Kuliner
Kisah Roti Legendaris dari Pecinan, Ikon Manado di Era 80-an hingga 1990-an
Toko roti ini berada di kawasan pecinan (kampung cina) Manado. Tepatnya di Jalan S Parman, Kelurahan Pinaesaan, Kecamatan Wenang, Manado.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID - Roti Lucky Top. Nama ini sangat familiar di telinga warga Kota Manado.
Banyak perusahaan roti modern muncul. Tetap saja roti Lucky Top sukar "dikudeta" dari hati warga Kota Tinutuan.
Wajar. Karena roti ini telah melegenda. Sudah puluhan tahun "mengabdi".
Toko roti tersebut berada di kawasan pecinan (kampung cina) Manado. Tepatnya di Jalan S Parman, Kelurahan Pinaesaan, Kecamatan Wenang, Manado.
Jalan itu sempat disulap jadi kompleks kuliner Koenya Koenya, salah satu objek wisata primadona di jantung pecinan.
Sayangnya kawasan itu keburu koma sebelum tewas saat pendemi Covid 19.
Di masa "Once Upon a Time In Manado" kawasan pecinan adalah pusat kehidupan warga Manado.

Toko itu jadi salah satu lokasi favorit. Hingga muncul pameo. Kunjungi pusat kota, tak lengkap rasanya jika tak singgah ke toko roti.
Tribun Manado mengunjungi toko roti tersebut Jumat (5/2/2021) sore pukul 16.00 Wita.
Sejam lagi toko tutup. Tapi pengunjung masih ramai. Ada yang memborong roti dalam jumlah banyak. Ada pula yang hanya beli satu satu.
Keadaan toko tersebut sangat tradisional. Masih sama dengan saat didirikan puluhan tahun lama. Nuansa kuno yang eksotik.
Sebuah lukisan lima kuda yang sudah sangat tua terpasang di dinding kiri ruangan toko.
"Ini sudah ada sejak lama," kata Ika, salah satu keluarga.
Ika mengaku tidak begitu tahu sejarah toko itu. Ia sudah generasi ketiga.
"Didirikan oleh Betty Mateos. Selebihnya sudah tidak begitu tahu sejarahnya," ujar dia.
Sebut dia, roti itu dikelola secara home industri.
Dulunya pabrik roti tersebut berads di kelurahan Wonasa.
"Kini sudah kami produksi di sini," kata dia.
Roti tersebut memang jadi ikon Manado pada tahun 80 an hingga 90 an.
Para penjual roti kala itu memakai roda dengan bunyi bunyi tertentu sebagai penanda. Dan yang dijual kebanyakan roti Lucky Top. Kini Lucky Top eksis dengan cara berbeda.
"Roti ini masih bertahan di rumah kopi. Jadi bahan utama roti bakar. Roti ini juga sering dijajakan di pelabuhan Manado. Banyak juga yang beli di sini," kata dia.
Ia menuturkan, roti lapis dan roti tawar jadi menu andalan toko roti itu. Kedua roti itu punya peminat yang fanatik. "Ada pula roti keju," ujarnya.
Ditanya apa resepnya, ia menyebutnya rasa. Rasa roti itu dulu dan kini tetap sama.
"Mungkin karena rasanya yang khas. Warga Manado sudah terbiasa. Harganya juga sangat murah," kata dia.
Hal lainnya adalah kerja keras. Ini adalah ciri khas warga keturunan Cina yang mendiami kawasan pecinan.
Kerja keras dan kejujuran, itulah resep kampung cina bertahan di tengah gempuran pusat pertokoan baru.
Selain tempat usaha, toko roti tersebut juga jadi objek wisata. Saat booming turis tiongkok beberapa tahun lalu, tempat ini sering didatangi turis.
"Mereka tanya tanya, foto foto juga beli roti di sini," kata dia.
Ernest Kawung salah satu warga mengaku sering belanja roti Lucky Top. Ia suka roti tawarnya.
"Sejak kecil saya makan roti ini. Hingga dewasa pun tetap makan," beber dia.
Pihak keluarga bertekad akan meneruskan kejayaan roti tersebut dengan cara menjaga keaslian rasanya.
Seperti itu jugalah kawasan usaha di pecinan coba bertahan di tengah gempuran mall dan pusat perbelanjaan. (art)
• POPULER Sulut: Tumbelaka Tetap Minta James Arthur Kojongian Mundur | Marinir Bitung Turun ke Jalan
• Profesor Ngamuk Hingga Keluarkan Sumpah Serapah, Hanya Karena Tak Terima Diklakson Seorang Pemuda
• Sosok Firda, Atlet Taekwondo Nasional yang Kini Berjuang Melawan Kelumpuhan, Sempat Putus Asa