Penanganan Covid
Tanggapan IDI soal Beredar Pesan Berantai Sebut Vaksinasi ke Presiden Gagal, Suntik Tak Tembus Otot
Seperti yang diketahui Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang melakukan vaksinasi covid-19.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Seperti yang diketahui Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang melakukan vaksinasi covid-19.
Terkait vaksinasi itu banyak disebutkan bahwa penyuntikan vaksin covid-19 yang dilakukan Jokowi gagal.
Hal tersebut beredar dari pesan berantai di media sosial.
Baca juga: Korban Akui Ada Aroma Bunga Melati Sebelum Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Pergi, Sempat Rekam Situasi
Baca juga: Tak Rasakan Efek Samping, dr Jacob Pajan Imbau Masyarakat Jangan Takut Vaksin
Baca juga: Ramalan Zodiak Karier Besok Rabu 20 Januari 2021, Cancer Disarankan untuk Tidak Kehilangan Kendali
Foto : Presiden Joko Widodo saat mendapat suntikan pertama vaksin Covid-19 di Istana Kepresidenan pada Rabu (13/1/2021). Penyuntikan ini sekaligus menandai program vaksinasi Covid-19 di Indonesia.(ISTANA PRESIDEN/AGUS SUPARTO)
Vaksin yang disuntikkan pada Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menandai
vaksinasi covid-19 perdana 13 Januari lalu disebut tak tepat sasaran dan gagal karena tak tembus otot hanya di kulit.
Beberapa waktu terakhir, beredar pesan berantai di media sosial dan WAG tentang vaksinasi Covid-19 presiden Jokowi gagal.
Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban memberikan jawabannya.
Dikutip dari cuitan twitternya Senin (18/1/2021), Zubairi merunutkan jawaban atas isu yang santer berkembang tersebut.
Zubairi menuliskan, isu dimulai dari pesan seorang dokter di Cirebon yang menyatakan injeksi vaksin Sinovac seharusnya intramuskular (menembus otot) sehingga penyuntikannya harus dilakukan dengan tegak lurus (90 derajat).
Zubairi membantah hal itu.
"Apakah benar?Jawabannya tidak benar. Sebab, menyuntik itu tidak harus selalu tegak lurus dengan cara intramuskular.
Itu pemahaman lama alias usang dan jelas sekali kepustakaannya.
Bisa Anda lihat di penelitian berjudul "Mitos Injeksi Intramuskular Sudut 90 Derajat”," tulis Zubairi.
Zubairi juga menyertakan, hasil penelitian yang memperkuat pandangannya bahwa suntikan vaksinasi terhadap presiden Jokowi telah sesuai dan benar.
"Penelitian itu ditulis oleh DL Katsma dan R Katsma, yang diterbitkan di National Library of Medicine pada edisi Januari-Februari 2000.
Intinya, persyaratan sudut 90 derajat untuk injeksi intramuskular itu tidak realistis," kata dia.
"Pasalnya, trigonometri menunjukkan, suntikan yang diberikan pada 72 derajat,
hasilnya itu mencapai 95 persen dari kedalaman suntikan yang diberikan pada derajat 90.
Artinya, apa yang dilakukan Profesor Abdul Muthalib sudah benar.
Tidak diragukan," sambung Zubairi.
Dalam pesan berantai juga disinggung apakah ada risiko terjadi Antibody Dependent Enhancement (ADE),
kondisi di mana virus mati yang ada di dalam vaksin masuk ke jaringan tubuh lain dan menyebabkan masalah kesehatan.
"Jawabannya: kan tidak terbukti di uji klinis satu, dua dan tiga bahwa ADE itu terjadi pada vaksin Sinovac.
Dulu pernah diduga terjadi pada vaksin demam berdarah.
Saya enggak tahu bagaimana perkembangannya lagi. Silakan dicek," ujarnya.
Lebih jauh ia mengatakan, dokterlah yang bisa menentukan ukuran jarum suntik yang digunakan dalam proses vaksinasi.
"Apakah tubuh kurus dan tidak punya pengaruh dengan ukuran jarum suntik?
Ya kalau obesitas berlebihan tentu jaringan lemaknya banyak.
Jadi untuk masuk ke otot jadi lebih sulit. Dokter yang nantinya bisa menilai ukuran jarum suntik itu ketika akan divaksin," jelas Zubairi.
Foto : Reaksi Presiden Jokowi Setelah Disuntik Vaksin Covid-19, Dokter Prof Abdul Muthalib Gemetar. (SETPRES)
Sebelumnya dalam pesan berantai tersebut tertulis dr. Taufiq Muhibbuddin Waly Sp.PD.
Ia menyatakan injeksi vaksin Sinovac seharusnya intramuskular (menembus otot)
sehingga penyuntikannya harus dilakukan dengan tegak lurus (90 derajat).
Dalam pesan juga disampaikan bahwa, vaksin yang diterima Presiden Joko Widodo
tidak menembus otot sehingga tidak masuk ke dalam darah.
“Suntikan vaksin yang dilakukan pada Anda hanyalah sampai di kulit (intrakutan) atau di bawah kulit (subkutan).
Itu berarti vaksin tidak masuk ke darah,” tulis Taufiq dalam pesan tersebut.
Tulisan itu juga menyinggung risiko terjadinya Antibody Dependent Enhancement (ADE),
kondisi di mana virus mati yang ada di dalam vaksin masuk ke jaringan tubuh lain dan menyebabkan masalah kesehatan.
Hingga berita ini diturunkan Tribunnews.com masih mencoba menelusuri pesan dr. Taufiq itu.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Vaksin yang Disuntikkan Pada Jokowi Tak Tembus Otot Hanya di Kulit, Benarkah? Ini Penjelasan IDI, https://www.tribunnews.com/corona/2021/01/19/vaksin-yang-disuntikkan-pada-jokowi-tak-tembus-otot-hanya-di-kulit-benarkah-ini-penjelasan-idi?page=all.