Gempa Bumi di Talaud
Pasca Gempa 7.0, 5 Rumah dan 1 Gereja di Kepulauan Talaud Rusak, BNPB Imbau Masyarakat Waspada
Gempa 7.0 magnitudo yang terjadi Kamis (21/01/2021) malam pukul 20.23 Wita berdampak pada masyarakat dan bangunan di Kepulauan Talaud.
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID, MELONGUANE - Gempa 7.0 magnitudo yang terjadi Kamis (21/01/2021) malam pukul 20.23 Wita
berdampak pada masyarakat dan bangunan di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.
Pusat gempa berada 132 km timur laut Melonguane itu menimbulkan goncangan hebat
di Melonguane dan sekitarnya.
BERITA TERPOPULER :
Baca juga: Sosok Diana Listyo, Istri Komjen Listyo Sigit, Setia Dampingi Sang Jenderal, Besan Almarhum Subiakto
Baca juga: Masih Ingat Kasus Pembunuhan Siswi SMK, 2 Tahun Berlalu Pelaku yang Bunuh Noven Masih Jadi Misteri
Baca juga: Pendaftaran Pasukan Cadangan Segera Dibuka, Akan Diberi Pangkat dan Uang Saku, Ini Syaratnya
TONTON JUGA :
Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Talaud melaporkan sejumlah
rumah warga dan bangunan terdampak gempa dengan magnitudo 7,0.
BPBD setempat menginformasikan sebanyak dua unit rumah mengalami rusak ringan dan tiga unit terdampak.
"Tingkat kerusakan pada ketiga unit rumah tersebut masih dalam proses pendataan
petugas di lapangan," ujar Dr Raditya Jati, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi
Kebencanaan BNPB kepada tribunmanado.co.id, Jumat (22/01/2021) siang.
Dua unit rumah rusak ringan berada di Desa Rae, Kecamatan Beo Utara, sedangkan rumah terdampak
lainnya diidentifikasi masing-masing di Desa Ganalo, Kecamatan Tampan Amma, Desa Mala,
Kecamatan Melonguane dan Desa Bantik, Kecamatan Beo.
Di samping tempat tinggal, gempa juga mengakibatkan 1 unit gereja terdampak di Desa Ganalo,
Tampan Amma dan RSUD di Desa Mala, Melonguane.
Pantauan sementara BPBD menyebutkan, kerusakan minor teridentifikasi pada RSUD.
Laporan tingkat kerusakan bangunan masih dalam pendataan petugas di lapangan.
Berdasarkan data BPBD per 22 Januari 2021, pukul 08.00 WIB tersebut, belum ada laporan
korban jiwa akibat gempa tersebut.
Pascagempa, tim BPBD Kabupaten Kepulauan Talaud melakukan pendataan, koordinasi dengan
instansi terkait, serta evakuasi keluarga terdampak.
Berdasarkan analisis InaRISK, Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki potensi bahaya gempa bumi
dengan kategori sedang hingga tinggi.
Sebanyak 18 kecamatan pada kabupaten tersebut berada pada potensi bahaya dengan kategori tersebut.
Dilihat dari sisi risiko, sebanyak 86.759 jiwa berpotensi terpapar bahaya gempa bumi di 18 kecamatan,
Kabupaten Kepulauan Talaud dengan luas bahaya 75.479 hektar.
Masyarakat di Kepulauan Talaud memiliki catatan historis terdampak gempa dengan magnitudo besar,
seperti pada 1914, 1957, 1969, dan 2009.
Data bencana gempa menunjukkan bahwa korban jiwa terjadi dikarenakan reruntuhan bangunan
dan bukan guncangan gempa.
BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan siap siaga terhadap potensi gempa susulan.
Sementara itu, dilihat dari peta guncangan yang diukur dengan skala MMI (Modified Mercalli Intensity),
gempa dirasakan di daerah Melonguane, Tahuna, Ondong IV MMI; Manado, Bitung III MMI; Galela ,
Gorontalo, Morotai, Halmahera Utara, Halmahera Barat II-III MMI; Bolaang Uki II MMI, Ternate, Sofifi,
Halmahera Tengah I-II MM;.
Skala IV MMI mendeskripsikan bila pada siang hari dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah.
Sedangkan III MMI menggambarkan getaran dirasakan nyata dalam rumah, serta terasa getaran
seakan-akan truk berlalu.
Berdasarkan Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno, hasil pemodelan
menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.
Sebelumnya, BMKG menginformasikan parameter gempa dengan M7,1 dan berpusat pada 134 km
timur laut Melonguane serta kedalaman 154 km.
Lebih lanjut, Prayitno mengatakan bahwa hasil analisis BMKG menunjukkan pemutakhiran gempa M7,0
dan pusat gempa berada di laut atau 132 km arah timur laut Kota Melonguane, Kabupaten
Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.
Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi
merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Filipina.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme
pergerakan naik (Thrust Fault),” tambahnya.
(Tribunmanado.co.id/Fernando Lumowa)
BERITA PILIHAN EDITOR :
Baca juga: Jumlah Penduduk Indonesia Data Desember 2020, Kalimatan Utara Paling Rendah
Baca juga: BOCORAN Cerita Sinetron Ikatan Cinta Jumat 22 Januari 2021, Aldebaran Perjuangkan Cintanya, Andin?
Baca juga: Kisah Sahrul Gunawan Ngebet Dapat Istri Sebelum Resmi Jadi Wabup, Ridwan Kamil Bantu Carikan Jodoh
TONTON JUGA :