Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Konflik Myanmar

Polisi Myanmar Pilih Nyebrang ke India, Tolak Perintah Militer Tembak Mati Demonstran

Perlawanan terhadap junta militer yang mengkudeta pemerintahan sipil yang memenangkan Pemilu terus menuai penolakan.

Editor: Aswin_Lumintang
ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/WSJ/djo(ANTARA/REUTERS/STRINGER
Warga mengikuti aksi protes menolak kudeta militer di Yangon, Myanmar, Selasa (2/3/2021). Gambar diambil dari balik jendela. ) 

TRIBUNMANADO.CO.ID, YANGON -  Perlawanan terhadap junta militer yang mengkudeta pemerintahan sipil yang memenangkan Pemilu terus menuai penolakan. Bukan hanya oleh masyarakat biasa, melainkan juga oleh kepolisian Myanmar yang menolak membunuh para demonstran.

Perintah menembak mati para demonstran dikirim langsung dari pimpinan militer berkuasa.

Inilah kesaksian seorang polisi Myanmar, Tha Peng, dengan tegas menolak instruksi untuk menembak mati pengunjuk rasa (demonstran) antikudeta.

Puluhan ribu orang berdemonstrasi menentang pengambilalihan militer di kota terbesar Myanmar Yangon dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi, pada Minggu (7/2/2021).
Puluhan ribu orang berdemonstrasi menentang pengambilalihan militer di kota terbesar Myanmar Yangon dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi, pada Minggu (7/2/2021). (AP PHOTO)

Adapun instruksi itu diterimanya pada 27 Februari 2021, saat dia diminta membubarkan demonstran di Kota Khampat.

Tha Peng mengatakan, menurut aturan polisi, demonstran harus dihentikan dengan peluru karet atau ditembak di bawah lutut.

Namun, dia diberi perintah oleh atasannya untuk menembak demonstran sampai mati.

Polisi berusia 27 tahun itu yakin instruksi tersebut merupakan perintah militer Myanmar yang dikenal sebagai Tatmadaw.

Oleh sebab itu, dia menolak instruksi 'tembak mati demonstran' dan memilih mundur dari kepolisian.

Tak hanya itu, Tha Peng juga meninggalkan rumah dan keluarganya di Kota Khampat, lalu menyebrang ke negara bagian Mizoram timur laut India.

Perjalanannya ke Mizoram dilakukan selama tiga hari, tetapi kebanyakan dia tempuh pada malam hari untuk menghindari orang-orang yang mencarinya.

Baca juga: Isra Miraj, Berikut 55 Ucapan Bahasa Indonesia dan Inggris, Cocok Dibagikan ke Medsos

Baca juga: Kecelakaan Maut Tadi Malam, Update 27 Orang Tewas Usai Bus Rombongan Terjun ke Jurang

 

Dalam perjalanan itu, Tha Peng menutup-nutupi nama lengkapnya agar identitasnya tidak terbongkar.

Meski tak membeberkan secara rinci terkait identitasnya, Tha Peng tetap bisa melanjutkan perjalanan.

Hal itu karena di perbatasan India-Myanmar memiliki 'rezim pergerakan bebas'.

Rezim tersebut memungkinkan seseorang untuk menjelajah beberapa mil ke wilayah India tanpa memerlukan izin perjalanan.

Para pengunjuk rasa membuat barikade di seberang jalan dengan longyi, pakaian tradisional yang banyak dikenakan di Myanmar, selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 3 Maret 2021. (STR / AFP)
Lebih lanjut, menurut data polisi Mizoram, setidaknya ada empat polisi, termasuk Tha Peng yang melarikan diri ke wilayahnya.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved