Teroris Ditangkap
Teroris Direkrut Lewat Facebook dan Telegram, Mantan Napiter: Wanita Lebih Militan dari Laki-laki
”Sekarang ini karena teknologi sudah canggih, orang bisa direkrut tanpa bertemu muka. Mereka bisa aktif berdialog dan dibina lewat medsos."
Hal tersebut kata Haris tampak dari surat wasiat pelaku teror di Gereja Katedral inisial L dan Mabes Polri ZA.
Keduanya memiliki kebencian yang mendalam terhadap pihak-pihak tersebut.
"Itu yang harus diserang. Nah, ini jadi akidah buat mereka, ini yang jadi masalah," kata Haris.
Haris mengaku perekrut terorisme selalu mengemas kebencian terhadap perangkat negara sebagai konten. Calon rekrutmen juga akan terpapar paham radikal sehingga menganggap presiden, polisi, dan tentara sebagai musuh.
"Mereka harus mengafiri tagut, nah, tagut yang mereka maksud adalah para aparat, artinya dari presiden, Polri, atau TNI. Itu disebut ansar tagut," kata dia.
Meski demikan, lanjut Haris, mengusut latar belakang pelaku terorisme juga harus menyeluruh.
Sebab ada juga aksi teror dilatari oleh ekonomi, politik, dan sebagainya.
"Bagi saya mereka telah melakukan penyimpangan agama dan ini yang paling berat," kata Haris. (tribun network/ham/dod)
• Masih Ingat Stephan Lichtsteiner, Mantan Pemain Juventus? Kini Alih Profesi jadi Tukang Jam
• Teroris Belajar Ilmu Kebal di Sukabumi, Incar SPBU, Rencana Siram Air Keras ke Polisi
• Masih Ingat Ronaldinho? Pesepak Bola Asal Brasil, Kini Jadi Penyanyi, Berencana Rilis 8 Lagu di 2021