Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Soeharto

Tepat 54 Tahun, Soeharto Ditunjuk Sebagai Pejabat Presiden RI Kudeta Soekarno

Ini merupakan puncak dari desakan untuk menggoyang pemerintahan Soekarno sejak peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Editor: Aldi Ponge
Dok. KOMPAS/Istimewa
Soeharto (kiri) dan Soekarno (kanan) 

TRIBUNMANADO.CO.ID - MPR menunjuk Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pejabat Presiden Indonesia pada 12 Maret 1967 atau tepat 54 tahun silam.

Soekarno dilarang melakukan kegiatan politik sampai dengan pemilihan umum.

Hal ini sebagai upaya kudeta merangkak dilakukan Soeharto melengserkan Soekarno.

Hal ini berdasarkan TAP MPR Nomor XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno.


(FOTO: Presiden Soeharto saat dilantik dan diambil sumpahnya menjadi Presiden pada 27 Maret 1968/PAT HENDRANTO)

Supersemar

Ini merupakan puncak dari desakan untuk menggoyang pemerintahan Soekarno sejak peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Soekarno yang mestinya memimpin rapat kabinet di Istana Merdeka pada 11 Maret 1966 harus segera pergi meninggalkan tempat karena adanya laporan pasukan liar yang bergerak ke luar istana.

Sebelumnya, dengan adanya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar), Soeharto dinilai tidak hanya memulihkan keamanan, tetapi juga perlahan mengambil alih kepemimpinan nasional.

Soekarno sempat menyampaikan pidato pembelaan yang dikenal dengan "Nawaksara", tapi MPRS menolak pertanggungjawaban itu.

Dilantik 26 Maret 1968

Meski telah ditunjuk sejak Maret 1967, Soeharto baru resmi menjabat sebagai presiden secara penuh setahun kemudian, yaitu pada 26 Maret 1968 berdasarkan musyawarah pleno ke-5 MPRS.

Sehari kemudian, ia menyampaikan pidato perdananya sebagai presiden ke-2 RI.

Dalam pidatonya, dikutip dari Harian Kompas, 29 Maret 1968, Soeharto menyampaikan dua tema pokok.

Pertama, mengisi kemerdekaan dengan meningkatkan kesejahteraan. Kedua, menegakkan konstitusi termasuk mengembalikan demokrasi.

Menurut Soeharto, kedua tema itu tak boleh dipertentangkan, tetapi diserasikan satu sama lain.

Dalam upacara pelantikan selama 40 menit itu, Soeharto juga mengajak masyarakat untuk melaksanakan putusan-putusan SU (Sidang Umum) ke-V MPRS terutama bidang pembangunan.

Diberitakan Harian Kompas (23/3/1968), Soeharto disepakati menjabat kursi presiden secara penuh pada musyawarah pleno ke-5 MPRS.

Berbagai tokoh mengemukakan pandangannya.

Mereka ada 7 orang, yaitu Hartono BA (NU), Djarnawi Hadikusumo (PMI), Kolonel Sahroni (wakil Kalimantan Timur), Kolonel Arifin Achmad (wakil Riau), Prof Dr Ismail Sunny SH (Golkar anggota Kosgoro), Rusli Abdullah (wakil Kalbar), dan M. Malawat (wakil Maluku).

Langkah pertama sebagai presiden

Hal pertama yang dilakukan Soeharto setelah dilantik sebagai presiden adalah berkunjung ke Jepang dan Kamboja.

Kunjungan itu dimaksudkan untuk mempererat persahabatan dan menjalin kerjasama ekonomi.

Sementara Presiden Soeharto menjalankan tugas di luar negeri, pejabat yang diberi mandat menjalankan tugas sehari-hari adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Sesaat sebelum bertolaknya Soeharto, dia menandatangani serah terima jabatan kepada pejabat eksekutif yang disebut Menteri Negara Ekuin Sri Sultan Hamengkubuwono IX.


(FOTO: Presiden Soeharto saat mengumumkan mundur dari jabatannya di Istana Merdeka, pada 21 Mei 1998/COMMONS.WIKIMEDIA.ORG)

Mundur 21 Mei 1998

Presiden Soeharto menyampaikan pidato pengunduran dirinya sebagai presiden pada 21 Mei 1998.

Soeharto mundur setelah mendapatkan desakan dari ribuan mahasiswa yang memadati gedung DPR/MPR. 

Mundurnya Soeharto ini merupakan puncak dari kerusuhan dan aksi protes di berbagai daerah dalam beberapa bulan terakhir.

Pidato itu menandai berakhirnya era orde baru setelah berkuasa selama 32 tahun. Ya hari ini 22 tahun lalu, 21 Mei 1998. 

Biografi Jenderal Besar TNI (Purn) HM Soeharto

Jenderal Besar TNI (Purn.) H M Soeharto merupakan presiden Republik Indonesia kedua sekaligus presiden dengan masa jabatan terlama yaitu selama 32 tahun (12 Maret 1967 – 21 Mei 1998).

Ibunya bernama Sukirah dan ayahnya Kertosudiro, adalah seorang petani sekaligus pembantu lurah dalam bidang pengairan sawah.

Soeharto hanya dapat menuntaskan pendidikan sampai tingkat SMP karena keterbatasan biaya yang dimiliki oleh keluarganya.

Setelah lulus dari SMP, Soeharto memutuskan untuk bekerja.

Pekerjaan pertamanya adalah sebagai pembantu Klerek di sebuah Bank Desa (Volks Bank) namun tidak bertahan lama karena seragam yang digunakannya robek.

Pada saat itu, Soeharto bekerja menggunakan pakaian dari kain batik, satu-satunya seragam harian untuknya bekerja. 

Pada tahun 1940, memulai karier militer dengan bergabung di KNIL  (Koninlijk Nederlands-Indisch Leger) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.

Soeharto memulai dinas pertamanya selama 3 tahun sebagai tentara di Kortverband di Gombong.

Setelah mendapatkan gelar sebagai sersan, Soeharto ditugaskan untuk menjadi cadangan di Markas Besar Angkatan Darat bertempat di Cisarua, Bandung.

Pada 18 Maret 1942, ketika Belanda menyerah pada Jepang, Soeharto memutuskan untuk kembali pulang ke Yogyakarta karena takut ditangkap oleh Jepang.

Setelah terbaring 6 bulan karena penyakit malarianya yang kambuh, Soeharto mendaftarkan diri di Keibuho, atau polisi Jepang di Indonesia.

Dalam pendidikannya di Keibuho, Soeharto berhasil lulus dengan predikat terbaik.

Soeharto kemudian diangkat menjadi Komandan PETA (Pembela Tanah Air) pada zaman penjajahan Jepang.

Seiring berjalannya waktu kariernya di dunia militer pun melejit.

Ia diangkat sebagai komandan resimen dengan pangkat mayor yang kemudian menjabat sebagai komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.

Pada 5 Oktober 1945 Soeharto diangkat sebagai anggota TNI. 

Pada 27 Desember 1947 saat usianya 26 tahun, Soeharto memutuskan untuk menikah dengan Siti Hartinah (Ibu Tien) yang saat itu berusia 24 tahun.

Dari pernikahannya, mereka dikaruniai  6 orang anak yaitu, Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih. 

Saat terjadi serangan umum 1 Maret 1949, serangan besar-besaran di wilayah Yogyakarta (Ibukota Indonesia pada waktu itu) dan sekitarnya, dalam kepemimpinannya, Soeharto berhasil merebut kembali Yogyakarta dari para penjajah Belanda.

Soeharto juga memiliki peran besar dalam operasi pembebasan Irian Barat.

Pada 13 Januari 1962 Soeharto dilantik menjadi panglima Mandala dan dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Jenderal.

Peristiwa G-30-S/PKI yang terjadi tahun 1965 membuat Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat dan berhasil mengembalikan keadaan negara yang kacau akibat PKI.

Akibat gugurnya Jenderal Ahmad Yani pada peristiwa tersebut, Soeharto kemudian diangkat sebagai Panglima Angkatan Darat menggantikan Jenderal Ahmad Yani. 

Keadaan pemerintahan Indonesia pasca peristiwa G-30-S/PKI semakin melemah setelah banyaknya jenderal angkatan darat yang terbunuh dalam peristiwa tersebut, sehingga Presiden Soekarno memberikan perintah kepada Soeharto melalui Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) untuk menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban negara.

Pada 12 Maret 1967, Soeharto ditetapkan sebagai pejabat presiden setelah pertanggungjawaban Presiden Soekarno ditolak oleh MPRS.

Kemudian pada tanggal 27 Maret 1967 MPRS melalui sidang istimewanya menetapkan Soeharto sebagai Presiden RI berdasarkan Tap MPRS No XLIV/MPRS/1968 untuk menggantikan Soekarno.

Selain menjadi presiden, Soeharto juga merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan/Keamanan.

Saat masa pemerintahan Soeharto, atau lebih dikenal dengan pemerintahan Orde Baru banyak kebijakan baru yang Soeharto terapkan.

Salah satunya adalah kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) setelah sebelumnya pada masa pemerintahan Presiden Soekarno Indonesia mengundurkan diri dari keanggotaan.

Dalam upaya pembersihan Indonesia dari sisa-sisa PKI, Presiden Soeharto memerintahkan untuk mengeksekusi warga negara yang diduga terlibat dalam gerakan PKI.

Pada 6 periode berikutnya yaitu pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998, Soeharto dipilih kembali sebagai Presiden RI oleh MPR sampai kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998 di gedung DPR/MPR yang dipenuhi oleh aksi mahasiswa yang menuntut Soeharto untuk mengundurkan diri dari jabatannya.

Akhirnya pada 21 Mei 1998 Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia.

Pada tahun 1980an Soeharto berhasil menjadikan keadaan swasembada Indonesia berkembang pesat sehingga dijuluki sebagai Bapak Pembangunan.

Selain itu, oleh Dunia Barat Soeharto mendapat julukan The Smiling General karena memiliki raut wajah yang selalu tersenyum. 

Soeharto wafat di usianya ke 87 tahun pada hari Minggu, 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB di Rumah Sakit  Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta.

Pada siaran persnya, wafatnya Presiden Soeharto disebabkan oleh kegagalan multi organ.

Soeharto dimakamkan di Astana Giri Bangun Jawa Tengah.

Untuk mengenang jasa presiden kedua RI tersebut, dibangunlah Museum Soeharto pada tahun 2013 di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta di mana di dalamnya dipajang informasi selama Soeharto berkarier dalam dunia militer hingga menjabat sebagai presiden RI selama 32 tahun. 

Biodata

Nama : Jenderal Besar TNI (Purn.) H M Soeharto

Julukan : Bapak Pembangunan, The Smiling General

Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 8 Juni 1821

Wafat : Jakarta, 27 Januari 2008

Alamat rumah : Jalan Cendana No 8, Menteng, Jakarta Pusat

Alamat makam : Astana Giribangun, Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah

Alamat museum: Kemusuk, Bantul, Yogyakarta

Kantor: Istana Negara, Jakarta

Riwayat pendidikan:

1929 - 1934 : SD Puluhan, Godean dan SD Kemusuk, Bantul

1935 - 1939 : SMP Schakel Muhammadiyah, Wonogiri

1940 : Bergabung di KNIL (Koninlijk Nederlands-Indisch Leger)

1943 : Sekolah Kepolisian Jepang Keibuho

1959 - 1960 : SSKAD (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat) Bandung

SUMBER:

https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/12/120500465/hari-ini-dalam-sejarah--soeharto-ditunjuk-sebagai-presiden-ri?page=all#page2

https://www.tribunnews.com/nasional/2019/05/06/tribunnewswiki-biografi-jenderal-besar-tni-purn-h-m-soeharto?page=all

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved