Internasional
Kilas Balik Krisis Myanmar, Begini Pengaruhnya Bagi Indonesia
Mengapa militer Myanmar merebut kekuasaan lewat kudeta? Zaheena Rashid dari Aljazeera menulis laporan panjang tentang krisis Myanmar
Hlaing Berambisi Jadi Pesiden Myanmar
Dalam UU Myanmar, usia pensin seorang jenderal adalah 65 tahun. Per Juli 2020, Min Aung Hlaing telah memasuki masa pensiun.
Tapi ambisi lamanya yang ingin memimpin Myanmar, membuat kekuasannya diperpanjang. Melissa Crouch, profesor di Fakultas Hukum, Universitas New South Wales di Sydney, Australia, menyebut Hlaing sejak lama ingin berkuasa.
Tapi ambisinya hancur ketika USDP kalah di Pemilu 8 November 2020. Kekalahan partai proksi militer itu menggagalkan cita-citanya secara kontitusional.
Tatmadaw, di bawah konstitusi yang dibuatnya pada 2008, telah menunjuk 166 atau 25 persen kursi di parlemen.
Sementara USDP membutuhkan 167 kursi lagi untuk menunjuk Min Aung Hlaing sebagai Presiden Myanmar di parlemen.
Namun partai tersebut hanya memenangkan 33 dari 498 kursi yang tersedia. Sedangkan NLD merebut 396 kursi.
Crouch mengatakan kudeta Senin, yang terjadi hanya beberapa jam sebelum parlemen baru akan bertemu untuk pertama kalinya, dipicu kesadaran militer bahwa tidak ada pilihan lain untuk mendapatkan kembali kursi kepresidenan.
"Untuk mendapatkan kembali kantor presiden, mereka harus bertindak di luar hukum ... Dan dalam waktu satu tahun, mereka akan mengizinkan pemilihan baru dilakukan. Jika USDP berhasil mendapatkan sepertiga kursi, maka ada kemungkinan Min Aung Hlaing bisa menjadi presiden," kata Melissa.
Min Aung Hlaing, yang sebelumnya merupakan tokoh yang kurang dikenal di angkatan bersenjata, diangkat sebagai panglima tertinggi pada 2011, tepat ketika Myanmar mulai beralih ke pemerintahan sipil setelah 49 tahun pemerintahan militer.
Ketika NLD memenangkan pemilihan multi-partai tahun 2015, sang jenderal mulai memposisikan dirinya sebagai calon presiden.
Dia tidak pensiun seperti yang diharapkan pada 2016, mengubah dirinya, dengan bantuan media sosial, dari tentara penyendiri menjadi figur publik.
Halaman Facebook yang didedikasikan untuk umum mempublikasikan aktivitasnya, termasuk kunjungan ke biara di negara mayoritas Buddha, dan pertemuan dengan pejabat.
Salah satu halaman memiliki 1,3 juta pengikut dan bertindak sebagai saluran utama militer untuk mendapatkan informasi, terutama selama penumpasan brutal Tatmadaw terhadap minoritas Rohingya pada 2017.
Operasi tersebut, termasuk pembunuhan massal, pemerkosaan berkelompok, dan pembakaran yang meluas, mendorong sekira 730.000 penduduk Rohingya masuk negara tetangga Bangladesh.