Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Uskup Rolly Rayakan HUT Ke-64, Pimpin Rekoleksi Virtual "Fratelli Tutti"

Ensiklik ini ingin menanggapi banyak bayang-bayang gelap itu dengan contoh cemerlang, bentara harapan yaitu Orang Samaria yang baik hati.

Istimewa
Uskup Rolly Untu menjelaskan tentang Ensiklik Fratelli Tutti dalam rekoleksi daring perayaan HUT ke-64, Senin (4/1/2021). 

Ia menyebut banyak penyimpangan zaman ini: manipulasi dan deformasi konsep-konsep demokrasi, kebebasan, keadilan; hilangnya makna komunitas sosial dan sejarah; cinta diri dan ketidakpedulian terhadap kesejahteraan bersama; meningkatnya logika pasar yang didasarkan pada keuntungan dan budaya membuang; pengangguran, rasisme, kemiskinan; ketidaksamaan hak dan akibat-akibatnya seperti perbudakan, perdagangan manusia, dan sebagainya.

Ia mengatakan, Paus menekankan bahwa masalah-masalah global ini membutuhkan tindakan-tindakan global.

"Diingatkan pula bahaya “tembok-tembok budaya” yang menyuburkan kejahatan terorganisir, yang disulut oleh ketakutan dan kesendirian," katanya.

Mengenai Bab II "Orang-orang asing di jalan", Uskup Rolly mengatakan, ensiklik ini ingin menanggapi banyak bayang-bayang gelap itu dengan contoh cemerlang, bentara harapan yaitu Orang Samaria yang baik hati.

Ia mengatakan, dalam masyarakat yang tidak sehat ini kita dipanggil, seperti orang Samaria yang baik itu, untuk menjadi sesama bagi yang orang-orang lain.

Kita bertanggung jawab bersama menciptakan masyarakat yang bisa menerima, mengintegrasikan dan mengangkat mereka yang telah jatuh atau menderita.

Kasih membangun jembatan dan “kita diciptakan untuk mencintai”.

Dalam Bab III "Visi dari dunia yang terbuka", ia mengatakan, Paus mendorong kita untuk pergi “’keluar’ diri sendiri” untuk menemukan “eksistensi lebih penuh dalam diri orang lain”, dengan membuka diri terhadap yang lain sesuai dengan dinamika cinta kasih yang membuat kita terarah kepada “kepenuhan universal”.

Hidup rohani seseorang diukur dengan cinta kasih, yang selalu “menempati tempat pertama” dan menuntun kita untuk mencari apa yang lebih baik bagi hidup orang lain, jauh dari cinta diri.

Rasa solidaritas dan persaudaraan dimulai dalam keluarga yang harus dijaga dan dihormati perutusan pertama dan utama mereka dalam pendidikan.

Semua orang berhak untuk hidup secara bermartabat, tidak ada seorangpun yang dikecualikan.

Bapa Paus meminta kita untuk mempertimbangkan “etika hubungan-hubungan international”, karena setiap negara juga milik dari orang-orang asing dan kemakmuran suatu wilayah tidak bisa dielakkan bagi mereka yang membutuhkan dan datang dari tempat.

Dalam Bab IV "hati terbuka kepada dunia", Uskup mengatakan, Paus berbicara tentang migrasi.

Para migran hidup dalam keadaan bahaya, baik peperangan, penganiayaan, bencana alam, dan sebagainya.

Mereka harus diterima, dilindungi, didukung.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved