Gempa Jepang
Minim Korban, Jepang Seakan 'Bersahabat' dengan Gempa dan Tsunami Meski di Zona Cincin Api Pasifik
Indonesia dan Jepang sama-sama terletak di daerah merah. Keduanya berdiri di zona Cincin Api Pasifik, yang tak lain adalah lokasi dari 90 persen gempa
Penulis: Gryfid Talumedun | Editor: Gryfid Talumedun
Para peneliti mengungkap bahwa gempa besar pada 1995 itu disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi.
Untuk urusan ini, sulit rasanya membayangkan ada sebuah teknologi yang mampu menghentikan aktivitas lempeng bumi yang terus aktif bergerak.
Namun, teknologi masih bisa dimaksimalkan untuk melakukan fungsi peringatan dini sehingga risiko bencana dapat dikurangi.
Dilansir dari The Telegraph, generasi anak-anak Jepang pasca-gempa Kobe 1995 akrab dengan latihan mitigasi bencana gempa bumi.
• VIDEO Detik-detik Jepang Diguncang Gempa Bumi 7,2 SR, Getarannya Picu Tsunami Setinggi 1 Meter

Ketika alarm peringatan berbunyi, anak-anak di sekolah mulai mencari tempat berlindung di kolong meja guna melindungi diri dari reruntuhan barang dan material bangunan.
Latihan itu dilakukan tiap bulan. Jika berada di luar ruangan, mereka diajarkan untuk segera lari ke tempat yang terbuka agar terhindar dari reruntuhan puing-puing bangunan dan fasilitas kota lainnya.
Pihak Pemadam Kebakaran Jepang juga punya alat simulasi gempa.
Tujuannya adalah membiasakan anak-anak sekolah merasakan sensasi gempa sehingga lebih peka mengambil langkah-langkah penyelamatan diri.
Ada pula aturan yang mewajibkan sekolah dengan dua lantai atau lebih dilengkapi jalur evakuasi yang dapat dipakai anak-anak untuk menuju ke tempat aman.
Sekolah juga bisa menjadi penampungan dadakan ketika rumah para siswa rusak akibat gempa.
Program mitigasi gempa bumi di Jepang ini membuahkan ketenangan luar biasa di kalangan anak-anak hingga orang dewasa tiap kali bumi mulai bergetar.
Sadar hidup di kepulauan rawan gempa, perusahaan dan ilmuwan di Jepang melahirkan berbagai inovasi untuk tetap bisa bersahabat dengan gempa bumi.
Menurut regulasi yang berlaku, perusahaan konstruksi di Jepang harus memenuhi standar bangunan tahan gempa. Lagi-lagi yang jadi rujukan adalah gempa Kobe 1995.
Dikutip dari Japan Times, salah satu struktur tahan gempa di Jepang adalah bangunan kuil-kuil tradisional yang kemudian menginspirasi para arsitek untuk mengembangkan teknik bernama "Goju-no-to".
Kuil-kuil tradisional Jepang memiliki pilar pusat tebal yang tidak terhubung langsung ke lantai sehingga pilar dan lantai tidak bergetar ke arah yang sama ketika gempa bumi menggoyang.