Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Info Militer

Majalah Amerika Mengulas Persiapan Indonesia Menghadapi 'Bentrok' dengan Militer China di Natuna

China sendiri menklaim bahwa Laut China Selatan adalah wilayah teritorialnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran negara-negara di dunia belakangan ini.

Editor: Rizali Posumah
Tribunnews.com
Pangkogabwilhan I Laksamana Madya (Laksdya) TNI Yudo Margono memimpin apel gelar pasukan intensitas operasi rutin TNI dalam pengamanan laut Natuna di Paslabuh, Selat Lampa, Ranai, Natuna, Jumat (3/1/2020). 

Atas tindakan pelanggaran China, selama ini Indonesia terus menanggapinya dengan mengerahkan pesawat patroli, jet tempur, dan kapal angkatan laut ke Laut China Selatan

Namun, dikatakan bahwa pangkalan Indonesia di wilayah tersebut yang sedikit, kecil dan belum berkembang dapat menjadi masalah.

Dilaporkan Forbes, ada bandara di Ranai, ibu kota Natuna. Fasilitas dengan landasan pacu 8.400 kaki secara teori dapat menampung jet tempur.

"Ada pula lapangan terbang yang lebih kecil di Matak, 150 di sebelah barat Ranai, panjangnya 3.900 kaki, yang mungkin terlalu kecil untuk jet cepat."

Selain itu, ada pangkalan angkatan laut di Tanjung Pinang, 300 mil barat daya Ranai, yang dapat menopang kapal angkatan laut dengan panjang hingga 100 kaki.

Dijelaskan bahwa kapal amfibi adalah titik awal yang jelas. Dan bukan tanpa alasan bahwa Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, telah menghabiskan miliaran dolar untuk membangun amfibi, termasuk lima dermaga pendaratan yang dirancang Korea Selatan, atau LPD.

Setiap LPD kelas Makassar memiliki panjang 360 kaki, berbobot 11.000 ton dengan muatan penuh dan dapat membawa lebih dari 200 marinir atau tentara ditambah sekitar 40 kendaraan dengan ukuran dan berat tank Leopard II.

Dua puluh dua kapal pendarat, tank, tiga kapal tanker pantai, dua angkutan pasukan, sebuah kapal tanker dan sebuah kapal rumah sakit mendukung LPD.

Dua kapal kelas Banjarmasin -varian Makassar- adalah hal terdekat TNI AL dengan kapal induk . Masing-masing dapat mendukung lima helikopter dan harus dapat menampung V-22.

Selain itu, Angkatan Laut Indonesia mengoperasikan sekitar dua lusin helikopter ringan.

Sementara Angkatan udara memiliki sekitar 20 helikopter transportasi Puma dan Super Puma.

Kemudian, Angkatan Darat, dengan 50 Bell 412 dan 10 Mi-17, memiliki kekuatan putar terbesar.

Namun, tak satu pun dari helikopter itu dapat menandingi kecepatan jelajah 300 mil per jam V-22 dan radius misi 400 mil dengan muatan penuh dua lusin pasukan.

"V-22 tidak hanya mahal dengan $ 70 juta per salinan, tapi juga memiliki perawatan intensif dibandingkan dengan helikopter tradisional.

"Tapi, itu mungkin sepadan karena Indonesia membangun armada angkatan laut yang dapat berfungsi sebagai pangkalan laut untuk melawan serangan China ke perairan Indonesia," menurut laporan Forbes. (*)

HASIL Coppa Italia, Kalahkan Napoli, Atalanta Tantang Juventus di Babak Final

40 Tahun Pernikahan, Indro Unggah Foto Mendiang Istri: Gue Masih Secinta Hari Terakhir Gue Lihat Lo

Sosok Gabriella Larasati Tengah Menjadi Perbincangan, Akun Instagramnya Diserbu Netizen, Ada Apa?

SUMBER: https://intisari.grid.id/read/032551599/cepat-atau-lambat-china-akan-rebut-wilayah-laut-di-asia-tenggara-buat-jaga-jaga-ini-persiapan-indonesia-andaikan-bentrok-dengan-militer-china?page=all

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved