Konflik Myanmar
Polisi Myanmar Pilih Nyebrang ke India, Tolak Perintah Militer Tembak Mati Demonstran
Perlawanan terhadap junta militer yang mengkudeta pemerintahan sipil yang memenangkan Pemilu terus menuai penolakan.
Ke empat polisi itu melarikan diri dengan alasan yang sama, yaitu menolak instruksi tembak mati demonstran.
"Karena gerakan protes yang diadakan oleh pengunjuk rasa antikudeta di berbagai tempat, kami diperintakan untuk menembak mereka," kata empat polisi Myanmar dalam pernyataan bersama kepada polisi Mizoram.
"Dalam skenario seperti itu, kami tidak punya nyali untuk menembak orang-orang kami sendiri yang merupakan demonstran damai," kata mereka, dikutip dari Channel News Asia.
Sementara itu, menurut seorang pejabat senior India, sekira 100 orang dari Myanmar yang kebanyakan polisi dan keluarganya, telah melintasi perbatasan India sejak aksi protes di Negeri Seribu Pagoda dimulai.
Beberapa dari mereka kemudian berlindung di distrik Champhai Mizoram yang berbatasan dengan Myanmar.
Sebagai informasi, aksi unjuk rasa antikudeta militer Myanmar telah berlangsung selama sebulan lebih di seluruh negeri.
Berdasarkan laporan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, unjuk rasa itu diketahui telah menyebabkan 60 demonstran tewas.
Lebih dari 1.800 orang, termasuk Aung San Suu Kyi telah ditahan oleh pihak militer yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing.
Baca juga: RENUNGAN KRISTEN - Menjadi Orang Kristen Bukan Tanpa Masalah
(Tribunnews.com/Rica Agustina)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Polisi Tolak Instruksi Tembak Mati Demonstran di Myanmar, Pilih Mundur dari Kepolisian, https://www.tribunnews.com/internasional/2021/03/11/cerita-polisi-tolak-instruksi-tembak-mati-demonstran-di-myanmar-pilih-mundur-dari-kepolisian?page=all.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Sanusi