Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Info Militer

Ancaman China di Laut China Selatan, Ini yang Dilakukan Filipina dan AS, Bagaimana dengan Indonesia?

Presiden Rodrigo Duterte sempat membatalkan VFA secara sepihak sebagai respons penolakan Amerika atas visanya.

Editor: Rizali Posumah
SOUTH CHINA MORNING POST
Presiden Filipina Rodrigo Duterte mencoba senapan serbu bantuan dari pemerintah China. 

Wilayah Indonesia, yaitu Natuna, diyakini menjadi salah satu sasaran pencaplokan oleh China.

Seperti yang dijelaskan lembaga pemikir California RAND, "Natuna adalah sumber ketegangan yang terus berlanjut di kawasan ini."

Dikatakan bahwa Natuna miskin, tetapi perairannya kaya akan gas alam dan juga ikan. Hal itulah dikayakan menyebabkan Cina cemburu pada pulau-pulau tersebut.

Meskipun tidak ada yang secara serius mempermasalahkan bahwa Kepulauan Natuna adalah milik Indonesia, apa yang disebut dengan "sembilan garis putus-putus" -sebagian terjauh dari klaim tidak resmi Tiongkok atas Laut Cina- meluas hingga ke zona ekonomi eksklusif sepanjang 200 mil yang mengelilingi kepulauan itu.

Serangan penangkapan ikan juga telah menjadi krisis geopolitik. Pada bulan Januari, armada penangkap ikan Tiongkok muncul di Kepulauan Natuna, hanya sehari setelah Presiden Indonesia Joko Widodo mengunjungi gugusan pulau tersebut. Armada Tiongkok kembali pada bulan berikutnya.

“Sedikit demi sedikit, saya pikir Cina akan merebut laut Indonesia, Laut Filipina, laut Vietnam,” kata Wandarman, seorang nelayan di Natuna, kepada The New York Times. "Mereka lapar: minyak, gas alam, dan banyak sekali ikan," katanya.

Atas tindakan pelanggaran China, selama ini Indonesia terus menanggapinya dengan mengerahkan pesawat patroli, jet tempur, dan kapal angkatan laut ke Laut China Selatan

Namun, dikatakan bahwa pangkalan Indonesia di wilayah tersebut yang sedikit, kecil dan belum berkembang dapat menjadi masalah.

Dilaporkan Forbes, ada bandara di Ranai, ibu kota Natuna. Fasilitas dengan landasan pacu 8.400 kaki secara teori dapat menampung jet tempur.

"Ada pula lapangan terbang yang lebih kecil di Matak, 150 di sebelah barat Ranai, panjangnya 3.900 kaki, yang mungkin terlalu kecil untuk jet cepat."

Selain itu, ada pangkalan angkatan laut di Tanjung Pinang, 300 mil barat daya Ranai, yang dapat menopang kapal angkatan laut dengan panjang hingga 100 kaki.

Dijelaskan bahwa kapal amfibi adalah titik awal yang jelas. Dan bukan tanpa alasan bahwa Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, telah menghabiskan miliaran dolar untuk membangun amfibi, termasuk lima dermaga pendaratan yang dirancang Korea Selatan, atau LPD.

Setiap LPD kelas Makassar memiliki panjang 360 kaki, berbobot 11.000 ton dengan muatan penuh dan dapat membawa lebih dari 200 marinir atau tentara ditambah sekitar 40 kendaraan dengan ukuran dan berat tank Leopard II.

Dua puluh dua kapal pendarat, tank, tiga kapal tanker pantai, dua angkutan pasukan, sebuah kapal tanker dan sebuah kapal rumah sakit mendukung LPD.

Dua kapal kelas Banjarmasin -varian Makassar- adalah hal terdekat TNI AL dengan kapal induk . Masing-masing dapat mendukung lima helikopter dan harus dapat menampung V-22.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved