Kudeta Myanmar
Dinilai Dukung Diktaktor, Demonstran Myanmar Ramai-Ramai Kutuk Indonesia
Indonesia mendapat cemooh dari demonstran Myanmar karena dituding mendukung kudeta militer
Sumber di Bangkok mengungkapkan, pertemuan antara Don, Retno Marsudi, dan Wunna terjadi atas prakarsa "Negeri Gajah Putih".
Sebelumnya Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha, yang berkuasa pada 2014 juga melalui kudeta, berujar isu Myanmar sudah ditangani kemenlunya.
Prayut mengatakan bahwa dua negara Asia Tenggara itu merupakan "tetangga yang baik", sebelum menolak menjawab lebih lanjut.
Dilansir AFP Rabu (24/2/2021), sebelumnya KBRI di Yangon harus menghadapi ratusan demonstran, selama dua hari beruntun.
Para pengunjuk rasa marah karena Jakarta mempertimbangkan negosiasi dengan junta militer, yang secara resmi bernama Dewan Pemerintahan Negara.
Demonstran membawa berbagai spanduk untuk meluapkan kemarahan, seperti "berhenti bernegosiasi dengan mereka", atau "Indonesia, jangan mendukung diktator".
"Dewan Pemerintahan Negara milik militer bukan pemerintahan kami yang sah," kata salah satu peserta, Seinn Lae Maung.
Datang dengan menggambar bendera Myanmar di wajahnya, Seinn menyerukan supaya Jakarta bersedia mendengarkan suara rakyat.
Sejak kudeta pada 1 Februari, negara yang dulunya bernama Burma itu dilanda berbagai gelombang unjuk rasa menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi.
Tatmadaw, nama resmi militer, membenarkan tindakan mereka dengan menyebut Suu Kyi sudah melakukan kecurangan dalam pemilu.
(Ardi Priyatno/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Indonesia Dikutuk Ratusan Demonstran Myanmar, Dianggap Dukung Diktator Karena Lakukan Ini