Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Terkini Internasional

Varian Baru Virus Corona 30-70 Persen Lebih Mematikan, Ahli Beri Penjelasan

Sejak akhir tahun 2019, virus corona sudah mulai merebak dan mengalami mutasi menjadi jenis atau varian-varian yang baru.

Editor: Rhendi Umar
(Shutterstock)
Ilustrasi virus corona, Covid-19 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sejak akhir tahun 2019, virus corona sudah mulai merebak dan mengalami mutasi menjadi jenis atau varian-varian yang baru.

Salah satu dari varian itu adalah yang banyak ditemukan di Inggris, yang kemudian dinamai dengan B.1.1.7.

Meski awalnya diketahui menyebabkan banyak kasus di Inggris, varian virus ini kini telah menyebar di berbagai negara, bahkan yang terletak di beda benua, misalnya Amerika Serikat.

Penelitian terus dilakukan untuk bisa mengidentifikasi dan mengetahui karakter juga sifat dari mutasi virus ini.

Studi terbaru dari New and Emerging Respiratory Threats Advisory Group (NERVTAG) di Inggris menyebutkan, varian virus baru ini  30-70 persen lebih mematikan dan lebih banyak mengakibatkan tingkat keparahan dibandingkan dengan infeksi varian virus corona liar yang ada sebelumnya.

Ilustrasi Virus Corona Baru Covid-19
Ilustrasi Virus Corona Baru Covid-19 (gcs.k12.al.us)

Mengutip Forbes, Senin (15/2/2021), kekhawatiran akan kemampuan B.1.1.7 dalam menimbulkan keparahan dan kematian ini sesungguhnya sudah ada sejak pertengahan Januari lalu.

Kala itu, jumlah kematian akibat varian baru ini lebih banyak jika dibanding infeksi virus nonvarian baru.

Data yang sama juga disampaikan studi lain, misalnya Public Health Skotlandia yang menyebutkan risiko rawat inap pada pengidap B.1.1.7 lebih tinggi dibanding kasus infeksi varian virus corona yang lain.

Demikian pula dengan risiko untuk masuk ke ICU. Intensive Care National Audit and Research Center (ICNARC) dan QResearch menemukan pengidap B.1.1.7 lebih berisiko menjalani perawatan hingga ICU, dibandingkan orang yang terinfeksi varian biasa.

Akan tetapi, dikutip dari Insider, Minggu (14/2/2021), dalam kesimpulan yang disampaikan, tim peneliti menyadari data yang mereka gunakan masih terbatas sehingga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Oleh karena itu, tidak semua ahli menyatakan setuju jika varian Inggris ini disebut lebih mematikan dan lebih menyebabkan keparahan.

Office for National Statistic (ONS) menyebutkan, jika hanya melihat data kematian yang terjadi, hal itu masih terlalu sederhana untuk menarik kesimpulan bahwa B.1.1.7 lebih mematikan.

Data itu masih memiliki keterbatasan untuk menjadi dasar klaim tersebut.

Meski demikian, dokter dari Center for Global Health, John Hopkins Center for Health Security, Amesh Adalja sepakat agar varian baru dengan segala perkiraan sifatnya ini bisa mempercepat proses vaksinasi yang diadakan pemerintah.

Faktanya, varian ini memiliki kecepatan transmisi yang sangat tinggi.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved