Hut ke 18 Minsel
Minsel Rayakan HUT ke-18, Perjuangan Jadikan Minsel Daerah Otonom Sudah Ada Sejak Tahun 1950-an
Kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten Minahasa 27 Januari 2003 lalu, Minahasa Selatan, terus bermetamorfosis.
Penulis: Andrew_Pattymahu | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, AMURANG - Rabu (27/1/2020) hari ini Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) merayakan hari jadi ke-18.
Kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten Minahasa 27 Januari 2003 lalu, terus bermetamorfosis.
Saat ini Minsel memiliki 17 kecamatan, 167 desa dan 10 kelurahan.
Ramoy Markus Luntungan adalah kepala daerah pertama yang ditunjuk Gubernur Sulut AJ Sondakh untuk memimpin daerah yang baru lahir itu.
Selanjutnya sederat nama bupati baik yang definitif maupun penjabat bupati diantaranya HD Waworuntu, Gemy Kawatu, Mecky Onibala, Rene Hosang hingga Christiany Eugenia Paruntu yang memimpin Minsel selama dua periode (10 tahun).
Belum lama ini tribunmanado.co.id mewancarai sejumlah tokoh pemekaran Minsel diantaranya Ferry Liando, Aswin Lumintang dan Hikmat Brandes.
Ternyata, perjuangan Minsel bukan dimulai di awal tahun 2000-an tapi sudah ada di awal-awal kemerdekaan Republik Indoenesia sekitar tahun 1950.
Tapi keinginan para tokoh Minsel kala itu belum terlaksana lantaran 'tou' Minahasa masih teguh memegang prinsip 'Minahasa Raya' seperti keinginan para dotu-dotu.
Niat ini kembali muncul pasca reformasi pada awal tahun 2000. Namun perjuangan Minsel untuk menjadi daerah otonom baru tak semulus yang dibayangkan.
Perlu dana dan kerja ekstra untuk menuai hasil. Apalagi saat itu pemerintah daerah Minahasa tak ingin Minsel lepas sebagai wilayahnya.
Belum lagi pada awal-awal perjuangan ini ada dua kelompok. Kelompok pertama ingin berjuang menjadikan Amurang Raya menjadi kota dan kelompok kedua ingin Minsel (termasuk Amurang Raya) menjadi kabupaten.
Pemikiran yang berseberangan ini pada akhirnya bisa menyatu. Mereka sepakat memperjuangkan Minsel menjadi kabupaten baru.
Masih dalam diskusi virtual tersebut, untuk mencapai 'goal', ada tiga kelompok pejuang yang terbentuk secara alami. Pertama pejuang lapangan yang terdiri dari aktivis yang bertugas menggalang demonstrasi.
Kedua pejuang penghubung dan propaganda. Ketiga pejuang elit, mereka inilah yang disebut para pemikir Minsel yang melobi dari tingkat daerah hingga pusat (pemerintah dan DPR RI) yang terdiri dari tokoh politik, akademisi, anggota dewan dan pengusaha.
Aswin Lumintang salah satu pelaku sejarah yang hadir dalam diskusi mengatakan saat itu Mendagri Hari Sabarno menolak pemekaran Minsel. Gubernur Sulut AJ Sondakh pun tetap berupaya supaya Minsel dimekarkan.