DPD PDI-P Sulut Soroti Insiden Nuansa Kuning Paripurna DPRD Tomohon, Senduk: Sekwan Belum Move On

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID -- Paripurna DPRD Tomohon dalam rangka mendengarkan pidato/sambutan Wali Kota Tomohon terus menyisakan cerita.

Sebab, dalam paripurna yang digelar di Auditorium Bukit Inspirasi (ABI) UKIT ini, tampak begitu kental dengan nuasa kuning.

Lantas hal ini pun belakangan menuai sorotan, termasuk dari DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Sulawesi Utara turut angkat bicara.

"Ini kemungkinan Sekwan terkesan masih terbawa dengan kebiasaan lama atau istilahnya belum move on," kata Wakil DPD PDIP Sulut Lucky Senduk, Senin (1/3/2021).

Lebih lanjut menurut Senduk, Sekwan mungkin sudah terlalu kama dengan kebiasaan tersebut.

Sehingga seharusnya menggunakan warna putih atau warna apa saja yang penting netral seperti di Minsel.

"Bukan berarti harus merah. Namun harusnya kebiasaan lama harus dihilangkan, atau setidaknya netral. Kan masih banyak warna lain," tegasnya.

Senduk pun menambahkan, sekalipun ada pernyataan bahwa itu bukan nuansa politik.

Tapi harusnya dihargai siapa yang punya hajatan.

"Harusnya dia menghargai orang-orang yang masuk atau yang punya hajatan."

"Dari PDI-P sendiri tidak terlalu mengharapkan warna merah, tapi harus dihilangkan kebiasaan lama yang berkonotasi politik," tandas Senduk. (hem)

• Kecelakaan Maut, Seorang Siswi SMA Tewas di Lokasi, Korban Menabrak Lalu Terjatuh di Tengah Jalan

• Heboh, Naskah Pidato Bupati Masih Tertulis Christiany Paruntu, Wongkar: Akan Kami Cari Sumbernya

• Melemah, Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Berada di Angka Rp 14.300, Ini Rinciannya

Pengamat Nilai Sekwan dan Kabag Terkesan 'Ba Terek'

Sebelumnya diberitakan bahwa dalam paripurna yang digelar di Auditorium Aula Bukit Inspirasi (ABI) UKIT, Jumat (26/2/2021) sore, nuansa kuning masih mendominasi.

Hal ini pun turut menuai tanggapan, termasuk dari Pengamat Politik dan Pemerintahan Josef Kairupan.

Menurut Akademisi Unsrat ini, dalam insiden tersebut ada dua perspektif yang dapat diamati.

Perspektif pertama bahwa masih melekat tradisi atau kebiasaan warna kuning di kota Tomohon.

"Hal ini tentunya wajar karena selama ini pemerintahan Kota Tomohon di dominasi oleh kuning."

"Sehingga agak kurang respect atau tidak biasa jika mengganti warna lain selain warna kuning," kata Kairupan.

Sedangkan perspektif yang kedua dinilai dari sisi etika politik menunjukkan belum memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan situasi dan kondisi kepemimpinan saat ini.

Sehingga bukan berarti kursi legislatif didominasi kuning lantas menunjukkan warna kuning, hal ini bisa dipersepsikan salah nantinya.

"Jika dipolitisir bisa saja diartikan bahwa menunjukkan sikap perlawanan terhadap kepemimpinan walikota dan wakil walikota yang baru atau juga bisa saja belum mampu untuk move on," jelas Dosen Fispol Unsrat ini.

Adapun sebagai Aparatur yang bekerja di lingkup Sekretariat Dewan seharusnya cerdas membaca situasi.

Serta menunjukkan sikap loyal profesional terhadap progress politik yang terjadi.

"Bukan bermaksud mempolitisasi ASN, tetapi ASN khususnya yang ada di Setwan, setidaknya dapat beradaptasi dengan perubahan yanh terjadi."

"Jika pernyataan dari kabag persidangan itu hanya dekorasi biasa, tetapi sangat tidak etis, istilah sehari-hari dapat dikatakan Sekwan dan Kabag seperti ba terek terhadap Wali dan Wawali yang baru," tukas Kairupan.

Mudah-mudahan saja Wali dan Wawali saat ini tidak menyimpan perasaan kecewa terhadap peristiwa ini.

"Karena sudah pasti konsekuensinya siap untuk diroling."

"Salut terhadap komitmen pejabat yg ada di setwan, yang tetap menunjukkan militansinya di kuning walaupun karir taruhannya," tandas Kairupan. (hem)