Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hari Juang Kartika

Hari Juang Kartika 15 Desember 1945: Ketika Sekutu Kalah dalam Pertempuran Jarak Dekat di Ambarawa

Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 163/1999, tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri kemudian diganti dengan Hari Juang Kartika.

Editor: Rizali Posumah
Istimewa Via TribunBatam.id
Jenderal Besar Soedirman beserta pasukannya. Kemenangan pertempuran Ambarawa tak lepas dari penerapan taktik Jenderal Soedirman. 

Benar saja, dipicu oleh berita Agresi Militer Inggris di Surabaya mulai tanggal 10 November 1945, di Jawa Tengah juga mulai timbul insiden tembak-menembak, yang mengakibatkan tewasnya tiga perwira Inggris.

Brigadir Bethell menyalahkan pihak Indonesia atas insiden itu dan pada 18 November dia memerintahkan untuk menangkap dan menahan Gubernur Wongsonegoro. 

Kronologi

Monumen Palagan Ambarawa, mengenang keberhasilan perjuangan TNI pimpinan Jenderal Soedirman dalam menggempur sekutu di Ambarawa.
Monumen Palagan Ambarawa, mengenang keberhasilan perjuangan TNI pimpinan Jenderal Soedirman dalam menggempur sekutu di Ambarawa. (NET)

20 November 1945 di Ambarawa terjadi pertempuran antara TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu.

Untuk memperkuat pertahanan mereka di Ambarawa, pasukan bantuan sekutu yang berada di Magelang, pada 21 November ditarik ke Ambarawa dengan dilindungi oleh pesawat-pesawat mereka.

Pertempuran pecah di dalam kota pada 22 November 1945.

Pasukan sekutu melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung di sekitar Ambarawa.

Pasukan TKR bersama pasukan-pasukan pemuda yang berasal dari Boyolali, Salatiga, dan Kartusura bertahan di kuburan Belanda, sehingga membentuk garis pertempuran sepanjang rel kereta api dan membelah kota Ambarawa.

Dari arah Magelang pasukan TKR dari Divisi V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam Adrongi pada tanggal 21 November 1945, melakukan serangan fajar dengan tujuan menyerang pasukan Sekutu yang berkedudukan di desa Pingit.

Pasukan Imam Adrongi akahirnya berhasil menduduki Pingit, kemudian merebut desa-desa sekitarnya.

Pasukan Imam Adrongi terus meneruskan gerakan pengejaran terhadap tentara Sekutu.

Pasukan Imam Adrongi mendapat bantuan tiga batalyon yang berasal dari Yogyakarta, yaitu batalyon 10 Divisi III di bawah pimpinan Mayor Soeharto, batalyon 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono, dan Batalyon Sugeng.

Tambahan pasukan di pasukan TKR ini mengakibatkan kedudukan Sekutu semakin terkepung.

Walaupun telah terkepung, Sekutu masih mencoba keluar dari pengepungan tersebut.

Pasukan Sekutu melakukan gerakan melambung dan mengancam kedudukan pasukan Indonesia dari belakang dengan menggunakan tank-tanknya.

Halaman
1234
Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved