Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ramadhan 2021

Simak Penjelasan Arti Kata Marhaban Ya Ramadhan, Oleh Prof Muhammad Quraish Shihab

Dari akar kata raheb lahir juga kata yang berarti tempat perhentian musafir untuk memperbaiki kendaraan dan mengambil bekal perjalanan.

Editor: Fistel Mukuan
Net
Ulama Quraish Shihab 

Arti kata Marhaban Ya Ramadhan sebenarnya

Dalam tulisan di quraishshihab.com, Marhaban Ya Ramadhan dijelaskan secara rinci.

Berikut ini penjelasan ulama Quraish Shihab .

Begitu bunyi sekian banyak spanduk di jalan raya menyambut bulan Ramadan.

Ia dipahami oleh banyak orang kebanyakan dalam arti “Selamat datang”.

Itu tidak salah, tetapi amat sederhana.

Kata marhaban terambil dari kata raheb yang berarti luas/lebar.

Ia diucapkan kepada tamu untuk menggambarkan bahwa ia disambut dengan hati lapang penuh kegembiraan.

Dari akar kata raheb lahir juga kata yang berarti tempat perhentian musafir untuk memperbaiki kendaraan dan mengambil bekal perjalanan.

Pada hakikatnya, kedua makna di atas inilah yang dimaksud oleh ungkapan di atas.

Najwa Shihab dan ayahnya M Quraish Shihab
Najwa Shihab dan ayahnya M Quraish Shihab (Internet)

Yakni pengucapnya menilai bahwa bulan Ramadhan adalah tamu agung yang disambut dengan kegembiraan dan lapang dada didasarkan oleh kesadaran bahwa melalui bulan ini kita dapat memperbaiki apa yang salah dari sikap dan kelakuan kita serta mengambil bekal perjalanan menuju ke akhirat.

Memang betapa ia tidak disambut gembira oleh mereka yang sadar bahwa dosanya banyak, sedang bulan ini adalah bulan pengampunan, umurnya hari ke hari berlalu tanpa diisi dengan baik, sedang di bulan ini ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, harapannya pun banyak yang belum terpenuhi, sedang di bulan ini Allah menjanjikan pengabulan bagi yang tulus berdoa.

Rasul berpesan agar melakukan empat hal pokok dalam bulan ini.

Dua di antaranya menjadikan Allah rida, yaitu mengakui keesaan-Nya dan memohon ampunan-Nya, sedang dua lainnya menurut Rasul jangan tidak diusahakan meraihnya, yaitu memohon surga dan berlindung dari neraka.

Mengesakan Allah bukan sekadar mengakui wujud-Nya yang tidak berbilang, tidak berunsur, tidak beranak dan diperanakkan, tetapi juga tidak mempersekutukan-Nya dalam beribadah, yakni tidak pamrih.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved