Amerika Serikat
Presiden AS Joe Biden Dituduh Tak Layak Memimpin Amerika : Dia Tampak Sangat Tertekan
Menurutnya Presiden AS Joe Biden itu sangat minim tampil di depan publik. Dia juga mengklaim Biden terlihat dan terdengar lemah.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Seorang jurnalis terkemuka Amerika Serikat menuduh Partai Demokrat mempromosikan Joe Biden jadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-46.
Dia menyebut Biden telah mengkhianati tanggungjawabnya kepada rakyat AS.
Apa maksudnya?
Dilansir dari express.co.uk pada Minggu (14/3/2021), Dominic Green, wakil editor The Spectator’s US edition, menunjuk perilaku Presiden AS yang baru Joe Biden.
Menurutnya sang Presiden AS itu sangat minim tampil di depan publik.
Dia juga mengklaim Biden terlihat dan terdengar lemah.

Pernyataan menunjukkan bahwa Presiden berusia 78 tahun itu mungkin tidak cukup sehat untuk secara efisien untuk memegang jabatannya.
Diketahui, Joe Biden memang menjadi Presiden AS tertua dalam sejarah.
Inilah yang baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran warga saat dia berkunjung ke Houston pada awal Maret.
Pernah saat menyampaikan pidatonya, Biden tampak kehilangan fokus dan menjadi bingung.
Pada satu titik, Presiden AS itu berkata: "Apa yang saya lakukan di sini?".
Green lalu menulis: "Bandingkan bagaimana dia bergerak dan bersuara sekarang dengan bagaimana kondisi dia setahun yang lalu. Apalagi lima tahun yang lalu."
"Biden yang sekarang terlihat dan terdengar lemah."
"Dia tampak sangat tertekan karena ketidakmampuannya untuk melaksanakan tugasnya."
"Bahkan untuk tugas yang paling sederhana."
Wakil editor The Spectator itu merujuk pada peristiwa mengkhawatirkan di mana Biden tidak dapat mengingat nama departemen terbesar di pemerintahannya, Departemen Pertahanan, atau nama orang yang ia tunjuk sebagai kepala, Lloyd Austin.
"Cepat atau lambat, Biden akan menjadi sorotan," tambahnya.

Oleh karenanya dengan lantang Green mengatakan bahwa Partai Demokrat telah mempromosikan kandidat yang tidak layak ke jabatan tertinggi di Amerika Serikat.
Dan telah mengkhianati tanggung jawab mereka kepada rakyat Amerika.
"Kepercayaan rakyat pada demokrasi akan semakin menurun."
Selama kampanye kepresidenan, dokter Biden merilis laporan medis tiga halaman tentang kesehatannya.
Laporan tersebut menggambarkan calon dari Partai Demokrat itu sebagai pria berusia 77 tahun yang sehat, kuat, dan siap untuk berhasil menjalankan tugas Kepresidenan dengan memasukkan mereka sebagai Kepala Eksekutif, Kepala Negara, dan Panglima Tertinggi.
Ia juga menyatakan bahwa Biden tidak memiliki alergi obat dan tidak menggunakan produk tembakau apa pun, tidak minum alkohol sama sekali, dan dia berolahraga setidaknya lima hari per minggu.
Biden percaya diri dengan kebugaran mental dan fisiknya walau dia menjadi Presiden AS tertua dalam sejarah.
Bagaimana menurut Anda?
Alasan Warga Iran Lebih Suka Donald Trump Jadi Presiden Amerika daripada Joe Biden
Sementara itu, Iran masih memendam kebencian terhadap Amerika Serikat (AS).
Di luar sejarah lama dua negara yang memang tidak pernah akur, mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump malah menambah duka warga Iran.
Pertama, terkait kematian Jenderal Iran Qasem Soleimani. Padahal Soleimani merupakan sosok yang begitu dipuja warga Iran.
Kedua, terkait Trump yang menarik diri dari kesepakatan nuklir. Ini membuat marah pemerintah Iran.
Lalu setelah Trump lengser dari posisinya, banyak yang menaruh harapan pada Joe Biden.
Namun sepertinya itu tidak berlaku lagi.
Alih-alih merasa senang dengan kemenangan Biden, warga Iran justru lebih memilih Trump sebagai Presiden AS.
Mengapa?
Dilansir dari express.co.uk pada Senin (1/3/2021), seorang pakar Iran Dr Pupak Mohebali dari Iran International TV, menjelaskan perasaan terhadap mantan dan Presiden AS saat ini.
Selama wawancara, Dr Mohebali berpendapat bahwa warga Iran lebih suka Donald Trump tetap menjadi Presiden AS daripada Joe Biden.
Ini karena tekanan ketat AS terhadap Iran di bawah Trump malah mengarah pada harapan untuk menghasilkan perubahan positif di negara itu.
Namun kini, pejabat Iran terlihat acuh terhadap Kepresidenan AS yang baru
"Ada perbedaan pandangan tentang Joe Biden, Donald Trump, dan Iran," ungkap Dr Mohebali.
"Saya ingat di TV Internasional Iran, kami meminta orang-orang untuk mengirimkan suara tentang siapa yang mereka sukai untuk menjadi Presiden AS."
"Ada beberapa orang pada saat itu mengatakan mereka lebih suka Donald Trump."
Dr Mohebali menjelaskan secara rinci mengapa warga Iran lebih mendukung Donald Trump daripada saingan pemilihannya, Joe Biden.
"Mereka mengatakan mereka lebih suka jika Trump masih menjadi Presiden AS."
"Ini karena mereka memikirkan jenis tekanan yang dia berikan pada rezim Iran."
"Mereka pikir itu akan lebih membantu untuk setiap perubahan di Iran."
"Namun, karena Biden lebih diplomatis, itu memberi lebih banyak peluang bagi pejabat di Republik Islam."
“Para elit penguasa di Iran menekankan bahwa tidak penting bagi mereka yang menjadi Presiden AS.
"Sekali lagi, setelah Biden terpilih, mereka hanya menunjukkan kepuasan bahwa Trump bukan lagi Presiden."
Pejabat Iran berpendapat bahwa sanksi AS telah menyebabkan kesulitan dan penderitaan.
Sebagai Presiden, Donald Trump menyeret Amerika keluar dari kesepakatan penting dan menerapkan kembali sanksi nuklir.
Langkah tersebut mengakibatkan Iran membawa AS ke ICJ pada 2018.
Pada September tahun lalu, Hamidreza Oloumiyazdi dari Iran mengatakan kepada pengadilan PBB bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh AS adalah pelanggaran yang jelas dari Perjanjian Persahabatan 1955 antara kedua negara.
"Tindakan AS dan kebijakannya telah mengabaikan dasar hukum internasional," tutup Oloumiyazdi.
SUMBER: