Berita Bolmong
Guru Berprestasi di Bolmong Dapat Penghargaan, Pemkab Bolmong Apresiasi Tribun Institute
Pemkab Bolmong mengapresiasi Tribun Institute atas Award yang diberikan terhadap salah satu guru berprestasi di Bolmong
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: David_Kusuma
TRIBUNMANADO.CO.ID, LOLAK - Pemkab Bolmong mengapresiasi Tribun Institute atas Award yang diberikan terhadap salah satu guru berprestasi di Bolmong.
"Kami sangat mengapresiasi harian Tribun Manado yang sudah meliput kerja guru di pedalaman dan sudah memberi apresiasi berupa penghargaan," kata Kadis Pendidikan Bolmong Renti Mokoginta.
Sebut Renti, Dian Praharsini Abdullah sang guru memang adalah guru berprestasi yang dikenal ulet dalam mengajar.
Harapannya, semoga gelar itu menjadi penyemangat baginya untuk mengabdi di desa terpencil.
Baca juga: Sekprov Edwin Silangen Pantau Pelaksanaan Pasar Murah
Baca juga: Kadis Kesehatan Minut : Kemungkinan Ada Kluster Pilkada di Minut
Baca juga: Anggaran Penanggulan Covid-19 Kabupaten Boltim Masih di Belanja Tidak Terduga
Dian Praharsini Abdullah, seorang guru di desa terpencil di Kabupaten Bolaang
Mongondow (Bolmong) meraih award Reinventing Local Heroes dari Tribun Institute.
Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasi yang diberikan guru SDN Kolingangan, Kecamatan Bilalang, Kabupaten Bolmong ini, di bidang pendidikan untuk membangun Sulawesi Utara.
Dian dinyatakan memenuhi syarat bersama puluhan peraih award lainnya.
Dian terkejut dan sempat tak percaya saat Tribun memberitahu kabar tersebut, Selasa (15/12/2020) di rumahnya di desa Mongkoinit, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolmong.
Baca juga: Profil Wanita Cantik Joun Allein Tindage, Minta Warga Jangan Terpaksa Pakai Masker
Baca juga: 4 Nakes RSUD Tondano Positif Covid-19, Aktivitas Warga Sekitar Rumah Sakit Tetap Berjalan Normal
"Saya tidak menyangka sama sekali bakal diganjar penghargaan ini," katanya.
Kala didatangi Tribun, Dian tengah menjaga bayinya yang berusia dua bulan.
Sewaktu Tribun datang mewawancarainya September lalu, Dian tengah hamil tua.
Sementara Dian melayani wawancara, sang anak dijaga ibu Dian. Ini bak rendezvous.
"Sewaktu saya mengajar di Kolingangaan, ibu menemani saya di sana. Sekarang ibu menjaga anak saya," katanya.
Baca juga: Dua Sahabat Ini Akhirnya Bertemu Kembali Setelah Berpisah 25 Tahun, Keduanya Beda Status Sosial
Rumah Dian sederhana. Dindingnya terbuat dari papan. Ada seperangkat sofa di ruang tengah
serta sebuah bangku bundar kecil.
Rumah itu bersih dan tertata. Mirip Dian, yang gaya serta tutur katanya sederhana, tapi memiliki keluhuran jiwa untuk mengorbankan diri agar supaya siswa di pedalaman bisa hidup.
"Sering saya berpisah lama dengan suami yang juga guru di Bolsel demi melayani anak anak di
desa terpencil," kata dia.
Dian punya hobi membaca. Salah satu buku yang ia baca adalah Laskar Pelangi karya Andre Hirata.
Hanyut dengan kisah perjuangan bu Mus dan anak anaknya dalam segala keterbatasan memperjuangkan pendidikan, tak disangka pengalaman Bu Mus dikecapnya.
"Dulu saya baca, sekarang saya alami," kata dia.
Baca juga: Tim Satgas Covid 19 Kotamobagu Jaring Puluhan Warga tak Pakai Masker, Baru Diingatkan Belum Disanksi
Dian memberi apresiasi kepada Tribun Manado yang sudah menggagas award tersebut.
Harapannya Tribun lebih maju dan dapat menjadi media terkemuka di Sulut yang turut
memperjuangkan pendidikan.
Dia juga berterima kasih pada Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow dan Kadis Pendidikan Renti Mokoginta yang sudah merancang arah pendidikan di Bolmong yang maju, inovatif dan berkarakter.
"Terima kasih pada Kepsek, rekan guru, aparat desa yang sudah menampung saya, orang tua
yang berhasrat menyekolahkan anak - anaknya di tengah berbagai keterbatasan dan para siswa yang tetap semangat," kata dia.
Sebagai PNS baru dengan gaji yang masih moderat, mengabdi di daerah terpencil butuh biaya besar.
Sebulan ia bisa habiskan uang 700 ribu untuk transport sepekan sekali pulang ke rumahnya di Lolak.
Biaya itu tergolong minimal, baru biaya transport. Belum termasuk biaya lain lain.
"Tapi apa yang saya rasakan saat mengajar anak anak, mengarahkan mereka pada masa depan, lebih dari nilai uang berapapun," kata dia.
Menjadi guru adalah cita - cita Dian Praharsini Abdullah.
Tapi bekerja di daerah terpencil adalah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan.
Ketika diangkat menjadi PNS kabupaten Bolmong dan ditempatkan di Desa Kolingangaan, salah satu desa terpencil di Bolmong, sejuta tanya berkecamuk di pikirannya.
"Saya bahkan mengira Kolingangaan itu di Dumoga, ternyata di Bilalang," kata dia.
Pengalaman pertama menuju ke desa itu sungguh mengerikan.
Baca juga: Sempat Beredar Indonesia Ikut Maroko Normalisasi Hubungan dengan Israel, Menlu RI Tegas: Tidak !
Di atas sebuah kendaraan pick up, duduk di atas tumpukan kayu, dilaluinya jalan yang berbatu, penuh turunan, tanjakan dan tikungan sepanjang 9 kilometer.
Desa itu terletak jauh di dalam hutan.
Kepala Dian yang terus menerus kena sinar matahari sempat sakit.
Begitu pula sekujur tubuhnya akibat duduk dalam posisi yang salah selama berjam - jam.
Dian terkejut. Agak shock. Tapi ia tak menyerah.
Dia maju terus demi menggapai cita - citanya menjadi pendidik.
Periode mengajar dimulai dan seribu satu kesulitan ia alami, menggodanya untuk menyerah.
Dian harus menetap di sana. Rumah tinggalnya milik seorang aparat desa.
Air sulit. Harus ditimba sejauh ratusan meter.
Baca juga: UNIK Kisah Buaya Doyan Makan Kerupuk Sejak 2012, Muncul di Bawah Tempat Nongkrong Anak Muda
Jangan berharap hiburan dari android.
Daerah sinyal terdekat berjarak 5 kilometer.
Kontras dengan Lolak, daerah asal Dian yang panas membara, daerah itu dingin.
Di malam hari, selimut kadang tak sanggup membendung hawa dingin.
Tapi Dian tetap setia pada cita - citanya.
Berbagai pengalaman sulit itu membentuk karakternya jadi pendidik tangguh yang akan jadi sandaran hidup para siswanya. Dia menjelma bagai pohon yang meneduhi mereka dari teriknya sinar matahari ataupun hujan lebat.
Baca juga: Wanita Cantik Ini Terbantu Pasar Murah Jelang Natal
Sebut dia, SD tempatnya mengajar punya 30 siswa.
Ia menjadi guru kelas tiga.
"Jumlah muridnya hanya empat orang," kata dia.
Ia mengaku mencurahkan semua ilmunya pada murid - muridnya.
Dia ingin mengantar mereka ke gerbang pengetahuan masing - masing dan menggapai cita - cita.
"Saya mengajar mereka pengetahuan dan karakter. Mereka bak keluarga saya, siang saya mengajar, malam mereka datang ke rumah, ada yang nginap karena orang tua mereka pergi ke kebun selama berhari - hari," ujarnya.
Baca juga: 5 Perceraian Artis yang Hebohkan Publik Sepanjang 2020, Ada yang Diceraikan Saat Berada di Penjara
Dikepung seribu satu kesulitan, ia tak resah. Keresahannya muncul tatkala para siswanya tidak lagi kelihatan di kelas.
Apalagi jika berembus kabar mereka akan berhenti sekolah dan mengikuti jejak orang tuanya sebagai petani.
"Saya pasti ke rumah orang tua siswa dan membujuk mereka agar sekolah lagi," kata dia.
Di masa Covid ini, pembelajaran terhenti. Ia pun lagi hamil.
"Saya rindu mereka," katanya masygul.
Dia tak sabar untuk segera mengajar.
Di usianya yang masih muda, di awal karirnya sebagai guru, Dian telah merintis sejarah untuk membebaskan anak - anak miskin di pedalaman dari putus sekolah.
Segenap daya ia kerahkan untuk tujuan itu, seperti halnya Ibu Muslimah dan Laskar Pelangi dalam Novel best seller yang dikarang Andrea Hirata. (art)
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUN MANADO: