14 Februari
14 Februari di Hari Valentine 2 Pemberontakan Terjadi: PETA di Blitar & Merah Putih di Manado
Di Indonesia, 14 Februari bukan hanya tentang Valentine. Ada dua peristiwa bersejarah yang terjadi di tanggal ini.
Setelah pemberontakan PETA dihentikan Jepang, tidak ada yang tahu keberadaan Supriyadi.
Ada yang meyakini bahwa Supriyadi masih hidup dan bersembunyi, namun ada pula yang percaya bahwa Supriyadi tewas dalam pemberontakan.
Setelah kemerdekaan, Presiden Soekarno mengangkat Supriyadi sebagai Menteri Keamanan Rakyat pada 6 Oktober 1945.
Usia Supriyadi yang kala itu masih 23 tahun menjadikan Supriyadi sebagai menteri paling muda sepanjang sejarah Indonesia.
Namun sayang, Supriyadi tidak pernah muncul dan keberadaannya masih menjadi misteri hingga saat ini.
Peristiwa Merah Putih di Manado

Dua tokoh Peristiwa Merah Putih di Manado.
14 Februari 1946 sejumlah prajurit KNIL kompi VII di bawah pimpinan Ch. Taulu di Manado, merebut Tangsi Militer Belanda di teling.
Tangsi Militer Teling terkenal angker karena ditempati militer terbaik Belanda.
Setelah perebutan Tangsi Militer ini, Merah Putih dikibarkan di beberapa lokasi di Sulawesi bagian utara seperti Manado, Tomohon, dan Minahasa.
Dari perebutan kekuasaan tersebut, ada sekitar 600 orang pasukan Belanda dan pejabat tinggi mereka yang berhasil ditawan.
Pemberontakan ini berakhir pada tanggal 16 Februari di mana mulai bertebaran sebuah selebaran berisi pernyataan perebutan kekuasaan di seluruh Manado oleh bangsa Indonesia.
Saat meneliti sejarah perjuangan B W Lapian, Judie Turambi mengatakan, ada sejumlah momen menarik dari peristiwa merah putih tersebut.
Detik-detik sebelum dan pasca bendera Merah Putih berkibar Jam 00.45, semua anggota kelompok penyerbu diberi minum cap tikus sebanyak dua gelas kecil sebagai pemanas badan menghadapi pertempuran.
Sekitar Jam 01.00, aksi heroik dalam malam gelap, sunyi dan senyap di Tangasi Putih Teling dipimpin Runtukahu dan Kotambunan dan pasukannya lalu membebaskan, Taulu, Wuisan, Sumanti dan kawan-kawan dari tahanan sel,
"Menariknya ternyata senjata-senjata di tangan tidak berpeluru," kata dia.
Begitu pun aksi Frans Bisman dan Freddy Lumanauw dengan 2 peleton siap tempur ditugaskan ke Tomohon untuk melucuti Komandan KNIL De Vries sekitar pukul 04.30 .
"Ternyata peluru-pelur yang di bawa pasukan tidak cocok dgn senjata Lee Enfield. Pelurunya buatan Jepang," sebutnya mengurai penggalan sejarah peristiwa merah putih.
(Tribun Manado/Ryo Noor) (Tribunnewswiki.com/Ahmad Nur Rosikin)