Masih Ingat Sita Tyasutami? Kabar Pasien Covid-19 Pertama di Indonesia, Masih Saja Dihujat Netizen
Sita Tyasutami adalah seorang pelatih menari, ia viral saat publik tahu ia menjadi pasien Covid-19 pertama di Indonesia
Penulis: Alexander Pattyranie | Editor: Finneke Wolajan
TRIBUNMANADO.CO.ID - Masih Ingat Sita Tyasutami, pasien Covid-19 pertama di Indonesia? Begini kabarnya sekarang.
Sita Tyasutami menepis tudingan bahwa dirinya menghilang usai sembuh sebagai pasien Covid-19 pertama di Indonesia.
Sita Tyasutami adalah seorang pelatih menari, ia viral saat publik tahu ia menjadi pasien 01 Covid-19 di Indonesia.
Sita Tyasutami merupakan pasien 01 Covid-19 di Indonesia.
Pada Senin (02/03/2020) silam, Presiden Joko Widodo mengumumkan pasien 01 dan 01 di Istana Kepresidenan.
Pada saat itu Sita Tyasutami mengalami semua gejala virus corona, seperti dikutip dari Kompas.com.
Tangkapan layar wawancara online bersama Sita Tyasutami, mantan Pasien 01 Covid Indonesia, Selasa (23/02/2021). (TRIBUNMANADO.CO.ID/ALEXANDER PATTYRANIE)
Begitu pun dengan ibunya, Maria Darmaningsih, yang menjadi pasien 02.
Saat keduanya menanti di kamar rumah sakit yang terpisah dan menanti hasil tes virus corona, Presiden Jokowi membuat pengumuman mengejutkan.
Jokowi juga mengungkapkan keduanya sedang dirawat di rumah sakit Jakarta.
Pengumuman itu sekaligus menjadi penanda bahwa virus corona telah masuk Indonesia.
Tyasutami dan ibunya tidak percaya saat presiden mengumumkan hal itu.
Mulai dari profil mereka, umur, gejala, dan riwayat kontak.
Akan tetapi Jokowi tidak menyebut nama pasien, dan menggantinya dengan angka yakni pasien 01 dan 02.
Tyasutami lalu bertanya ke perawat, apakah rumah sakit merawat pasien virus corona lainnya.
Perawat menjawab, "Tidak." "Saya bingung, saya marah, saya sedih," kata Tyasutami kepada BBC.
"Saya tidak tahu harus berbuat apa karena itu semua di media."
Foto : Sita Tyasutami (kanan) yang merupakan pasien 01 Covid-19 Indonesia, sedangkan Maria Darmaningsih (tengah) adalah pasien 02.(Instagram @sitatyasutami)
Sebelum diagnosis, Tyasutami menjalani hari-harinya sebagai penari profesional, manajer seni pertunjukan, saudara perempuan, anak perempuan, dan seorang teman.
Namun setelah diagnosis, identitasnya direduksi menjadi hanya dua kata: pasien 01.
Catatan medisnya bocor, rincian kasusnya salah dilaporkan, dan gosip marak beredar secara online.
Gejalanya bermula dengan tenggorokan gatal. Tyasutami awalnya menghiraukan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, menurutnya.
Kemudian 17 Februari 2020 pagi, dia terbangun dengan gejala yang lebih dari sekadar penyakit ringan.
Ibunya, Darmaningsih, seorang ahli tari di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), jatuh sakit akhir minggu itu.
Kondisinya memburuk setelah pertunjukan tari pada 23 Februari 2020. Mereka lalu memeriksakan diri di rumah sakit Depok.
Dokter awalnya mendiagnosis Darmaningsih dengan tifus, dan Tyasutami dengan bronkopneumonia.
"Kami meminta dites Covid-19, tetapi ditolak karena saat itu rumah sakit tidak memiliki fasilitas yang tepat," kata Tyasutami.
Tiga orang pasien positif Corona (Covid-19) kasus 1, 2, dan 3 yang telah dinyatakan sembuh memberikan keterangan kepada wartawan di RS Sulianto Saroso, Jakarta, Senin (16/3/2020). (TRIBUNNEWS/HO/HUMAS KEMENKES)
Lalu pada 27 Februari 2020 mereka dirawat di rumah sakit, dan masih belum mengetahui adanya patogen yang menyerang sel mereka.
Sekitar 24 jam kemudian seorang teman Tyasutami memberitahunya, bahwa dia menghadiri pentas dansa yang sama dengan seorang wanita Jepang yang positif Covid-19.
"Gue host kegiatan dansa-dansa," kata dia kepada tribunmanado.co.id.
Tyasutami tidak mengenal wanita Jepang itu, tetapi memahami betapa berat diagnosisnya.
"Itu sebabnya saya bersikeras sekali lagi ke dokter untuk dites," kata Tyasutami.
Dokter kali ini memenuhi permintaannya. Mereka dipindahkan ke RS Sulianti Saroso di Jakarta untuk menjalani tes swab Covid-19.
Tyasutami dan Darmaningsih mengira dokter yang akan memberitahu hasilnya, tapi ternyata diagnosis mereka dibacakan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.
Achmad Yurianto juru bicara pemerintah dalam penanganan Covid-19 mengatakan kepada BBC, tidak ada yang salah dengan pengungkapan presiden kepada publik.
UU tahun 2009 tentang kesehatan mengatakan bahwa kebebasan pasien tidak berlaku untuk hal-hal yang menjadi kepentingan umum.
Benar atau salah, pengumuman pasien 01 dan 02 ini menjadi pusat perhatian nasional.
Dalam beberapa jam, pesan yang menunjukkan inisial, alamat lengkap, dan catatan medis dari pasien 01 (Tyasutami) dan pasien 02 (Darmaningsih) bocor dan dibagikan secara luas di WhatsApp.
Ratri Anindya (pasien 3), Maria Darmaningsih (pasien 2), Sita Tyasutami (pasien 1) pulang ke rumah setelah dinyatakan sembuh (RATRI ANINDYA)
"Mereka menyerang Sita, menyalahkannya karena membawa virus ke Indonesia," kata kakak perempuan Tyasutami, Ratri Anindyajati kepada BBC.
"Mereka menyalahkannya karena kehilangan pekerjaan, atau dipisahkan dari keluarga mereka. Mereka mempertanyakan bagaimana dia bisa terlihat begitu baik dan cantik setelah sakit. Mereka mengatakan itu diatur."
Tyasutami diadili oleh publik, meskipun sangat mungkin Indonesia memiliki kasus virus korona sebelum 2 Maret.
Pemerintah membantahnya, tetapi pada awal Februari, sebuah studi oleh Universitas Harvard menunjukkan mungkin ada "kasus yang tidak terdeteksi" di Indonesia, yang memiliki hubungan dekat dengan China, tempat virus berasal.
Asal-usul Covid-19 di Indonesia mungkin tidak pernah diketahui. Pasien 01 dan 02, bagaimanapun, telah menjadi catatan.
"Sebelum diagnosis, saya memiliki kurang dari 2.000 followers di Instagram," kata Tyasutami.
"Awalnya saya tidak memiliki seorang pun yang mengirimi saya ujaran kebencian. Dalam beberapa hari (setelah diagnosis), followers saya meningkat menjadi 10.000. Orang-orang mengomentari semuanya, terutama foto-foto saya dengan pakaian tari yang seksi dan terbuka."
Wawancara Eksklusif tribunmanado.co.id
Foto : Pasien 01 Covid Indonesia Sita Tyasutami. (TRIBUNMANADO.CO.ID/ALEXANDER PATTYRANIE)
Kepada tribunmanado.co.id, Selasa (23/02/2021), Sita Tyasutami mengaku situasi sekarang di lingkungannya atau di dunia offline, aman-aman saja.
"Hanya saja hingga saat ini masih dihujat-hujat netizen (warganet)," kata dia dengan nada rendah.
Setelah dirinya viral, ujaran kebencian pun bertubi-tubi dan bahkan ada gelombang-gelombangnya tergantung momentum Covid.
Saat ini ia mengaku kondisinya sedang menurun.
Ia merasakannya sejak Januari 2021.
"Saya merasa mudah capek, kondisi ini memang biasa dialami mantan pasien Covid-19, karena darah menggumpal," kata dia.
Bahkan, lanjutnya, bercerita dalam wawancara saja itu ia merasa ngos-ngosan.
Sementara, aktivitas sebagai pelatih menari ia lakukan lewat online. Ia juga menepis banyak tudingan orang bahwa ia menghilang.
Menurutnya, ia sangat mudah ditemukan, karena dirinya sangat aktif di media sosial.
Seperti yang dilakukan tribunmanado.co.id, ia cepat menanggapi Direct Message Instagram.
Bahkan, wanita cantik ini juga bersedia diwawancara melalui panggilan video. (Tribunmanado.co.id/Alfa Pattyranie/Kompas.com/Aditya Jaya Iswara)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kepada Media Inggris, Pasien 01 dan 02 Covid-19 Indonesia Beberkan Kisahnya"