Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Internasional

Kilas Balik Krisis Myanmar, Begini Pengaruhnya Bagi Indonesia

Mengapa militer Myanmar merebut kekuasaan lewat kudeta? Zaheena Rashid dari Aljazeera menulis laporan panjang tentang krisis Myanmar

Editor: Fistel Mukuan
Istimewa
Sosok Aung San Suu Kyi, Pimpinan NLD yang Ditahan Militer Myanmar, Peraih Nobel Perdamaian 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kudeta militer di Myanmar tentunya memiliki dampak terhadap Indonesia khususnya dalam geopolitik di Asia Tenggara.

Hal tersebut dinilai oleh praktisi dan pengajar Hubungan Internasional Dinna Prapto Raharja.

Kudeta militer Myanmar terhadap pemerintahan de facto Aung San Suu Kyi jadi sorotan dunia.

Pemimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Myanmar Aung San Suu Kyi. Aung San Suu Kyi beserta pemimpin pemerintahan sipil di Myanmar ditangkap pihak militer.
Pemimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Myanmar Aung San Suu Kyi. Aung San Suu Kyi beserta pemimpin pemerintahan sipil di Myanmar ditangkap pihak militer. (wikipedia)

Hal itu lantaran Myanmar termasuk kawasan Asia Tenggara.

“Ya ada dampaknya bagi Indonesia,” ujar Dinna Prapto Raharja ketika dihubungi Tribunnews.com, Selasa (2/2/2021).

Pertama, kawasan Asia Tenggara yang menjadi pilar penting dalam politik luar negeri Indonesia makin menjauh dari karakter demokratis.

Artinya, dia menjelaskan, agenda-agenda politik luar negeri lewat ASEAN akan bergantung pada persetujuan dari pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN yang di dalam negerinya menjalankan sikap semena-mena dan acuh pada kehendak rakyatnya.

“Tentu saja hal ini berdampak negatif pada idealisme masyarakat yang memimpikan keutamaan pada nasib rakyat dan partisipasi masyarakat dalam proses-proses ASEAN. Bagi negara-negara mitra dialog ASEAN, hal ini bisa dijadikan alasan untuk mendeskreditkan ASEAN,” ujar Dinna Prapto Raharja.

Kedua, sebelum kudeta, politik di Myanmar sebetulnya cenderung Tengah ke Kanan (center-right).

Artinya pemerintah yang berkuasa cenderung mempertahankan status quo dengan militer yang walaupun tidak memegang kekuasaan penuh tetapi tetap menentukan kebijakan politik luar dan dalam negeri.

Apalagi imbuh dia, partai Liga Demokrasi (NLD), selama ini mencoba menghindari konfrontasi dengan militer secara terbuka dan mencoba melakukan reformasi dari dalam.

Tumbalnya, dia menjelaskan, partai NLD dan Suu Kyi yang dijauhi Eropa dan Barat karena dianggap cenderung pro militer.

Secara internal, kubu militer dan sipil ini terus bersitegang di dalam pemerintahan.

Kenyataannya, lebih lanjut, meski NLD dan Suu Kyi sudah mencoba untuk bersikap moderat, militer tetap merasa insecure dan momentum kemenangan NLD menjadi pemicu bagi militer untuk mencegah transisi kekuasan sipil.

Mengapa militer Myanmar merebut kekuasaan lewat kudeta? Zaheena Rashid dari Aljazeera menulis laporan panjang tentang krisis Myanmar, Selasa (2/1/2021).

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved