Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Heboh

3 Anak Yatim Piatu Hidup Susah, Berjuang Agar Tetap Hidup, Begini Kehidupan I Ketut Pait dan Adik

Mereka hidup bertiga di rumah yang sederhana yang jauh dari keramaian Kota.

Editor: Indry Panigoro
istimewa
Ketut Pait bersama adiknya saat makan disekitar rumahnya. Bocah yatim piatu ini hidup serba kekurangan. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kehidupan manusia tak ada yang tahu.

Sama seperti orangtua tiga anak berikut.

Ketiga bocah itu harus menerima menjadi anak yatim piatu setelah ditinggal mati oleh ibu dan bapaknya.

Kini tiga bocah itu hidup dalam kesusahan dan kesederhanaan.

Tiga anak itu berada di Bali.

Ketut Pait bersama adiknya saat makan disekitar rumahnya. Bocah yatim piatu ini hidup serba kekurangan.
Ketut Pait bersama adiknya saat makan disekitar rumahnya. Bocah yatim piatu ini hidup serba kekurangan. (istimewa)

Diujung timur Pulau Bali, tepatnya di Banjar Muntigunung Tengah, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali, hidup tiga anak yang telah ditinggal meninggal oleh orang tuanya.

Pertama yakni Ni Komang Desi (16), I Ketut Pait (13), serta adiknya Wayan Dika (6) yang masih kecil.

Kedua orang tua I Ketut Pait meninggal dunia beberapa tahun yang lalu.

Mereka hidup bertiga di rumah yang sederhana yang jauh dari keramaian Kota.

Semua kegiatan kesehariannya dilakukan bersama.

Seperti memasak, mengerjakan pekerjaan rumah, dan menjaga adiknya yang belum bersekolah.

Menurut sepupu I Ketut Pait, I Gede Andi, mengatakan, tiga sepupunya itu hidup serba kekurangan.

Kebutuhan hidup tiap harinya serba pas - pasan.

Beras kadang tidak ada sama sekali. Apalagi lauk pauk.

Biasanya mereka mengandalkan pemberian dari keluarga dan orang lain. Ditambah lagi penjualan masker & tissue

"Mereka hidup bertiga. Wayan Dika masih belum bersekolah, Ketut Pait baru kelas III, dan Ni Komang Desi tak bersekolah, biasanya berjualan masker serta tissue ke Denpasar. Ketika Desi berjualan otomatis mereka hidup berdua. Semua kegiatan dilakukan hanya berdua," ungkap I Gede Andi, Selasa 6 April 2021.

Kata Gede Andi, Ni Komang Desi berjualan masker serta tissue setelah ditinggal orang tuanya.

Mereka tak memiliki pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan kecuali dengan berdagang di Denpasar.

Biasanya Ni Komang Desi berangkat ke Denpasar bersama bibinya yang juga kerja sebagai dagang

Ditambahkan, tiga anak yatim piatu merupakan KK miskin.

Mereka mendapat bantuan dari pemerintah berupa program keluarga harapan (PKH) sejak kedua orang tuanya masih ada.

Beberapa hari kemarin, kata Andi, ketiga anak yatim piatu ini mendapat bantuan dari Relawan Komunitas Peduli Bali, Provinsi Bali.

Dari relawan memberikan sembako berupa beras, mie, dan kebutuhan lainya.

Atap rumah serta dindingnya yang rusak diperbaiki oleh Relawan Komunitas Peduli Bali.

Diberikan tempat tidur, hingga kebutuhan yang dibutuhkannya. Rencana adik I Ketut Pait akan disekolahkan oleh Komunitas.

"Saya sebagai sepupunya bersyukur dengan bantuan tersebut. Ni Komang Desi yang semula jualan di Denpasar sekarang berhenti karena kebutuhan adiknya terpenuhi," kata Gede Andi.

Saat ini kondisi rumahnya sudah layak ditempati, tidak rusak seperti sebelumnya.

Koordinator Relawan Komunitas Peduli Bali, Gede Wirya, mengaku sempat memberi bantuan sembako dan memperbaiki rumah ketiga bocah yatim piatu.

Rencananya, para donatur yang tergabung di Komunitas Peduli Bali akan menanggung biaya sekolah mereka.

Harapannya mereka tidak sampai putus sekolah.

Bayangkan diusia yang baru 13 tahun, I Ketut Pait harus menjalankan tugas orang dewasa untuk kakak serta adiknya.

Memasak, menyabit rumput, mengerjakan pekerjaan rumah hingga menjaga adiknya.

Kakak kedua Ni Komang Desi terpaksa jualan karena di kampung mereka tak punya pekerjaan.

"Tubuhnya kurus seperti kurang gizi. Saat kami temui mereka lagi makan nasi dengan sambal bawang (tanpa cabai). Menurut pengakuannya, mereka terbiasa makan nasi hanya dengan sambal, bahkan hanya makan nasi putih. Jarang sekali mereka makan sayur beserta daging," jelas Gede Wirya.(*)

Artikel ini sudah tayang di https://bali.tribunnews.com/amp/2021/04/06/kisah-pilu-tiga-bersaudara-yatim-piatu-asal-karangasem-biasa-hanya-makan-nasi-putih-tanpa-lauk-pauk?page=all

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved