Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Anton Medan Meninggal

Sudah Siapkan Makam Sejak 20 Tahun Lalu, Ini Wasiat Anton Medan untuk Keluarganya

Mantan preman yang telah insaf dan jadi mualaf ini ternyata telah mempersiapkan makam untuk dirinya sejak 20 tahun lalu.

Editor: Ventrico Nonutu
Isitmewa
Anton Medan. 

"Cita-cita bapak ingin bangun pesantren untuk mualaf Tionghoa, makannya didirikan pondok pesantren ini. Pembangunan sekitar dua tahun, baru mulai beroperasi pada 2004," terang Deni.

Sekolah yang di dalamnya juga terdapat pondok pesantren bagi mantan narapidana dan mualaf Tionghoa ini berdiri di atas lahan seluas 1,6 hektare.

Saat ini yayasan sudah tidak aktif lagi sejak beberapa tahun lalu. Yang masih tersisa hanya pondok pesantren bagi eks narapidana serta mualaf Tionghoa yang ingin belajar ilmu agama.

Setiap bulan ada saja eks narapidana yang datang untuk mondok di sini. Menjelang Ramadan para santri sudah banyak pulang ke kampung halaman masing-masing untuk ibadah puasa bersama keluarga.

"Emang enggak banyak, kalau bulan puasanya biasanya pada pulang," tukas dia.

Menurut Deni, santri mantan narapidana itu selain dibekali ilmu agama juga diajarkan berwirausaha selama berada di pondokan.

Seperti belajar mengelas, beternak hingga menjahit agar setelah mereka keluar sudah punya bekal keahlian untuk melanjutkan hidupnya dan tidak kembali terjerumus dalam dunia hitam.

"Mereka diajarin baca Alquran dan salat. Ada juga alumni yang sekarang sudah bisa membuka pondok pesantren sendiri di kampungnya," kata lelaki yang juga guru di ponpes tersebut.

Ada yang mencolok dari arsitektur bangunan di pondok pesantren Anton. Hampir semua artsitekturnya mendapat sentuhan khas Tiongkok.

Gaya khas bangunan Masjid Hok Tek Liong ini sengaja mengambil gaya bangunan Tiongkok sebagai ciri khas Anton yang memang keturunan Tionghoa.

Meninggal Dunia

Anton Medan meninggal dunia pada Senin (15/3/2021).

Anton Medan yang memiliki nama Ramdhan Effendy itu menghembuskan napas terakhirnya di kediamannya di kawasan Pondok Rajeg, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pukul 14.50 WIB.

Anton Medan merupakan mantan Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).

Informasi duka cita itu pun dibenarkan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama Putra atau Ahok.

"Iya Pak Anton Medan meninggal dunia tadi sore, karena sakit," kata Ahok ketika dihubungi Warta Kota, Senin (15/3/2021).

Seperti diketahui, Ahok memiliki kedekatan dengan Anton Medan.

Khususnya saat Ahok terjerat kasus penodaan agama ketika menjabat Gubernur DKI Jakarta, Anton Medan kerap membelanya.

Pembelaan Anton Medan

Diberitakan sebelumnya pada 2016 lalu, mewakili sejumlah masyarakat Tionghoa, Anton Medan mendatangi Mapolda Metro Jaya pada Senin (31/10).

Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa itu pun turut membawa surat berisi pernyataan sikap terkait aksi unjuk rasa terhadap Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang menurutnya telah menciderai Pancasila.

Dalam Surat tersebut, dirinya menyampaikan akan melawan seluruh pihak yang menghembuskan isu SARA karena secara langsung melecehkan Pancasila.

Apabila tidak, dirinya menantang kepada pihak tersebut akan secara langsung berhadapan dengannya.

"Aksi demo besar-besaran itu sarat dengan SARA, secara langsung melecehkan Pancasila. Agama Islam sendiri mengajarkan umatnya untuk saling memaafkan, Ahok sendiri sudah meminta maaf. Seharusnya peristiwa ini disikapi dengan arif bijaksana, bukan dengan mengedepankan isu SARA," ungkapnya kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya pada Senin (31/10).

Bersamaan dengan ditunjukkannya surat tersebut dirinya pun meminta agar Habib Rizieq untuk tetap menjaga situasi kondusif selama aksi unjuk rasa digelar. Sebab apabila tidak, dirinya mengancam akan menggunakan hukum rimba, seperti yang dulu pernah dia lakukan kala dirinya masih di lembah hitam.

Berikut isi surat yang berisi pernyataan sikap Anton Medan:

SIKAP ANTON MEDAN MENGANTISIPASI RENCANA DEMO 4 NOVEMBER 2016

Disampaikan secara terbuka pada tanggal 31 Oktober 2016

1. Bahwa telah beredar kabar akan berlangsung demonstrasi besar-besaran tanggal 4 November 2016 yang diduga dimotori oleh Habieb Rizieq Shihab dkk

2. Rencana demo tersebut telah dapat dideteksi berangkaian dengan pernyataan Ahok yang telah diketahui umum, dan Ahok pun telah meminta maaf kepada publik.

3. Ahok adalah Basuki Tjahaja Purnama, Gubemur DKI Jakarta, seorang kehununan Tionghoa dan non-Muslim.

4. Demo yang direncanakan mengerahkan massa sangat banyak itu oleh karenanya berkecenderungan membesar-besarkan persoalan dengan menghembus-hembuskan isu SARA, yang seharusnya justru disikapi dengan arif dan bijaksana.

5. Demo yang direncanakan tersebut oleh karenanya puta, dapat dicurigai bermuatan agenda untuk mendiskreditkan pemerintah.

6. Perlu dihimbau kepada para pendemo agar tidak menghembushembuskan isu SARA dan tidak mendiskreditkan pemerintah (pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota).

7. Perlu diingatkan kepada para pendemo bahwa menghembushembuskan isu SARA dan mendiskreditkan pemerintah berpotensi melecehkan Pancasila.

8. Perlu ditegaskan kepada para pendemo bahwa melecehkan Pancasila artinya berhadapan dengan negara dan rakyat Indonesia.

9. Sadarlah, masih jaauuuh lebh banyak patriot penegak Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, yang juga bisa melakukan demo turun ke jalan.

10. Mendesak Pemerintah dalam hal ini Polri sebagai aparat keamanan untuk menjamin rasa aman warga negara.

11. Mendesak Polri menindak tegas pihak-pihak yang melecehkan Pancasila dan melakukan politisasi SARA yang mengancam keutuhan NKRI

12. Dikhawatirkan, jika Polri tidak menindak tegas pihak-pihak yang melecehkan ideology negara Pancasila, maka bisa saja sebagai anak bangsa yang mencintai Pancasila dan Merah Putih akan turun tangan bertindak menyelamatkan keutuhan NKRI. Ini berpotensi mengakibatkan benturan horizontal.

13. Menghimbau semua pihak terutama para tokoh agama agar mengingatkan masyarakat untuk bisa menahan diri dan tidak terprovokasi politisasi
isu SARA.

Salam Persatuan dan Kesatuan

ANTON MEDAN

Hukum Rimba di Jakarta

Sebelumnya diberitakan, tokoh masyarakat Anton Medan meminta agar polisi dan aparat agar tetap menjaga Jakarta supaya tercipta kondisi yang aman, tentram, dan terhindar dari tindakan anarkis.

Pernyataan itu disampaikan Anton Medan usai bertemu Kapolda Metro Jaya, Irjen M Iriawan pada Senin, (31/10) siang terkait unjuk rasa yang akan berlangsung Jumat (4/11/2016). 

Mengenakan batik berpadu kuning hitam, Anton yang terlihat masih gagah itu mengangkat tinggi tangannya untuk memberikan peringatan kepada kelompok tertentu.

"Kalau ada yang mau merusak negara ini harus berhadapan dengan Anton Medan. Saya pernah bakar tahanan Komdak pada tahun 86, usia saya juga 12 tahun waktu pertama kali dipenjara kasus pembunuhan," ujarnya.

Dia menambahkan, "Cuma belum sampai 99 orang saja. Jadi, kalau ada yang mau ganggu negara ini termasuk Jakarta, hadapi saya!." 

Dirinya meminta agar sang para pengunjuk rasa menjaga situasi Ibu Kota agar tetap kondusif selama menggelar demo.

Sebab, apabila sebaliknya, Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa itu akan turun tangan untuk menindak tegas para pelaku yang menurutnya telah menciderai Pancasila.

"Saya akan melakukan hukum rimba kalau polisi dan TNI tidak bisa mengamankan. Ya sudahlah, Polisi kan formal, tapi kalau ada yang bertindak sewenang-wenang, apalagi jual nama agama, saya pake hukum rimba. Islam itu tinggi-jangan direndahkan, saya Anton Medan beragam Islam, tapi bukan Islam Anton Medan yang saya kedepankan," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Ternyata Anton Medan Telah Siapkan Makam Dirinya Sejak 20 Tahun Lalu dan Berikan Wasiat Ini

https://wartakota.tribunnews.com/2021/03/15/ternyata-anton-medan-telah-siapkan-makam-dirinya-sejak-20-tahun-lalu-dan-berikan-wasiat-ini?page=all

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved