Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona

Mengenal Gejala Baru Virus Corona, Apa Itu Anosmia, Delirium dan Parosmia?

Seiring berjalannya waktu, para ahli berhasil mengidentifikasi gejala-gejala baru yang mengindikasikan adanya infeksi Virus Corona.

Editor: Ventrico Nonutu
SHUTTERSTOCK/Polina Tomtosova
Ilustrasi mutasi virus corona. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Virus Corona kini telah merebak di seluruh penjuru dunia.

Sebagian besar negara di muka bumi telah mengalami dampak dari penyebaran virus ini.

Penderita yang terinfeksi virus ini memiliki berbagai gejala yang dapat di deteksi.

Baca juga: Kapolri Idham Azis Akan Pensiun, Presiden Jokowi Diminta Segera Usulkan Nama Calon Pengganti

Baca juga: Tembus 10 Ribu Kasus, Sulut Ketambahan 81 Kasus Covid-19

Para pakar dan ahli kesehatan masih terus melakukan penelitian untuk mengungkap hal-hal yang berkaitan dengan penyakit ini, salah satunya adalah gejala yang diderita pasien Covid-19.

Gejala umum yang muncul pada pasien Covid-19 antara lain demam, batuk, sakit kepala, sesak napas, dan kelelahan.

Seiring berjalannya waktu, para ahli berhasil mengidentifikasi gejala-gejala baru yang mengindikasikan adanya infeksi Virus Corona.

Berikut 3 gejala baru yang diderita oleh pasien Covid-19:

1. Anosmia

Mengutip Kompas.com, 5 Desember 2020, anosmia adalah istilah yang merujuk pada menghilangnya kemampuan indera penciuman.

Anosmia biasanya terjadi akibat cedera kepala, masalah dengan saluran hidung, atau infeksi virus yang parah pada saluran pernapasan bagian atas.

Melansir laman Harvard Medical School (HMS), anosmia merupakan gejala neurologis utama, dan merupakan salah satu indikator Covid-19 paling awal yang paling sering dilaporkan.

Para peneliti menemukan bahwa virus SARS-CoV-2 rupanya tidak menyerang neuron indera penciuman secara langsung, melainkan sel-sel pendukungnya.

“Penemuan kami menunjukkan bahwa Novel Coronavirus mengubah indera penciuman pada pasien tidak dengan langsung menginfeksi neuron tetapi dengan mempengaruhi fungsi sel pendukung,” kata Sandeep Robert Datta , profesor neurobiologi di Blavatnik Institute di HMS.

Menurutnya, anosmia pada kasus infeksi SARS-CoV-2 tidak akan merusak sirkuit penciuman secara permanen dan menyebabkan anosmia terus menerus.

Sehingga ketika sudah pulih, besar kemungkinan untuk indra penciuman pasien kembali.

Sumber: TribunWow.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved