan yang muncul dan keyakinan bahwa vaksin akan mampu menghentikan penyebaran penyakit ini.
Laporan WHO yang terbaru, mengonfirmasi bahwa lebih dari 133,5 juta kasus infeksi virus corona terjadi, termasuk hampir 3 juta kematian di seluruh dunia.
Data menunjukkan kenaikan kasus dan kematian akibat virus corona di semua kawasan dunia, kecuali di Afrika yang sedikit kurang terimbas dibandingkan kawasan lain.
WHO mengaitkan kenaikan ini dengan beberapa faktor, termasuk penambahan varian virus corona, kegagalan mempraktikkan langkah kesehatan masyarakat, dan pemulihan kehidupan ke apa yang dianggap normal, setelah orang lebih terkucil hidupnya akibat lockdown.
Masalah lainnya, kata juru bicara WHO Margaret Harris, adalah semakin besarnya kelengahan dan keyakinan bahwa vaksin akan mampu mengakhiri krisis ini.
“Orang salah paham bahwa vaksin akan mampu menghentikan penularan. Hal itu tidak benar,” kata dia.
“Kita harus menurunkan laju penularan dan juga memberi program vaksinasi peluang untuk menghentikan penyakit yang parah ini dan kematian yang diakibatkannya,” ujar Harris.
WHO melaporkan hampir 670 juta dosis vaksin telah disuntikkan di seluruh dunia.
Tetapi sebagian besar dosis ini diberikan di negara-negara kaya. Selain itu, WHO memperingatkan adanya kekurangan vaksin yang kritis.
Kata Harris, beberapa negara tidak bisa mulai melakukan kampanye inokulasi Covid-19 karena kekurangan dosis, khususnya di negara berkembang.
“Jadi, sekali lagi, apa yang bisa kita lakukan? Kita harus melipatgandakan langkah kesehatan masyarakat,” kata dia.
Kita harus benar-benar memahami bahwa kita harus tetap menjaga jarak, kita harus menghindari kumpul-kumpul dalam ruang tertutup. Kita harus terus memakai masker, sekalipun kita sudah divaksinasi," tambahnya.
Berita baiknya, kata Harris, adalah hasil-hasil awal dari negara seperti Inggris menunjukkan program vaksinasi telah berhasil mencegah kematian dalam jumlah yang besar.
Tetapi sampai seluruh dunia sudah divaksinasi, kata Margaret Harris, orang tidak boleh lengah.
Mereka harus terus waspada, dan mempraktikkan beberapa langkah kesehatan masyarakat yang sederhana, yang selama ini terbukti efektif. (*)
Baca juga: Pandemi Covid-19, Ketua NU Sulut Imbau Ini kepada Umat saat Buka Puasa dan Sahur
Baca juga: Nomadland Film Terbaik Penghargaan Film Inggris BAFTA
Baca juga: Warga Muslim Dunia Sambut Ramadan 2021, Pandemi Covid-19 Tak Surutkan Semangat