Regional
Akibat Wabah ASF, Populasi Babi di Bali Turun hingga 42,31 Persen
Populasi babi di Bali pada tahun 2020 diketahui menurun sebanyak 42,31 persen dibanding tahun 2019. Hal ini disebabkan karena adanya wabah ASF.
Intan mengatakan, harga daging babi saat ini sudah menembus di Rp 90 ribuan.
Kenaikan harga ini merangkak sedikit demi sedikit sejak triwulan ke-4 tahun 2020.
"Jadi naiknya bukan tiba-tiba melonjak menjadi Rp 90 ribu perlahan dari Rp 60 ribu, Rp 65 ribu, (dan) Rp 70 ribu.
Begitu terus merangkak naik menjadi sekitar di angka Rp 90 ribuan. Jadi endak tiba-tiba naik, pelan dia naiknya," tuturnya.
Tak hanya daging, kenaikan juga dialami pada bibit babi.
Kondisi ini dikarenakan para peternak masih menggunakan bibitnya untuk keperluan sendiri guna memperbanyak indukan.
Sehingga bibit yang dilempar para peternak ke pasar menjadi berkurang.
Padahal, permintaan bibit babi di Bali sudah mulai meningkat saat ini.
Hal ini disebabkan karena petani yang awalnya takut memelihara babi akibat ASF, kini mereka mulai mencoba memelihara lagi.
"Rumah-rumah tangga yang dulu memelihara satu dua ekor, (sudah) pengen memelihara lagi. Ya ini jadi kan permintaan bibit banyak.
Sementara produksi dan indukan kita memang masih sedikit, dari peternak masih membuat indukan buat mereka sendiri. Jadi yang dilempar ke pasaran sedikit," kata dia.
Intan memperkirakan, harga bibit babi di pasaran saat ini lebih dari Rp 1 juta per ekor.
Harga ini tidak serta-merta bisa diturunkan mengingat perlu proses yang cukup panjang.
"Nah ini kan kaitannya dengan makhluk hidup ya babi, restocking itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Kita memang butuh waktu untuk itu. Butuh waktu gimana kita bisa menciptakan bibit, kan itu butuh dari indukan yang ada.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/ilustrasi-babipixabaycom.jpg)