Kisah
Sosok Pemuda Bersorban yang Wajahnya Dipenuhi Tato, Mantan Anak Pesantren yang Kembali Pulang
Ahmad Nur Kusuma Yuda. Yuda Sedari kecil sekolah di pesantren namun saat remaja ia memutuskan kabur dan memilih jalanan.
Meski sekarang telah memilih berhijrah, namun dia mengaku tidak berniat menghapus tatonya.
"Saya tidak menyesal dan tak ada niat menghapus. Biar tahu zaman jahiliyah kita. Jadi kita tahu sudah kembali ke jalan yang benar. Nanti biar nanti di akhirat saja yang tahu itu salah dan benar," ungkapnya.
Yuda akhirnya memilih tinggal di Semarang karena dekat dengan keluarga termasuk ayah.
Dia mengaku proses hijrahnya tidak mudah dan penuh rintangan.
Terlebih, dirinya kerapkali dipandang sebelah mata oleh beberapa orang.
"Pandangan pertama orang-orang di masjid mereka tadinya pada takut. Pas waktu sholat banyak dilihatin orang. Mereka pada bingung. Tapi yang penting saya sudah niat dan berusaha. Akhirnya sekitar sebulan mereka sudah mulai terbiasa dan menerima," tuturnya.
Kini Yuda menjalani hari-harinya dengan membantu mengurus masjid di Masjid Jami Al-Istiqomah Jalan Kusuma Wardani, Pleburan.
"Saya tinggal di sini sekarang, bantu-bantu bersih-bersih, adzan, memang harus adaptasi, Alhamdulilah di sini menerima saya," ungkapnya.
Selain itu, dia juga memperdalam ilmu agama dan menghafal Alquran yang dulu sudah 24 juz, menemui ulama-ulama dan mempelajari lagi ilmu dakwah.
Dari pertemuannya dengan ulama di Jawa Barat, Yuda diberi nama Sa'ad Al-Maliki yang diambil dari nama salah satu sahabat Rasullullah.
"Nama sahabat Rasulullah, Sa'ad. Tidak terkenal di bumi tapi terkenal di langit," katanya.
Yuda ingin hidupnya bermanfaat bagi banyak orang. Dia pun memiliki cita-cita berdakwah di wilayah pelosok negeri.
"Habis Lebaran tahun ini saya keluar 4 bulan (berdakwah). Sekarang ini memperbaiki bacaan Alquran saya dulu, mengulang hafalan yang sudah 24 Juz," katanya.
Anak ketiga dari empat bersaudara ini juga berharap bisa bertemu dengan ibunya karena sejak kecil orangtuanya telah berpisah.
"Dari kecil tidak pernah ketemu ibu, saya ingin ketemu tapi Allah belum mempertemukan lagi. Dengar-dengar di Kalimantan, tapi saya menunggu Allah mempertemukan," ujarnya.