Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tribun Travel

Pantai Tanjung Ompu, 'Putri Totabuan' yang Terancam Binasa Dua Kali

Dari objek wisata "papan atas", pantai Tanjung Ompu di Desa Lalow, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolmong, kini menjadi objek wisata "degradasi".

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: David_Kusuma
Tribun manado / Arthur Rompis
Pantai Tanjung Ompu di Bolmong 

TRIBUNMANADO.CO.ID, LOLAK - Dari objek wisata "papan atas", pantai Tanjung Ompu di Desa Lalow, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolmong, kini menjadi objek wisata "degradasi".

Bahkan ke depannya terancam hilang karena masuk wilayah pertambangan batu gamping dan lempung.

Tribun Manado mengunjungi pantai itu Jumat (8/1/2021) sore. Suasana sepi menyeruak. 

Seorang pengunjung pun tak nampak. Debur ombak  terdengar seperti jerit bidadari laut yang kehilangan pasangannya di darat.

Baca juga: Tunjangan Sertifikasi Belum Terbayar Penuh, 248 Guru di Kota Pendidikan Harus Kembali Bersabar

Baca juga: Bansos 2021 untuk Provinsi Sulut Tembus Rp 644 Miliar

Baca juga: Bolmong Rekrut 345 Guru P3K Tahun 2021 Ini

Dermaga yang jadi daya tarik pantai itu, tersisa cagak - cagak kayu yang berdiri tak beraturan di atas air.

Samping pantai itu berdiri sebuah bangunan. Dua traktor parkir depannya, tak jauh dari situ terdapat sebuah bidang tanah seluas 30 meter.

Isinya tiga buah gunungan pasir setinggi 10 meter.

Itu adalah jejak sebuah perusahaan penambang pasir. 

Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow pernah menertibkan perusahaan tersebut pada 2019 lalu.

Baca juga: Amanda Manopo Gantikan Gisella Anastasia Jadi Bintang Produk Kosmetik Setelah Gisel Jadi Tersangka

Baca juga: Nelayan Lihat Pesawat Jatuh, Teriak Minta Tolong, Sebut Ada Api

Berdirinya perusahaan pasir tersebut punya andil terhadap matinya tanjung ompu.

Pasir di sana dikeruk. Aktivitas pertambangan membatasi akses masuk ke ompu.

Akhirnya ompu tak lagi "disentuh" pada setiap akhir pekan atau pada hari raya lebaran.

Tapi kenangan Ompu sulit dilupakan.

"Dulunya ini pantai paling top di BMR. Se BMR kemari. Jalan trans sulawesi sampai macet parah gara gara orang antri ke Ompu," kata Agung seorang warga Kotamobagu.

Baca juga: PREDIKSI AS Roma vs Inter Milan, Giallorossi Siap Tempur, Antonio Conte Taruh Kewaspadaan

Baca juga: Pesan Korban Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air, Jadi Ucapan Terakhir untuk Keluarga, Selamat Tinggal

Agung bercerita, Ompu dulunya sangat indah. Pasirnya halus, airnya jernih.

"Pemandangan pun elok. Apalagi melihat tanjung samping pantai ini," kata dia.

Agung sewaktu kecil selalu menghabiskan akhir pekan di Ompu bersama keluarga.

Waktu itu ke Ompu adalah kebanggaan. "Tak lengkap rasanya jika tak kesana," kata dia.

Keindahan Ompu mengundang imajinasi seorang pembuat lagu. Ia membuat lagu tentang 
pantai itu.

"Sampai sampai ada lagunya," kata Akbar warga setempat.

Beberapa waktu terakhir, Ompu mulai ramai seiring penertiban pertambangan.

Namun bayi yang baru lahir kembali wafat kedua kali.

Baca juga: Jatuhnya Sriwijaya Air Jadi Kado Terburuk Awal 2021, YLKI: Kita Berharap, Semoga Ada yang Selamat

Tempat itu diwacanakan jadi lokasi pertambangan gamping dan lempung. Jika demikian, situs bersejarah Bolmong dapat hilang.

Menurut pemerhati sejarah dan budaya Bolaang Mongondow, Hairun Mokoginta, Tanjung Ompu memiliki histori sejarah paling penting dan utama bagi suku Mongondow.

Tempat tersebut di tahun 60-an dikeramatkan “Pada masa sebelum kerajaan Bolaang Mongondow, wilayah ini disebut Totabuan.

Leluhur suku Mongondow, para Bogani yang ada di pedalaman saat mengetahui kawasan Totabuan sudah diduduki suku dari Bangsa lain langsung bergerak, dan terjadi peperangan yang menelan banyak korban jiwa.

Pada waktu itu Bogani Yayubangkai dan Silagondo memimpin peperangan tersebut. Setelah suku Mongindanaw keluar dari wilayah itu, Bogani yang ada melakukan ritual sumpah dan mendoakan atau Pinongompu’an.

Baca juga: Lihat Anomali Perbedaan Warna Air Laut, Asops KSAU: Diduga Tumpahan Avtur dari Sriwijaya Air Jatuh

Para Bogani berdoa supaya anak cucu Mongondow dapat hidup layak disitu.” ucap Hairun.

Bahkan Hairun mengungkapkan di lokasi tersebut ada gua yang di dalamnya terdapat meja dan kursi dari batu.

”Di Tanjung Ompu itu bisa ditemukan Gua yang di dalamnya ada kursi dan meja dari batu. Tapi itu bisa ditemukan saat air surut.

Artinya kalau tidak ada Pinongompu’an atau Tanjung Ompu, maka tidak ada Mongondow. Di sana ada sumpah dan doa atau Odi Odi.

Dimana Bogani bersumpah siapa yang datang menganggu akan kena kutukan dan selanjutnya Bogani berdoa, anak cucu akan hidup makmur.

Kami sebagai pemerhati budaya dan sejarah Mongondow meminta agar Pemkab Bolmong dapat menyurat ke Gubernur dan Pemerintah pusat sehingga wilayah yang ada di situ dapat dilokalisir dari aktivitas pertambangan.

Ada sekitar 50 hektar wilayah Tanjung Ompu itu yang harus di selamatkan.” Pinta Hairun. (art)

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUN MANADO:

 
 

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved