Sriwijaya Air Jatuh
Hasil Investigasi Sriwijaya Air Jatuh, Ada Awan Cumulonimbus, Pesawat 1 Jalur, Tak Meledak di Udara
Sebelumnya, pesawat rute Jakarta-Pontianak itu lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 14.36 WIB dan hilang kontak, empat menit kemudian.
“Selanjutnya pesawat mulai berbelok ke kiri secara perlahan sampai pesawat akhirnya
menukik ke bawah hingga ke membentur permukaan laut,” ujarnya.
Sebut Ada Awan Cumulonimbus Saat Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Lepas Landas
Sebelum dan saat pesawat Sriwijaya Air SJ 182 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten, ternyata terdapat awan tebal cumulonimbus di langit Jakarta pada 9 Januari 2021.
Demikian hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.
Menurut Dwikorita, awan cumulonimbus tersebut mulai meluruh seiring dengan intensitas hujan yang berkurang, sehingga ada peningkatan jarak pandang.
"Kondisi cuaca sebelum dan saat (pesawat Sriwijaya Air SJ 182) take off terdapat awan CB (Cumulonimbus) di atas Jakarta," kata Dwikorita dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi V DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Rabu (3/2/2021).
Berdasarkan analisa Citra Satelit Himawari, saat penerbangan pesawat Sriwijaya Air SJ 182, suhu puncak awan berkisar minus 43 derajat celsius sampai dengan minus 48 derajat celsius.
Menurut Dwikorita, awan cumulonimbus tersebut bukan hanya ada di Jakarta. Melainkan juga ada di jalur penerbangan yang membentang di atas Jawa bagian barat yang bergerak ke arah tenggara.
Dwikorita menambahkan, berdasarkan data radiosonde untuk mengetahui kondisi udara atas per tanggal 7 sampai 9 Januari 2021, potensi icing berada pada ketinggian 16 ribu hingga 27 ribu kaki.
"Pada ketinggian 11 ribu kaki (posisi pesawat Sriwijaya Air berada) tidak terdapat potensi icing," ujar Dwikorita.
Meskipun demikian, dia memastikan bahwa area perlintasan yang dilalui pesawat Sriwijaya Air SJ 182 itu bukanlah wilayah awan signifikan.
SUMBER: