Imlek di Sulut
Tembak Meriam VOC Dari Kelenteng Ban Hin Kiong, Tradisi Unik Malam Imlek di Manado Zaman Lampau
Di tahun pendemi Covid ini, pemasangan kembang api ditiadakan karena dapat memicu kerumunan. Malam tahun baru Imlek di Manado juga tanpa kembang api.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Ritual Poa Pwe konon adalah pengaruh budaya Minahasa. Sejumlah klenteng tidak mengenal ritual itu.
Dalam menggelar prosesi cap go meh, semua Klenteng harus mengacu ke Klenteng Ban Hing Kiong.
Jika klenteng Ban Hin Kiong melaksanakan prosesi di luar klenteng, klenteng lain mengikuti.
Jika tidak, maka tidak ada prosesi cap go meh di luar klenteng.
Namun hal itu agaknya sudah tak berlaku lagi. Prosesi cap go meh di luar klenteng tetap dilaksanakan sejumlah klenteng kendati klenteng ban hin kiong tak jadi menggelar di luar klenteng.
Tangsin (orang yang sudah dimasuki roh suci saat cap go meh) di klenteng Ban Hin Kiong juga unik, karena sudah dijalankan turun temurun oleh sebuah keluarga.
Mukjizat
Keberadaan Klenteng Ban Hing Kiong di Manado selama hampir empat abad diwarnai sejumlah peristiwa yang diklaim sebagai mujizat.
Pada 1930 misalnya, Kota Manado dilanda wabah penyakit Kolera, korban jiwa berjatuhan.
Pihak Klenteng berinisiatif menggelar sembahyang khusus.
Setelah itu, kio/tandu dari klenteng digotong keliling kota. Ajaibnya wabah pun hilang.
Pada tahun 1819, saat bangunan klenteng masih semi permanen, pernah terjadi kebakaran besar di seputaran klenteng.
Kajaiban terjadi saat api mendekati Klenteng, api tiba-tiba tegak lurus lantas padam.
Saat perang permesta versus pemerintah pusat, salah satu meriam ditembakkan ke klenteng. Pelurunya nyasar di bawah altar Yang Suci Kong Tek Cun Ong. Peluru meriam itu tidak meledak.
Pada masa perang dunia 2, Manado luluh lantak dihantam bom sekutu. Salah satu yang utuh adalah klenteng ban hing kiong.