ZA Sudah Persiapkan Diri Sebelum Tewas di Mabes Polri, Ridwan Peringatkan Target Teroris Selanjutnya
Menurut Ridwan, pelaku penyerangan sadar akan risiko yang ia hadapi dengan menyerang kantor pusat kepolisian itu
TRIBUNMANADO.CO.ID - Dalam empat hari terakhir, terjadi serangan aksi teroris beruntun di Indonesia.
Aksi ZA (26) nekat menerobos Mabes Polri, Rabu 31 Maret 2021.
Sebelumnya aksi bom bunuh diri pasangan suami istri Muh Lukman HS/Lukman (26) dan Yogi Sahfitri Fortuna (YSF) alias Dewi di pintu gerbang masuk Gereja Katedral Makassar, yang digagalkan sekuriti Kosmas, Minggu 28 Maret 2021.
ZA, mahasiswi yang tinggal di Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur ini terlibat baku tembak dengan polisi yang bertugas sebelum tewas dilumpuh.
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, berpendapat, aksi penyerangan di Mabes Polri pada Rabu (31/3/2021) sore merupakan aksi bunuh diri.
ZA mahasiswa terduga teroris penyerang Mabes Polri
Menurut Ridwan, pelaku penyerangan sadar akan risiko yang ia hadapi dengan menyerang kantor pusat kepolisian itu.
“Pertama ini jelas aksi istishad (bunuh diri) karena otomatis penyerang memahami risikonya ketika dia menyerang Mabes Polri,” ujar Ridwan kepada Kompas TV, Rabu.
Terduga teroris, ditambahkan Ridwan, secara psikologis telah siap untuk mati karena hanya bermodalkan senjata api ketika menyerang Mabes Polri.
“Apalagi dengan senjata api, maka risiko dia adalah mati. Karena itu kita meyakini, secara psikologis pelaku sudah mempersiapkan diri untuk mati,” tambah Ridwan seperti dikutip dari kompas.com.
Dia lantas memperingatkan pemerintah untuk lebih waspada.
Pasalnya, aksi di Mabes Polri berpotensi ditiru pihak lain yang ingin menebar teror.
Menurut Ridwan, serangan teroris tersebut bisa terjadi beruntun mengingat aksi penembakan di Mabes Polri hanya berselang tiga hari dari bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan.
“Jadi saya kira ini menjadi alarm merah bagi semua institusi, termasuk dalam hal ini Istana Presiden saya kira juga harus segera diantisipasi,” kata Ridwan.
“Karena kita meyakini, serangan teroris model-model seperti ini biasanya mereka beruntun,” tambahnya.