Minggu Sengsara VI
RENUNGAN - “Tangisilah Dirimu!”
Setiap manusia pernah menangis. Menangis merupakan suatu proses alami yang terjadi pada manusia.
Perkataan runtuhlah dan timbunlah merupakan gambaran kehidupan yang tak dapat ditolong lagi’ dan kemudian Yesus mengingatkan mereka jika orang yang tidak bersalah saja dapat mengalami hal seburuk ini, apalagi orang yang memang bersalah? Yang diumpamakan dengan ucapan, “Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?” Jadi, kayu hidup menunjuk pada Yesus sendiri yang tidak berdosa dan melakukan kebaikan (kayu yang telah menghasilkan buah), namun dituduh melakukan kejahatan oleh bangsa Yahudi dan penghuni kota Yerusalem, padahal perbuatan mereka, kata Yesus seperti kayu kering yang tidak menghasilkan apa-apa.
Makna dan Implikasi Firman
Menjalani kehidupan itu perlu ketaatan yang total seperti Simon dari Kirene yang memikul salib Yesus tanpa bersunggut dan mengeluh bahkan menangis. Yang perilakunya sungguh bertolak belakang dengan kehidupan Putri-putri Yerusalem yang tidak taat, namun menutupinya dengan tangisan.
Kenalilah Yesus yang menderita itu. Yesus yang disalibkan agar kita mengulang peristiwa torehan Yesus bagi para putri Yerusalem. Sekarang saatnya bagi kita untuk bersedia dijumpai Yesus. Menangislah dengan penuh harapan dan sukacita, seperti ajakan Yesus bagi putri-putri Yerusalem untuk menangisi diri yang seharusnya menjadi ajakan bagi gereja untuk memeriksa diri, menyangkal diri dan bertobat, supaya makna sengsara dan kematian-Nya sungguh tidak sia-sia serta mempunyai dampak dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat. Apabila tidak, penderitaan Yerusalem akan menjadi tanda awas bagi perjalanan kehidupan kita.
Penderitaan Yesus bukan untuk ditangisi oleh kita tetapi mengoreksi diri kita, apakah yang telah kita kerjakan selama ini berkenan kepada Tuhan ataukah masih ada perilaku seperti yang dilakukan Putri-putri Yerusalem? Untuk itu, mari kita merenung sambil menangis dan menangis sambil merenung tentang kehidupan kita sekarang sebagai orang Kristen yang menjadi murid Yesus. Menjadi murid punya komitmen taat dan setia kepada Sang Guru. Dengan demikian kita telah melakukan hal yang berguna bagi kemuliaan Tuhan.
Kita menangisi diri kita karena kita selalu tidak tepat memandang penderitaan Yesus. Kita menangisi diri kita karena ketika kita menghayati kesucian dan kekudusan-Nya serta melihat ternyata diri kita begitu jauh dari apa yang Yesus inginkan kita lakukan. Kita berdosa. Saatnya kita mengasihi Allah dan melaksanakan kehendak-Nya untuk menjadikan hidup kita seperti kayu hidup yang terus menerus menghasilkan buah dan bukan seperti kayu kering yang hanya akan dipotong, dibuang dan dibakar.