Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona

Ini Saran Jusuf Kalla Agar Kasus Covid-19 Tak Sampai 2 Juta

Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK) memprediksi jumlah kasus positif covid-19 di Indonesia akan mencapai 2 juta kasus pada April

Editor: muhammad irham
Tribunnews
Ketua Umum PMI Jusuf Kalla 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK) memprediksi jumlah kasus positif covid-19 di Indonesia akan mencapai dua juta kasus pada April 2021.

Perkiraan tersebut muncul lantaran pada Februari ini saja angka kasus positif Covid-19 telah menyentuh 1,2 juta kasus.

Hingga saat ini tercatat jumlah kasus positif di Indonesia sebanyak 1.157.837, orang di mana 949.990 pasien sembuh dan 31.556 orang meninggal.

Dengan tingkat penularan setiap harinya berkisar di angka 12-14 ribu kasus, kata JK, tak menutup kemungkinan dua juta pertama kasus covid-19 di Indonesia terjadi di April.

”Kalau ini berjalan terus seperti ini tanpa upaya keras, termasuk vaksinasi yang sangat penting, maka pada akhir April angka positif menjadi dua juta,” kata JK dalam acara Program Plasma BUMN untuk Indonesia yang digelar secara daring, Senin (8/2).

JK kemudian memaparkan data harian penularan virus corona. Misalnya di bulan Februari kasus positif Covid-19 telah menyentuh angka 1,2 juta kasus dengan tingkat penularan per harinya berkisar di angka 12.000 hingga 14.000 ribu.

"10 bulan dibutuhkan untuk satu juta pertama, tapi cukup tiga bulan untuk penularan dua juta pertama," kata JK.

JK lalu memberikan masukan agar kasus Covdi-19 di Indonesia tak mencapai 2 juta.

Menurutnya, vaksinasi menjadi solusi dalam menekan penularan Covid-19.

”Salah satu caranya ialah mengobati itu hanya vaksinasi. Inilah yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini juga menteri BUMN untuk melaksanakan atau vaksinasi yang cepat. Hanya itu yang bisa mengatasinya, di samping kedisiplinan masyarakat," ucap JK.

Kendati pemerintah sudah menjalankan program vaksinasi, menurut JK, masyarakat juga tetap harus disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Selain itu, diperlukan lebih banyak donor plasma untuk menyelamatkan sesama dari pandemi Covid-19.

Terapi plasma itu, kata dia, bukan hal baru, namun sudah dijalankan sejak 100 tahun lalu.

Penelitian di Malang dan Surabaya, plasma yang diberikan kepada pasien yang tertular 90 persen berhasil.

"Ini sangat penting dan sebagaimana juga sehebat-hebatnya ahli atau scientist, tidak bisa menciptakan darah sekaligus plasma. Karena itu plasma harus dari orang ke orang," ujar JK.

Indonesia sendiri, menurut majalah The Economist, masuk ke dalam daftar negara yang baru akan berhasil memvaksin 60-70 persen warganya pada tahun 2023.

Klasifikasi ini adalah yang paling bontot dari tiga lainnya yang memprediksi vaksinasi mayoritas penduduk dapat rampung per akhir 2021, pertengahan 2022, atau akhir 2022.

Menurut pemodelan EIU, vaksinasi bagi kelompok rentan diprediksi selesai selambat-lambatnya April 2022 dan sisa populasi lainnya selambat-lambatnya tahun 2023.

Jika vaksinasi selesai Desember 2023, maka normalisasi dimulai awal tahun 2024.

Keadaan ini lebih buruk dari negara tetangga RI seperti Malaysia dan Thailand hingga Cina yang mampu beres akhir 2022 dan memulai normalisasi awal 2023. Negara seperti Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan bisa menyelesaikan vaksinasi 60-70 persen penduduk per akhir 2021 dan memulai normalisasi awal 2022.

Dalam paparannya JK juga menyinggung proses pemeriksaan atau tes swab PCR di Indonesia masih rendah.

Dia mencontohkan, pada hari Senin biasanya data penularan Covid-19 tercatat cukup rendah. JK mengatakan hal itu terjadi bukan karena masyarakat yang terpapar sedikit. Kejadian itu terjadi sebab saat akhir pekan masyarakat tak banyak yang melakukan tes COVID-19 dan kenaikan angka justru terjadi pada Selasa dan seterusnya.

"Minggu-Senin itu rendah karena jarang orang pergi untuk swab pada hari Minggu, jadi Seninnya hasilnya kurang, tapi begitu Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, itu bisa mencapai 14 ribu lagi," kata dia.

Kalau sudah tercapai 2 juta kasus, JK melihat masalahnya berikutnya yaitu rumah sakit yang tak mampu lagi menampung pasien. Sebab tenaga kesehatan dalam hal ini rumah sakit jelas akan makin kesulitan memenuhi kebutuhan ruang rawat bagi para pasien Covid-19.

”Kalau sudah tercapai 2 juta maka masalahnya yang terjadi ialah kesulitan rumah sakit, maka rumah sakit akan sangat berlebihan. Dan itu akan tercapai akhir April kalau kondisinya tetap jalan terus, artinya rata-rata 12 ribu sehari maka akhir April akan dua juta," kata dia.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved