Anton Medan Meninggal
Sudah Siapkan Makam Sejak 20 Tahun Lalu, Ini Wasiat Anton Medan untuk Keluarganya
Mantan preman yang telah insaf dan jadi mualaf ini ternyata telah mempersiapkan makam untuk dirinya sejak 20 tahun lalu.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Mantan Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Anton Medan meninggal dunia pada Senin (15/3/2021).
Mantan preman yang telah insaf dan jadi mualaf ini ternyata telah mempersiapkan makam untuk dirinya sejak 20 tahun lalu.
Tak hanya itu, Anton juga telah menyiapkan wasiat untuk keluarganya.
Baca juga: Sosok Anton Medan, Mantan Preman yang Insaf dan Jadi Mualaf, Sahabat Ahok Meninggal Karena Sakit
Baca juga: Pria 35 Tahun Dijebloskan ke Penjara Karena Lakukan Hal Ini, Ibu Muda Jadi Korban
Saat ini jenazah Anton Medan disemayamkan di kediamannya di Pondok Rajeg, Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin (15/3/2021).
Rencana semula, jenazah Anton dimakamkan selepas magrib tadi sore.
Namun rencana ini urung dilakukan karena keluarga ingin memberi kesempatan kepada sahabat dan handai taulan untuk melakukan takziah.
(Foto: Anton Medan)
“Kita beri kesempatan kepada keluarga, sahabat dan handai taulan untuk melihat untuk terakhir kalinya,” kata Syamsul Bahri Radjam, menantu Anton di Pondok Rajeg, Cibinong, Senin (15/3/2021).
Saat ini keluarga sedang mempersiapkan pemakaman untuk Anton.
“Kami ingin mempercepat proses ini. Jam 10.00 WIB besok kita akan lakukan pemakaman,” jelasnya.
Pemakaman jasad Anton akan dilakukan di sebelah Masjid Tan Kok Liong yang berada di kompleks Ponpes At-Taibin.
Pemakaman itu sudah dipersiapkan Anton hampir 20 tahun lalu.
Lalu, apa maksud Anton mempersiapkan makam untuk dirinya jauh-jauh hari?
“Dia itu ingin memberikan nasihat bahwa kehidupan itu akan berakhir, semua akan menghadapi kematian,” ujar Syamsul.
“Dengan menyiapkan makam, orang ingat untuk selalu baik dan tidak melakukan kesalahan,” lanjutnya.
Sebelum meninggal, ada banyak pesan wasiat yang ditinggalkan Anton untuk anak-anak, mantu-mantu dan cucu-cucunya.
(Foto: Anton Medan)
“Dia ingin selalu berguna untuk orang banyak. Kekhawatiran beliau itu tidak bisa berguna bagi orang banyak. Itu yang sering beliau sampaikan,” ungkap Syamsul.
“Dia juga selalu berpesan kepada kita untuk berbagi dan berbaik hati kepada sesama,” imbuhnya.
Anton Medan meninggalkan seorang istri dan 7 orang anak, 4 orang laki-laki dan 3 perempuan. Dari 7 putra-putri ini, dia dikaruniai 11 orang cucu.
Pantauan Wartakotalive.com, jenazah Anton disemayamkan di ruang keluarga di kediamannya di Pondok Rajeg.
Para pelayat terus berdatangan untuk memberi penghormatan terakhir bagi sang mubalig.
Sempat Dijenguk Ahok
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama Putra atau Ahok menceritakan sempat menjenguk Anton Medan atau Ramdhan Effendy yang meninggal dunia pada Senin (15/3/2021).
Ahok menjenguk Anton Medan yang merupakan mantan Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) yang meninggal dunia karena sakit.
Anton Medan pada pukul 14.50 WIB, mengembuskan napas terakhir di kediamannya di wilayah Pondok Rajeg, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Saya Minggu, 7 Maret lalu sempat kunjungi beliau ke pondoknya (pondok pesantren -red). Hampir satu jam saya jenguk beliau di sana," kata Ahok ketika dihubungi Warta Kota, Senin (15/3/2021).
Ahok mengaku saat itu mengetahui Anton Medan sedang menderita sakit.
Kemudian, pekan lalu menjenguknya di kediamannya.
Namun, pada hari ini Ahok mengaku menerima kabara dari pihak keluarga, bahwa Anton Medan telah meninggal dunia.
"Saya dan keluarga turut berdukacita sedalam-dalamnya. Semoga arwahnya diterima di sisi Allah," kata Ahok.
Siapkan Liang Lahat
Diberitakan sebelumnya, Anton Medan atau Ramdhan Effendy meninggal dunia pada Senin (15/3/2021).
Anton Medan yang merupakan mantan Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) itu ternyata juga telah menyiapkan liang lahatnya sebelumnya meninggal dunia.
Anton Medan menghembuskan napas terakhirnya di kediamannya di kawasan Pondok Rajeg, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pukul 14.50 WIB.
Dikutip dari Tribunnews, liang lahat yang disiapkan Anton berada di Pondok Pesantren (Ponpes) At-Taibin di Kampung Bulak Rata RT 2/8, Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Ponpes itu akan menjadi tempat peristirahatan terakhir pria yang kini menginjak usia 61 tahun.
Pria pemilik nama Tionghoa, Tan Kok Liong, sejak dulu bercita-cita membangun sebuah pondok pesantren bagi mualaf Tionghoa dan mantan narapidana yang ingin belajar agama.
Pada 2002 cita-citanya terwujud membangun sebuah pondok pesantren. Saat itu yang pertama kali dibangun oleh Anton yakni kuburan.
"Yang dibangun pertama Bapak (Anton Medan, red) kuburannya dulu, terus dilanjutin ngebangun pondok pesantren," kata Deni Chunk (41), pengurus Pondok Pesantren At-Taibin kepada TribunnewsBogor.com.
Lokasi yang nantinya menjadi tempat pemakanam Anton berada tepat di sebalah kanan Masjid Tan Kok Liong yang di desain dengan gaya bangunan Tionghoa.
Kuburan itu memiliki kedalaman sekitar 160 sentimeter dan panjang 2 meter yang saat ini dijadikan pendopo bagi tamu yang berkunjung ke pondok pesantren tersebut.
"Tadinya enggak ditutup meja, tapi takutnya bahaya akhirnya ditutup jadi lebih terlihat rapih," sambung Deni.
Selain pondok pesantren di lokasi tersebut yayasan mendirikan sekolah dengan sistem asrama. Dahulu yang tinggal di asrama sampai 500 orang.
Berdirinya Pondok Pesantren At-Taibin bermula ketika Anton Medan ingin menysiarkan Islam dengan membangun pesantren pada 2002 lalu.
"Cita-cita bapak ingin bangun pesantren untuk mualaf Tionghoa, makannya didirikan pondok pesantren ini. Pembangunan sekitar dua tahun, baru mulai beroperasi pada 2004," terang Deni.
Sekolah yang di dalamnya juga terdapat pondok pesantren bagi mantan narapidana dan mualaf Tionghoa ini berdiri di atas lahan seluas 1,6 hektare.
Saat ini yayasan sudah tidak aktif lagi sejak beberapa tahun lalu. Yang masih tersisa hanya pondok pesantren bagi eks narapidana serta mualaf Tionghoa yang ingin belajar ilmu agama.
Setiap bulan ada saja eks narapidana yang datang untuk mondok di sini. Menjelang Ramadan para santri sudah banyak pulang ke kampung halaman masing-masing untuk ibadah puasa bersama keluarga.
"Emang enggak banyak, kalau bulan puasanya biasanya pada pulang," tukas dia.
Menurut Deni, santri mantan narapidana itu selain dibekali ilmu agama juga diajarkan berwirausaha selama berada di pondokan.
Seperti belajar mengelas, beternak hingga menjahit agar setelah mereka keluar sudah punya bekal keahlian untuk melanjutkan hidupnya dan tidak kembali terjerumus dalam dunia hitam.
"Mereka diajarin baca Alquran dan salat. Ada juga alumni yang sekarang sudah bisa membuka pondok pesantren sendiri di kampungnya," kata lelaki yang juga guru di ponpes tersebut.
Ada yang mencolok dari arsitektur bangunan di pondok pesantren Anton. Hampir semua artsitekturnya mendapat sentuhan khas Tiongkok.
Gaya khas bangunan Masjid Hok Tek Liong ini sengaja mengambil gaya bangunan Tiongkok sebagai ciri khas Anton yang memang keturunan Tionghoa.
Meninggal Dunia
Anton Medan meninggal dunia pada Senin (15/3/2021).
Anton Medan yang memiliki nama Ramdhan Effendy itu menghembuskan napas terakhirnya di kediamannya di kawasan Pondok Rajeg, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pukul 14.50 WIB.
Anton Medan merupakan mantan Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).
Informasi duka cita itu pun dibenarkan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama Putra atau Ahok.
"Iya Pak Anton Medan meninggal dunia tadi sore, karena sakit," kata Ahok ketika dihubungi Warta Kota, Senin (15/3/2021).
Seperti diketahui, Ahok memiliki kedekatan dengan Anton Medan.
Khususnya saat Ahok terjerat kasus penodaan agama ketika menjabat Gubernur DKI Jakarta, Anton Medan kerap membelanya.
Pembelaan Anton Medan
Diberitakan sebelumnya pada 2016 lalu, mewakili sejumlah masyarakat Tionghoa, Anton Medan mendatangi Mapolda Metro Jaya pada Senin (31/10).
Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa itu pun turut membawa surat berisi pernyataan sikap terkait aksi unjuk rasa terhadap Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang menurutnya telah menciderai Pancasila.
Dalam Surat tersebut, dirinya menyampaikan akan melawan seluruh pihak yang menghembuskan isu SARA karena secara langsung melecehkan Pancasila.
Apabila tidak, dirinya menantang kepada pihak tersebut akan secara langsung berhadapan dengannya.
"Aksi demo besar-besaran itu sarat dengan SARA, secara langsung melecehkan Pancasila. Agama Islam sendiri mengajarkan umatnya untuk saling memaafkan, Ahok sendiri sudah meminta maaf. Seharusnya peristiwa ini disikapi dengan arif bijaksana, bukan dengan mengedepankan isu SARA," ungkapnya kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya pada Senin (31/10).
Bersamaan dengan ditunjukkannya surat tersebut dirinya pun meminta agar Habib Rizieq untuk tetap menjaga situasi kondusif selama aksi unjuk rasa digelar. Sebab apabila tidak, dirinya mengancam akan menggunakan hukum rimba, seperti yang dulu pernah dia lakukan kala dirinya masih di lembah hitam.
Berikut isi surat yang berisi pernyataan sikap Anton Medan:
SIKAP ANTON MEDAN MENGANTISIPASI RENCANA DEMO 4 NOVEMBER 2016
Disampaikan secara terbuka pada tanggal 31 Oktober 2016
1. Bahwa telah beredar kabar akan berlangsung demonstrasi besar-besaran tanggal 4 November 2016 yang diduga dimotori oleh Habieb Rizieq Shihab dkk
2. Rencana demo tersebut telah dapat dideteksi berangkaian dengan pernyataan Ahok yang telah diketahui umum, dan Ahok pun telah meminta maaf kepada publik.
3. Ahok adalah Basuki Tjahaja Purnama, Gubemur DKI Jakarta, seorang kehununan Tionghoa dan non-Muslim.
4. Demo yang direncanakan mengerahkan massa sangat banyak itu oleh karenanya berkecenderungan membesar-besarkan persoalan dengan menghembus-hembuskan isu SARA, yang seharusnya justru disikapi dengan arif dan bijaksana.
5. Demo yang direncanakan tersebut oleh karenanya puta, dapat dicurigai bermuatan agenda untuk mendiskreditkan pemerintah.
6. Perlu dihimbau kepada para pendemo agar tidak menghembushembuskan isu SARA dan tidak mendiskreditkan pemerintah (pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota).
7. Perlu diingatkan kepada para pendemo bahwa menghembushembuskan isu SARA dan mendiskreditkan pemerintah berpotensi melecehkan Pancasila.
8. Perlu ditegaskan kepada para pendemo bahwa melecehkan Pancasila artinya berhadapan dengan negara dan rakyat Indonesia.
9. Sadarlah, masih jaauuuh lebh banyak patriot penegak Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, yang juga bisa melakukan demo turun ke jalan.
10. Mendesak Pemerintah dalam hal ini Polri sebagai aparat keamanan untuk menjamin rasa aman warga negara.
11. Mendesak Polri menindak tegas pihak-pihak yang melecehkan Pancasila dan melakukan politisasi SARA yang mengancam keutuhan NKRI
12. Dikhawatirkan, jika Polri tidak menindak tegas pihak-pihak yang melecehkan ideology negara Pancasila, maka bisa saja sebagai anak bangsa yang mencintai Pancasila dan Merah Putih akan turun tangan bertindak menyelamatkan keutuhan NKRI. Ini berpotensi mengakibatkan benturan horizontal.
13. Menghimbau semua pihak terutama para tokoh agama agar mengingatkan masyarakat untuk bisa menahan diri dan tidak terprovokasi politisasi
isu SARA.
Salam Persatuan dan Kesatuan
ANTON MEDAN
Hukum Rimba di Jakarta
Sebelumnya diberitakan, tokoh masyarakat Anton Medan meminta agar polisi dan aparat agar tetap menjaga Jakarta supaya tercipta kondisi yang aman, tentram, dan terhindar dari tindakan anarkis.
Pernyataan itu disampaikan Anton Medan usai bertemu Kapolda Metro Jaya, Irjen M Iriawan pada Senin, (31/10) siang terkait unjuk rasa yang akan berlangsung Jumat (4/11/2016).
Mengenakan batik berpadu kuning hitam, Anton yang terlihat masih gagah itu mengangkat tinggi tangannya untuk memberikan peringatan kepada kelompok tertentu.
"Kalau ada yang mau merusak negara ini harus berhadapan dengan Anton Medan. Saya pernah bakar tahanan Komdak pada tahun 86, usia saya juga 12 tahun waktu pertama kali dipenjara kasus pembunuhan," ujarnya.
Dia menambahkan, "Cuma belum sampai 99 orang saja. Jadi, kalau ada yang mau ganggu negara ini termasuk Jakarta, hadapi saya!."
Dirinya meminta agar sang para pengunjuk rasa menjaga situasi Ibu Kota agar tetap kondusif selama menggelar demo.
Sebab, apabila sebaliknya, Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa itu akan turun tangan untuk menindak tegas para pelaku yang menurutnya telah menciderai Pancasila.
"Saya akan melakukan hukum rimba kalau polisi dan TNI tidak bisa mengamankan. Ya sudahlah, Polisi kan formal, tapi kalau ada yang bertindak sewenang-wenang, apalagi jual nama agama, saya pake hukum rimba. Islam itu tinggi-jangan direndahkan, saya Anton Medan beragam Islam, tapi bukan Islam Anton Medan yang saya kedepankan," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Ternyata Anton Medan Telah Siapkan Makam Dirinya Sejak 20 Tahun Lalu dan Berikan Wasiat Ini