Moeldoko
Moeldoko Ternyata Pernah Minta Dukungan ke Jusuf Kalla untuk Jadi Ketum Golkar Sebelum Kudeta AHY
Moeldoko pernah menemui Jusuf Kalla untuk bisa menjadi Ketua Umum Partai Golkar sebelum melakukan kudeta di Partai Demokrat
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng menuding Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko sempat meminta dukungan Jusuf Kalla untuk menjadi Partai Demokrat.
Kata Andi Mallarangeng, itu dilakukan Moeldoko sebelum melakukan kudeta di Partai Demokrat,
Moeldoko disebut memiliki keinginan kuat sejak lama untuk bisa berada di kekuasaan.
Moeldoko pernah menemui Jusuf Kalla untuk bisa menjadi Ketua Umum Partai Golkar.
Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng dari tulisan Hamid Awaluddin seperti dalam tayangan Satu Meja The Forum Kompas.TV, Rabu (10/3/2021).

“Pak Moeldoko itu dari dulu memang cari-cari kesempatan masuk dalam politik dan segala macam,” kata Andi Mallarangeng.
“Ada tulisan saudara Hamid Awaluddin mengatakan bahwa, pernah dia (Moeldoko -red) menemui Pak Jusuf Kalla untuk minta didukung menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Jadi orang ini memang sejak dahulu punya nafsu syahwat kekuasaan,” lanjut Andi Mallarangeng.
Bagi Andi Mallarangeng, keinginan orang untuk berkuasa merupakan hal-hal yang wajar. Tetapi kemudian Andi menekankan kelaziman untuk berkuasa sepatutnya dilakukan dengan cara membuat partai sendiri.
“Nggak papa, kalau buat partai sendiri,” ujar Andi Mallarangeng.
Sementara itu, Pengamat Politik Burhanuddin Muhtadi mengkritisi langkah sejumlah mantan kader Partai Demokrat yang menunjuk Moeldoko menjadi Ketua Umum di Kongres Luar Biasa (KLB).
Menurut Burhanuddin, runtutan kekecewaan yang dijabarkan mantan kader Partai Demokrat dengan menunjuk Moeldoko sebagai cara penyelesaian tidak sesuai.
“Ketika persoalan itu dibawa ke KLB Deli Serdang, antara persoalan yang dijadikan dasar dengan kesimpulan untuk menunjuk Pak Moeldoko jadi Ketua Umum itu tidak nyambung, tidak klop,” kata Burhanuddin.
Semestinya, kata Burhanuddin, jika persoalan tersebut benar-benar seperti yang dijabarkan harusnya di bawa ke internal partai.
“Kalau kita mengacu kepada Undang-undang partai harusnya mahkamah partai yang bekerja, kalau pun toh misalnya didiskusikan secara baik, bukan Pak Moeldoko, kenapa bukan Pak Marzuki Alie aja sekalian yang merupakan kader dari Partai Demokrat sendiri terlepas dari posisi Pak Marzuki yang sudah dipecat,” ujarnya.

Sosok Moeldoko, Mantan Panglima TNI Era SBY, Kini Jadi Ketum Partai Demokrat
Mengutip Wikipedia, Moeldoko lahir di Kediri, Jawa Timur pada 8 Juli 1957.
Ia merupakan putra dari pasangan Moestaman dan Masfuah.
Masa kecil Moeldoko pernah membantu mengerjakan proyek pembangunan desa.
Dilansir Tribunnews Wiki, ia juga menyediakan batu dan pasir yang diangkut dari pinggir kali setiap pulang sekolah.
Apa yang dilakukan Moeldoko tersebut untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga.
Moeldoko merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) Magelang.
Suami dari Koesni Harningsih ini menyelesaikan studi militernya pada 1981.
Dinyatakan sebagai lulusan terbaik, ia mendapatkan Bintang Adimakayasa.
Setelah lulus dari Akmil, Moeldoko mengawali karier militer sebagai Komandan Pleton di Yonif Linud 700 Kodam VII/Wirabuana.
Kariernya di bidang militer terbilang melejit.
Ia berhasil menjadi Kasdam Jaya di tahun 2008.
Lalu, pernah mengalami tiga kali rotasi jabatan dan kenaikan pangkat antara 2010-2011.
Jabatan itu mulai dari Panglima Divisi 1/Kostrad, Panglima Divisi III/Siliwangi, dan menjabat sebagai Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional atau Lemhanas.
Moeldoko kemudian menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) pada 2013.
Ia menggantikan Laksamana (TNI) Agus Suhartono yang kala itu masuk masa pensiun.
Diketahui, Moeldoko pernah mengikuti Operasi Seroja Timor Timur pada 1984 dan Konga Garuda XI/A di tahun 1995.
Ia juga pernah mendapat penugasan di Singapura, Jepang, Irak-Kuwait, Amerika Serikat, dan Kanada.
Gelar dan Tanda Jasa
Moeldoko tercatat pernah mendapat tanda kehormatan berupa Satya Lencana Kesetiaan VIII, XVI, dan XXIV.
Lalu Satya Lencana Seroja, tanda jasa dari PBB, Satya Lencana Shanti Dharma, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Bintang Yudha Dharma Nararya, dan Bintang Kartika Eka Paksi Utama.
Di usianya yang ke-57, Moeldoko meraih gelar Doktor Ilmu Administrasi Negara di Universitas Indonesia.
Ia lulus dengan nilai sangat memuaskan.
SUMBER: